Timor Leste

Mengejutkan, Fakta Memang Ditutupi, Dokumen Ini Bongkar Kejahatan Indonesia Hancurkan Timor Leste

Mengejutkan, Faktanya Memang Ditutup-Tutupi, Dokumen Ini Bongkar Kejahatan Indonesia Hancurkan Timor Leste

Editor: Gordy Donofan
istimewa
Dokumen Ini Bongkar Kejahatan Indonesia Pakai 'Senjata Terlarang' Saat Berniat Binasakan Timor Leste 

McNaughton menjelaskan bahwa Para ahli Amerika telah diminta untuk membantu pemasangan tangki napalm karena orang Indonesia mengalami kesulitan dalam memotong pesawat.

Richardson meminta Kedutaan Besar AS di Jakarta untuk mengkonfirmasi bahwa orang Indonesia telah mendekati Amerika Serikat untuk bantuan dalam pemasangan tangki napalm.

Kemudian diberitahu bahwa kontraktor AS telah dilibatkan karena tangki napalm dibuat di Italia dan modifikasi diperlukan agar sesuai dengan mereka ke F5s.

Baca juga: Kunci Jawaban Tema 9 Kelas 6 SD Halaman 42 43 46 48 49 Apa Makna dari Persatuan dan Kesatuan Bangsa?

Baca juga: Ratusan Lansia di Manggarai Antusias Ikut Vaksin Covid-19

Pada awal November 1983 Richardson meneruskan sebuah laporan ke Departemen Luar Negeri di Canberra.

Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat, mengingat peningkatan militer baru-baru ini di Timor Timur, pendekatan telah dibuat sehubungan dengan Timor Timur.

Menyusul protes internasional yang ditimbulkan oleh penggunaan napalm dalam Perang Vietnam.

Penggunaan senjata pembakar terhadap warga sipil secara efektif dilarang oleh konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1980.

Dengan melarang senjata konvensional yang "sangat melukai" atau memiliki "efek tidak pandang bulu".

Baca juga: 10 Daerah di NTT Diprediksi Terjadi Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang

Baca juga: Ratusan Anggota Polres Manggarai Timur Disuntik Vaksin Covid-19

Namun Indonesia belum dan belum menandatangani konvensi tersebut.

File Departemen Luar Negeri yang diperiksa oleh Dr Fernandes menunjukkan bahwa Kedutaan Besar Australia di Jakarta tidak mengambil tindakan untuk memprotes penggunaan napalm di Indonesia.

Bahkan tidak ada reaksi di Canberra, di mana Pemerintah Perburuhan Perdana Menteri Bob Hawke sangat ingin meningkatkan hubungan dengan Indonesia dan negosiasi terbuka dengan Jakarta tentang sumber daya minyak dan gas di Laut Timor.

Pada tahun 2006, menyusul terbitnya tuduhan penggunaan napalm Indonesia terhadap warga sipil Timor dalam laporan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Menteri Pertahanan Indonesia  pada saat itu Juwono Sudarsono menyatakan bahwa serangan semacam itu "tidak pernah terjadi".

"Bagaimana bisa kita pakai napalm untuk melawan orang Timor? Dulu kita bahkan tidak punya kapasitas untuk mengimpor apalagi membuat napalm," kata Pak Sudarsono.

Namun, seorang saksi mata yang dikutip oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Lucas da Costa Xavier, mengenang kejadian di Timor Leste.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved