Exotic Tenun Fest 2021: Talkshow Tenun Sebagai Warisan Budaya dan Identitas Bangsa
mereka selalu menggunakan jas/blazer hitam. Kini, mereka menggunakan blazer/jas bermotif tenun dalam acara formal itu.
Penulis: F Mariana Nuka | Editor: Rosalina Woso
Menurut Sari, Tenun NTT menjadi salah satu primadona baik dari sisi pemasaran atau tradisinya. Tenun NTT telah mendapatkan tempat di hati masyarakat sehingga menjadi modal kuat yang perlu ditingkatkan untuk memberi nilai ekonomi bagi masyarakat.
Anggota Komisi XI DPR RI Ahmad Yohan mengatakan, yang terpenting dari tenun adalah tak sekadar dipamerkan elit-elit yang memiliki jaringan/akses, tapi ada manfaat kepada masyarakat yang menenun dalam hal ini berdampak pada kehidupan ekonomi mereka.
Dia berharap BI bisa memberikan kapasitas banking kepada penenun agar memiliki kemampuan untuk mengerti selera pasar dan punya pasar yang jelas.
"Saya tidak mau tenun kita hanya dipamerkan. Orang luar senang coraknya, bisa dibuat beranekaragam pakaian. Cuma kebanggaan di visual saja, tapi tidak menjadi sesuatu yang diterima langsung oleh ibu-ibu pengrajin tenun. Semoga program pemerintah ini dan pemulihan ekonomi nasional yang mana dana untuk UMKM bisa kita gunakan untuk ibu-ibu kita itu," harapnya.
Dia berharap juga, ada pelatihan agar para generasi muda juga bisa menenun, tak sekadar sebagai warisan budaya, melainkan penguatan ekonomi masyarakat mendatang.
Sari menambahkan, BI telah melakukan pembinaan terhadap pengrajin tenun, yang mana ada 600 pengrajin perempuan untuk tenun ikat NTT.
Pertama, BI melakukan identifikasi mengenai kekuatan/kelemahan, lalu fasilitasi bantuan teknis berupa pelatihan, pendampingan, dan kerja sama dengan desainer untuk peningkatan nilai tambah.
Berikutnya, ada pelatihan untuk memasuki pasar digital, fasilitasi sertifikasi, dan diikutsertakan dalam pameran dalam dan luar negeri. BI juga melakukan peningkatan managerial skill berupa pemberian motivasi, dan perluasan kemampuan mengelola keuangan. BI beri juga bantuan sarana dan prasarana.
Filia juga menyambung, BI berupaya agar di tengah pandemi ini, pembayaran bisa dilakukan secara digital. Oleh karena itu, QRIS hadir untuk mendukung dan membantu UMKM dalam proses transaksi di tengah pandemi.
Apalagi, penggunaan QRIS di NTT telah mencapai 33.000 merchant yang tersebar di 21 kabupaten/kota dengan sektor terbesar adalah UMKM.
Baca juga: Bussiness Matching, Hilda Riwu Kore-Manafe Perkenalkan Tenun Motif Sepe
• Erwin Yuan Desain Busana Tenun Sasar Milenial
"Dengan melakukan pembayaran digital, saya tidak perlu menjaga uang di dompet atau takut hilang. Itu memudahkan sekali untuk saya," cerita Kirana. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Intan Nuka)