Pernah Jadi Bagian NKRI,Wanita Timor Leste Pernah Dijadikan Pemuas Nafsu Tentara Jepang,Ada Buktinya

Pemerintah Indonesia tak mengambil apa-apa dari Bumi Lorosae , sebaiknya Jakarta berusaha membangun Timor Leste yang saat bersama Indonesia bernama Ti

Editor: Alfred Dama
istimewa
Ilustrasi-HEBAT! Bank Dunia Ungkap Ekonomi Timor Leste Alami Peningkatan Saat Dunia Dilanda Pandemi Covid-19 

Meskipun pengalaman setiap wanita berbeda, kesaksian mereka memiliki banyak kesamaan: pemerkosaan berulang yang meningkat sebelum pertempuran, rasa sakit fisik yang menyiksa, kehamilan, penyakit menular seksual dan kondisi yang suram.

Kemudian, akhir Perang Dunia II tidak mengakhiri rumah bordil militer di Jepang.

Pada tahun 2007, wartawan Associated Press menemukan bahwa pihak berwenang Amerika Serikat mengizinkan "stasiun penghibur" untuk beroperasi dengan baik setelah berakhirnya perang dan bahwa puluhan ribu wanita di rumah bordil berhubungan seks dengan pria Amerika sampai Douglas MacArthur menutup sistem tersebut pada tahun 1946.

Saat itu, antara 20.000 dan 410.000 wanita telah diperbudak di setidaknya 125 rumah pelacuran.

Namun, setelah berakhirnya Perang Dunia II, dokumen tentang sistem tersebut dihancurkan oleh pejabat Jepang, jadi jumlahnya didasarkan pada perkiraan para sejarawan yang mengandalkan berbagai dokumen yang masih ada.

Ketika Jepang dibangun kembali setelah Perang Dunia II, kisah perbudakan perempuannya diremehkan sebagai sisa-sisa masa lalu, yang lebih suka dilupakan orang.

Baca Juga: Sebabkan Kerugian hingga Miliaran Dollar AS, Muncul Fakta Baru Terusan Suez Macet, Kapal Ever Given Bukan Terseret Angin

Selama beberapa dekade, sejarah "wanita penghibur" tidak terdokumentasi dan tidak diperhatikan.

Ketika masalah itu dibicarakan di Jepang, hal itu dibantah oleh pejabat yang bersikeras bahwa "stasiun penghibur" tidak pernah ada.

Kemudian, pada 1980-an, beberapa wanita mulai berbagi cerita.

Pada tahun 1987, setelah Republik Korea Selatan menjadi negara demokrasi liberal, para wanita mulai membahas penderitaan mereka di depan umum.

Pada tahun 1990, masalah tersebut berkobar menjadi perselisihan internasional ketika Korea Selatan mengkritik penyangkalan pejabat Jepang atas peristiwa tersebut.

Di tahun-tahun berikutnya, semakin banyak wanita maju untuk memberikan kesaksian.

Pada 1993, pemerintah Jepang akhirnya mengakui kekejaman tersebut. Namun, sejak itu, masalah tersebut tetap memecah belah.

Pemerintah Jepang akhirnya mengumumkan akan memberikan reparasi kepada “wanita penghibur” Korea yang masih hidup pada tahun 2015, tetapi setelah ditinjau, Korea Selatan meminta permintaan maaf yang lebih kuat.*

Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari.grid.id degan judul: Jadikan Wanita di Wilayah Jajahan sebagai 'Penghibur' Tentaranya, Termasuk Sejarah Kelam Timor Leste, Tapi Jepang Sempat Tak Mengakui hingga Muncul Bukti yang Membuatnya Tak Bisa Mengelak Lagi https://intisari.grid.id/read/032624080/jadikan-wanita-di-wilayah-jajahan-sebagai-penghibur-tentaranya-termasuk-sejarah-kelam-timor-leste-tapi-jepang-sempat-tak-mengakui-hingga-muncul-bukti-yang-membu?page=all

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved