Exotic Tenun Fest 2021: Talkshow Tenun Sebagai Warisan Budaya dan Identitas Bangsa
mereka selalu menggunakan jas/blazer hitam. Kini, mereka menggunakan blazer/jas bermotif tenun dalam acara formal itu.
Penulis: F Mariana Nuka | Editor: Rosalina Woso
Exotic Tenun Fest 2021: Talkshow Tenun Sebagai Warisan Budaya dan Identitas Bangsa
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Bank Indonesia menggelar Exotic Tenun Fest 2021 selama tiga hari, terhitung 22 Maret hingga 24 Maret 2021 nanti. Salah satu acara di hari pertama, Senin (22/3/2021) adalah Talkshow "Tenun Sebagai Warisan Budaya dan Identitas Bangsa".
Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta mengungkapkan, tenun merupakan intelektual property dan menjadi warisan yang luar biasa.
Dia berkisah bagaimana Bank Indonesia telah mengganti model busana yang dipakai saat menghadiri acara-acara internasional.
Dulunya, mereka selalu menggunakan jas/blazer hitam. Kini, mereka menggunakan blazer/jas bermotif tenun dalam acara formal itu.
Hal itu menarik minat peserta forum. Itulah kesempatan bagi mereka untuk menceritakan tentang tenun yang dikenakan tersebut. Tak hanya acara formal, tapi juga non-formal.
"Menurut saya, tenun memang warisan budaya yang luar biasa yang harus kita jaga dan lestarikan," kata Filia di awal dialog.
Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen, Yunita Resmi Sari menyambung, tenun NTT merupakan tenun yang paling kaya warna, motif, dan dipakai untuk berbagai acara baik tradisional, formal, dan casual.
Penggunaan multi manfaat itu membuat pemasaran tenun menjadi lebih luas. Dia menilai, hal itu menjadi peluang bagi NTT. Apalagi, setiap daerah di NTT memiliki tenun yang sama-sama memiliki benang merah, yakni bahannya yang hangat, sehingga cocok dipakai di berbagai kondisi.
"Ini suatu warisan budaya dari leluhur yang harus kita jaga tapi juga kita lestarikan dengan lebih memasarkan secara luas sampai ke pasar global," tambahnya.
Sementara itu, sebagai selebriti pemerhati tenun, artis Kirana Larasati yang hadir di Kupang menambahkan, dia memiliki misi pribadi untuk menormalkan kebudayaan Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Kain tenun memiliki pengertian yang mendalam.
Menurut Kirana, corak tenun sendiri memiliki pesan dan gambar yang ingin disampaikan penenun kepada pemakai (pembeli).
"Begitu dalam dan indah pesan yang bisa disampaikan lewat kain tenun. Jadi, aku ingin mengajak masyarakat, terutama generasi muda untuk menormalkan pemakaian kain tradisional Indonesia dalam hal ini tenun," ujar Kirana.
Sebagaimana Kirana yang bangga menggunakan produk Indonesia, masyarakat tentunya juga harus bangga menggunakan tenun, atau buatan Indonesia sendiri. Sebagai sebuah gerakan, kata Filia, tentunya gotong royong harus menjadi kekuatan. Artinya, gerakan itu melibatkan banyak pihak dan mensinergikan berbagai keahlian yang ada.
Sinergi itu, Sari menyambung, terlihat dari bagaimana BI bekerja sama dengan pemerintah dan tenaga ahli, baik dari Dekranasda dan perancang. Setelah melakukan pembinaan dan kurasi kepada UMKM, menghubungkan dengan pasar, GBBI pun diangkat ke masyarakat.
Menurut Sari, Tenun NTT menjadi salah satu primadona baik dari sisi pemasaran atau tradisinya. Tenun NTT telah mendapatkan tempat di hati masyarakat sehingga menjadi modal kuat yang perlu ditingkatkan untuk memberi nilai ekonomi bagi masyarakat.
Anggota Komisi XI DPR RI Ahmad Yohan mengatakan, yang terpenting dari tenun adalah tak sekadar dipamerkan elit-elit yang memiliki jaringan/akses, tapi ada manfaat kepada masyarakat yang menenun dalam hal ini berdampak pada kehidupan ekonomi mereka.
Dia berharap BI bisa memberikan kapasitas banking kepada penenun agar memiliki kemampuan untuk mengerti selera pasar dan punya pasar yang jelas.
"Saya tidak mau tenun kita hanya dipamerkan. Orang luar senang coraknya, bisa dibuat beranekaragam pakaian. Cuma kebanggaan di visual saja, tapi tidak menjadi sesuatu yang diterima langsung oleh ibu-ibu pengrajin tenun. Semoga program pemerintah ini dan pemulihan ekonomi nasional yang mana dana untuk UMKM bisa kita gunakan untuk ibu-ibu kita itu," harapnya.
Dia berharap juga, ada pelatihan agar para generasi muda juga bisa menenun, tak sekadar sebagai warisan budaya, melainkan penguatan ekonomi masyarakat mendatang.
Sari menambahkan, BI telah melakukan pembinaan terhadap pengrajin tenun, yang mana ada 600 pengrajin perempuan untuk tenun ikat NTT.
Pertama, BI melakukan identifikasi mengenai kekuatan/kelemahan, lalu fasilitasi bantuan teknis berupa pelatihan, pendampingan, dan kerja sama dengan desainer untuk peningkatan nilai tambah.
Berikutnya, ada pelatihan untuk memasuki pasar digital, fasilitasi sertifikasi, dan diikutsertakan dalam pameran dalam dan luar negeri. BI juga melakukan peningkatan managerial skill berupa pemberian motivasi, dan perluasan kemampuan mengelola keuangan. BI beri juga bantuan sarana dan prasarana.
Filia juga menyambung, BI berupaya agar di tengah pandemi ini, pembayaran bisa dilakukan secara digital. Oleh karena itu, QRIS hadir untuk mendukung dan membantu UMKM dalam proses transaksi di tengah pandemi.
Apalagi, penggunaan QRIS di NTT telah mencapai 33.000 merchant yang tersebar di 21 kabupaten/kota dengan sektor terbesar adalah UMKM.
Baca juga: Bussiness Matching, Hilda Riwu Kore-Manafe Perkenalkan Tenun Motif Sepe
• Erwin Yuan Desain Busana Tenun Sasar Milenial
"Dengan melakukan pembayaran digital, saya tidak perlu menjaga uang di dompet atau takut hilang. Itu memudahkan sekali untuk saya," cerita Kirana. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Intan Nuka)