Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Senin 22 Maret 2021: Membaca Makna Simbolis Tulisan Yesus pada Tanah
Marilah belajar menjadi pribadi pengampun. Siap sedia untuk melihat ke dalam diri tanpa kata sebelum menghakimi dan melihat kesalahan sesama.
Renungan Harian Katolik, Senin 22 Maret 2021: Membaca Makna Simbolis Tulisan Yesus pada Tanah (Yohanes 8 : 1-11)
Oleh: RD. Maxi Un Bria
POS-KUPANG.COM - Biarkanlah tanda memberi pesan!
Pepatah Cina mengatakan, “Tinta paling kotor bertahan lebih lama dari pada ingatan yang paling segar”. Dan memang benar adanya. Tapi apakah menulis dengan jari pada tanah dapat bertahan untuk waktu yang lama dan memberi pesan tertentu?
Lazimnya orang menulis pada batu, papan atau kertas agar tulisan tersebut dapat bertahan dan terbaca. Tetapi Yesus justru membungkuk dan menulis sesuatu pada tanah dengan jari-Nya. Apa sesungguhnya yang ditulis Yesus? Apa pula pesan di balik sikap membungkuk dan menulis tersebut?
Berbagai interpretasi dapat diutarakan. Namun pertama-tama kita mesti tahu lebih dahulu mengapa Yesus membungkuk dan menulis pada tanah.
Tindakan Yesus tentu memiliki tujuan dan makna simbolis. Apa yang dilakukan Yesus merupakan sebuah sikap berhikmat dalam menanggapi diskursus tentang wacana hukum dan ikhtiar manusiawi berkaitan dengan sangsi terhadap seorang perempuan yang didapati berbuat dosa berat.
Tindakan Yesus dipahami sebagai sebuah tindakan simbolis yang sarat makna. Sebagaimana dibenarkan perspektif komunikasi Timur yang banyak mengedepankan komunikasi non verbal dan simbolik sebagai bagian utuh dari pengalaman interaksi sosial karena meyakini bahwa diam dan tidak banyak berkomunikasi secara verbal, sesungguhnya juga adalah sebuah pesan ( Littlejohn, Karen Foss, 2009 : p. 7 ).
Terhadap pernyataan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang menghendaki hukuman bagi perempuan yang kedapatan berbuat dosa berat, justeru direspons Yesus dengan membungkuk ke tanah dan menulis sesuatu pada tanah.
Memang menurut Hukum Musa perempuan yang kedapatan berbuat dosa berat mesti dirajam. Namun dalam konteks hidup dan perspektif Yesus, hukuman bagi pendosa telah diperbaharui dan diubah dengan hukum Kasih yang mengedepankan pengampunan.
Yesus memilih dengan sadar untuk mebumbungkuk dan menulis dengan jari pada tanah. Dengan sikap demikian, Ia menegaskan pilihan nilai yang prinsipiil keberpihakan-Nya pada hidup dan kemanusiaan. Bahwasananya Ia tidak berhak untuk mengadili perempuan berdosa. Apalagi merajamnya sampai mati seperti yang tertulis dalam hukum Musa.
Yesus bahkan mengalihkan perhatian khalayak dengan melakukan sebuah tindakan yang menarik perhatian dan memberi kesempatan bagi para ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk sejenak berpikir.
Lalu apa yang ditiulis Yesus di tanah? Boleh jadi Yesus menulis bahwa kita semua adalah orang berdosa. Mungkin juga, kita berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Atau berupa peringatan bahwa manusia bukan Allah.
Interpretasi atas sikap Yesus yang membungkuk dan menulis pada tanah memberi pesan berharga bagi dunia untuk mengembangkan spirit kerendahan hati, pengampunan dan kasih tanpa syarat bagi orang berdosa.
Dari narasi Injil hari ini kita bertanya, mengapa Yesus yang adalah Putera Allah tidak menghakimi dan menjatuhkan hukuman bagi orang berdosa? Sementara sebagian manusia cenderung menghakimi sesama yang bersalah? Siapakah kita?
Agaknya berguna bila kesalahan dan dosa sesama diampuni dan segera dilupakan seperti tulisan dengan jari di atas tanah yang selain kabur untuk dibaca juga mudah terhapus seketika.