Irigasi Wae Laku Borong Rusak Tertimbun Longsor, Ratusan Lahan Sawah Kering dan Warga Kesulitan Air

Salah satunya yang menjadi isu paling seksi akhir-akhir ini yakni terjadi bencana alam tanah longsor yang menimbun dan merusaki irigasi

Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO
Anggota DPRD NTT, Yohanes Rumat, saat reses di Bangka Kantar. 

Irigasi Wae Laku Borong Rusak Tertimbun Longsor, Ratusan Lahan Sawah Kering dan Warga Kesulitan Air

POS-KUPANG.COM | BORONG---Irigasi Wae Laku Borong Kabupaten Manggarai Timur rusak tertimbun longsor.

Akibatnya, ratusan lahan sawah di Kabupaten Manggarai Tmur kering dan warga mengeluh kesulitan air

Rusaknya irigasi Wae Laku Borong ini disikapi anggota DPRD NTT dari Fraksi PKB, Yohanes Rumat, SE, melakukan Reses di Kabupaten Manggarai Timur. Dalam resesnya kali ini, Sekertaris Komisi V DPRD Provinsi NTT ini bertemu dengan masyarakat tiga desa di Kecamatan Borong yakni Desa Bangka Kantar, Golo Kantar dan Desa Nanga Labang.

Kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor Desa Bangka Kantar, Jumat 26 Maret 2021. Hadir mendampingi dalam Reses itu anggota DPRD Kabupaten Manggarai Timur dari Fraksi PKB, Ferdinandes Alfa.

Baca juga: Petani Weekeloh Sawah SBD Minta Pemerintah Propinsi NTT Perbaiki Saluran Irigasi Sawah Rusak

Hadir dalam kegiatan itu mewakili Kepala Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur, Kepala Seksi (Kasi) Irigasi dan OP dinas PUPR Matim, Ovan Sape, mewakili Plt Kepala BPBD Kabupaten Manggarai Timur, Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Matim, Edward Luru, Kepala Desa Bangka Kantar, Silverius Mediator Rawan, BPD Desa Bangka Kantar, tokoh adat dan tokoh masyarakat setempat.

Dalam kesempatan itu, Ketua DPC PKB Kabupaten Manggarai Timur ini, mendengarkan dan menyerap berbagai  aspirasi dari masyarakat terkait pembanguan. Salah satunya yang menjadi isu paling seksi akhir-akhir ini yakni terjadi bencana alam tanah longsor yang menimbun dan merusaki irigasi induk Wae Laku di Desa Compang Kantar, Kecamatan Rana Mese.

Baca juga: Reses DPRD TTU, Warga Minta Pemerintah Perbaiki Infratruktur Jalan dan Saluran Irigasi

Dikatakan Yohanes, terkait irigasi Wae Laku ini adalah aset milik Pemerintah Pusat, bukan milik pemerintah daerah atau pemerintah Provinsi NTT, karena itu membutuhkan proses untuk ditindaklanjutinya karena harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Karena itu, diharapkan kepada masyarakat untuk berpikir lebih bijak dan bersabar, pemerintah tentu akan memperhatikannya sebab tugas pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya.

Yohanes juga mengatakan, terkait bencana longsor yang merusaki irigasi induk Wae Laku ini juga secara lisan ia juga telah menyampaikan kepada pihak terkait yakni Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT-II) propinsi NTT.

Ia akan terus mendorong pemerintah untuk memperhatikan terkait perbaikan terhadap kerusakan irigasi itu baik melalui pandangan fraksi, pikiran Komisi ataupun pada rapat Paripurna DPRD dan juga akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat. 

Baca juga: Longsor Rusakan Irigasi Wae Laku, Ratusan Hektar Padi Sawah Petani Terancam Gagal Tanam-Gagal Panen

Karena itu, Yohanes juga dalam kesempatan itu mendengarkan penjelasan dari dinas teknis pemerintah daerah terkait kajian teknis terkait bencana longsor itu.

Yohanes juga meminta kepada pemerintah daerah melalui dinas teknis yakni Dinas PUPR dan BPBD Kabupaten Manggarai Timur untuk memberikan surat pernyataan bencana dari Bupati Manggarai Timur agar dalam perjuangan ada bukti yang mendukung.

Lebih lanjut Yohanes juga dalam kesempatan itu menyinggung terkait rencana pembangunan bendung Wae Musur. Untuk rencana pembangunan bendung Wae Musur, kata dia, sudah dilakukan survei tinggal pelaksanaan, namun masih menunggu proses. 

Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Matim, Edward Luru, dalam kesempatan itu mengatakan, pihak BPBD sudah berkoordinasi dengan Dinas PUPR Matim sebagai Dinas teknis untuk membersihkan material longsor dan saat ini sedang berlangsung proses evakuasi material longsor itu.

Namun kata Edward, dalam proses evakuasi itu pihaknya menemukan kendala, selain peralatan (ekcavator) terbatas, juga terdapat tiga bongkahan batu besar akibat longsor itu menutupi saluran itu sehingga sulit untuk dievakuasi. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved