Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Selasa 30 Maret 2021: Ke Tempat Aku Pergi Tak Mungkin Kamu Datang

Dari kesan sepintas Injil, Yudas itu pribadi yang materialis. Jika ada kepentingan ini, maka ada jaringan kejahatannya juga.

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD Ambros Ladjar 

Renungan Harian Katolik, Selasa 30 Maret 2021: Ke Tempat Aku Pergi Tak Mungkin Kamu Datang
(Yesaya 49: 1 - 6, Yoh 13: 21-33, 36-38)

Oleh: RD. Ambros Ladjar

POS-KUPANG.COM - Saat perjamuan malam, Yesus ramalkan apa yang akan terjadi pada diri-Nya. Curhat Yesus ini tepat sesuai feelingnya. Karena Yudas sudah serahkan ke tangan orang Yahudi rivalnya.

Padahal sejak awal Yesus telah memilih Yudas itu menjadi salah seorang dari keduabelas rasul-Nya. Tapi agaknya dia kurang yakin kalau Yesus itu Anak Allah (Yoh 6,64).

Hal ini didukung dengan kelaziman sapaan. Para murid lain menyapa Yesus: Tuhan (Y.Kyrios atau Ib.Adonai) di mana Yesus dilihat sama kuasa-Nya dengan Yahwe. Sedangkan Yudas menyapa Yesus, Rabi atau Guru.

Pikiran Yudas sudah terkontaminasi dengan pengaruh orang Yahudi. Yesus bukan Mesias yang mereka nantikan itu. Sebab Dia tak mengakhiri penjajahan Romawi.

Jika demikian agak cocok dengan penegasan Injil. Setelah menerima Roti dari Yesus, maka Yudas kerasukan iblis.

Dari kesan sepintas Injil, Yudas itu pribadi yang materialis. Jika ada kepentingan ini, maka ada jaringan kejahatannya juga.

Tak diragukan lagi harapan Yudas untuk mengikuti Yesus. Kelak mereka menjadi kelompok elite yang berkuasa.

Namun harapannya meleset, karena Yesus tak punya kepentingan politis untuk kudeta.

Yesus datang justru agar orang memiliki kelimpahan dalam segala aspek. Dia mengurbankan hidup-Nya di Salib.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Selasa 30 Maret 2021: GAMBARAN KITA

Jalan hidup itu sudah ditegaskan Yesus sendiri. Ke tempat Aku pergi tak mungkin kamu datang.

Kenyataan bahwa tak ada seorang manusia pun yang menyerahkan nyawa dengan mudah.

Kecenderungan serupa banyak kali juga ada di kalangan gereja. Tak menutup kemungkinan karena banyak kepala dengan tendensi dan motivasi berbeda. Paling kurang sikap mawas diri menjadi antisipasi baik.

Jika demikian, maka kita tak jauh berbeda dengan pola pikir beberapa rasul Yesus. Gereja dalam lintasan sejarah terus mengalami jatuh bangun. Entahkah karena ulah pemimpin atau juga karena pribadi jemaatnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved