Berita Ngada Hari Ini
Penyakit ASF Babi Bergolak, Peternak di Ngada - NTT Merugi Hingga Ratusan Juta
-Peternak babi asal Kampung Boripo, di Kelurahan Jawa Meze, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Felixs Kila mengaku
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi
POS-KUPANG.COM | BAJAWA-Peternak babi asal Kampung Boripo, di Kelurahan Jawa Meze, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Felixs Kila mengaku merugi hingga ratusan juta karena ternak babi miliknya mati mendadak diserang African Swine Fever (ASF).
Virus ASF tersebut menyerang ternak babi miliknya sekitar dua minggu yang lalu. Saat itu dirinya mendengar informasi bahwa virus ASF sudah menyebar dengan cepat di Kabupaten Ngada.
Mendengar informasi adanya virus tersebut, dirinya langsung menjaga kandang babi dengan menerapkan sistem biosecurity menurut arahan dari dokter hewan.
Namun dalam perjalanan, walaupun sudah menerapkan sistem biosecurity, virus tersebut tetap menyerang ternak babi hingga banyak yang mati.
"Dua Minggu lalu itu mulai kena, babi mulai sakit. Jadi awalnya saat kasi makan, babi tidak mau makan. Tujuh hari setelah tidak makan babi mati dan langsung merambat ke babi yang lain sehingga semuanya mati," kata Felixs Kila kepada Pos Kupang saat ditemui di ruang kerjannya, Rabu (24/3/2021).
Felixs mengatakan, secara keseluruhan, jumlah babi miliknya yang mati karena terserang virus ASF sebanyak 24 ekor, dengan rincian induk sebanyak 11 ekor, pejantan 1 ekor, dan anak babi sebanyak 12 ekor.
Atas masalah tersebut, Felixs mengaku mengalami kerugian besar. Hal tersebut karena harga jual babi induk diperkirakan sekira Rp. 10 juta per ekor sehingga total kerugian Rp. 100 juta ditambah lagi dengan satu pejantan dengan harga jual sebesar Rp. 100 juta, sehingga jumlah kerugian Rp. 110 juta.
"Dan itu belum terhitung anak babi yang 11 ekor mati dan obat-obatan serta pakan yang selama ini kami kasih makan. Jadi jumlah kerugian yang kami alami bisa mencapai Rp. 130 juta," ungkapnya.
Atas kerugian tersebut, Felixs berharap kepada pemerintah supaya tidak boleh membiarkan para peternak berjalan sendirian dengan virus yang mematikan ternak babi tersebut.
Pemerintah daerah segera mengadakan kembali bibit babi untuk dibagikan kepada kelompok supaya bisa dikembangkan dengan baik dengan tujuan mengembalikan perekonomian masyarakat yang sempat terpuruk.
"Kemudian kami juga alami kesulitan untuk menguburkan babi yang mati. Harapan kami supaya pemerintah bisa menyiapkan lahan agar semua babi yang mati karena ASF bisa dikuburkan ke tempat itu sehingga tidak menyebarkan virus ke babi yang lainnya," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Felixs juga berharap kepada Dinas Peternakan Kabupaten Ngada agar rajin turun ke para peternak untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan terkait cara pemeliharaan ternak babi yang baik kepada para peternak.
"Sehingga para peternak ini mempunyai pengetahuan untuk beternak babi. Jangan sampai dinas tidak turun ke lapangan lalu membiarkan para peternak berjalan sendirian. Harus lebih proaktif dan terus memberikan semangat kepada peternak," ujarnya.
Felixs juga berharap kepada pemerintah Kabupaten Ngada dibawah kepemimpinan Bupati Paru Andreas dan Wakil Bupati Raymundus Bena agar menaruh perhatian yang lebih kepada para peternak sehingga sejalan dengan tagline Tante Nela Paris yang diusung pasangan AP-RB. (mm)
Area lampiran
BalasTeruskan
