Timor Leste

Mengejutkan, Gegara Persoalan Ini PBB Turun Tangan Atasi Masalah di Timor Leste, Ada Apa?

Mengejutkan, Gegara Persoalan Ini PBB Turun Tangan Atasi Masalah di Timor Leste, Ada Apa?

Editor: Gordy Donofan
istimewa
Bendera Timor Leste 

Tahun berikutnya, Timor Leste menjadi bagian dari wilayah Indonesia sebagai provinsi ke-27. Namun, pertumpahan darah di tanah Timor Leste masih saja terjadi.

Kedatangan pasukan Indonesia ke Timor Leste justru semakin memperkeruh konflik. Korban-korban dari kedua pihak berjatuhan.

Upaya meredakan konflik terus dilakukan Pemerintah Indonesia, hingga membawa masalah ini ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sebelumnya Indonesia melakukan perundingan dengan Portugis. Bahkan kedua negara membuat perjanjian referendum di Timor Leste pada 5 Mei 1999.

Perjanjian kedua negara tersebut dikenal sebagai New York Agreement.

PBB ikut mengawal dalam masalah ini dan membentuk United Nations Mission in East Timor (UNAMET) pada 11 Juni 1999.

Baca juga: Timor Leste Klaim Miliki Banyak Uang, Mengapa Diprediksi Bakal Jadi Negara Mati 10 Tahun Mendatang?

Rerefendum Timor Timor digelar 30 Agustus 1999 yang hasilnya menunjukkan mayoritas rakyat Timor Leste ingin melepaskan diri dari Indonesia.

Referendum Timor Leste Tak Mengakhiri Pertumpahan darah di Bumi Lorosae

Itulah sedikit cerita tentang bagaimana Timor Leste mencapai keputusan diadakannya referendum dan memisahkan diri dari Indonesia.

Namun, rupanya referendum Timor Leste tak menghentikan pertumpahan darah di Bumi Lorosae.

Segera setelah referendum dilakukan, justru kekacauan kembali terjadi di Timor Leste yang bernama resmi Republik Demokratik Timor Leste.

Mengutip Fotokita, setelah lebih dari 78% orang Timor memilih kemerdekaan dalam referendum yang hasilnya diumumkan pada 4 September 1999, milisi paramiliter pro-Indonesia yang marah menanggapinya dengan kekerasan.

Secara sistematis, mereka meruntuhkan kota, membakar bangunan, dan menyerang serta membunuh orang.

Sekitar 1.500 warga Timor diperkirakan tewas dalam kekerasan itu, puluhan ribu meninggalkan rumah mereka ke gunung-gunung, dan pasukan Indonesia memaksa lebih dari 300.000 orang melewati perbatasan darat ke Timor Barat.

Kemarahan internasional memaksa pendirian INTERFET (International Force for East Timor atau Pasukan Internasional untuk Timor Timur.)

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved