Berita NTT Terkini

Kisah Petugas Kamar Jenazah RSUD SK Lerik Kota: 12 Tahun Memandikan 1.800 Jenazah

Kisah petugas kamar jenazah RSUD SK Lerik Kota Kupang: 12 tahun memandikan 1.800 jenazah

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/AMAR OLA KEDA
Taufik Hasan, petugas kamar jenazah RSUD SK Lerik Kota Kupang 

Kisah petugas kamar jenazah RSUD SK Lerik Kota Kupang: 12 tahun memandikan 1.800 jenazah

POS-KUPANG.COM - Bekerja di kamar jenazah tak semua orang bisa menjalankannya. Apalagi, memandikan jenazah-jenazah pasien Covid-19 yang lagi melanda dunia dan NTT saat ini.

Tentunya, bekerja sebagai pemandi jenazah banyak tantangannya. Dari risiko tertular penyakit atau virus hingga kejadian-kejadian mistis. Semua itu tidak bisa dihindari tetapi harus dihadapi kapan waktunya dan apapun penyakit yang mengidap jenazah tersebut.

Taufik Hasan, warga Kampung Solor, Kota Kupang, menceritakan pengalamannya selama bekerja di kamar jenazah RSUD SK Lerik Kupang, NTT. Pria yang sudah mengabdi selama 12 tahun di kamar jenazah ini mengaku sudah memandikan 1.800-an jenazah sejak awal dia bertugas.

Man City vs Man United: City Kejar Rekor

Sejak Kota Kupang dilanda pandemi Covid-19 tahun 2019, sebanyak 32 pasien positif Covid-19 meninggal dunia di rumah sakit ia bekerja. Memasuki 2020, ada empat orang pasien Covid-19 dinyatakan meninggal dunia.

Trend penurunan kematian pasien Covid-19 ini tak berlangsung lama. Tingkat kematian mulai meningkat lagi di tahun 2021 yang mencapai 22 orang.

Taufik bekerja sendiri dari memandikan hingga mengenakan pakaian untuk jenazah sudah menjadi hal biasa bagi pria berusia 40 tahun ini. Ia bahkan tak takut saat menjalankan tugasnya.

Parodi Situasi Minggu 7 Maret 2021: KLB Vaksin

"Intinya ikhlas. Kalau bekerja ikhlas, Tuhan pasti selalu menjaga dan menjauhkan kita dari segala macam gangguan," ujarnya, Selasa (2/3/2021).

Bagi Hasan, mengurus jenazah harus sama seperti kita mengurus orang hidup. Karena, dia berkeyakinan meskipun raganya mati, namun hati manusia saat mati masih tetap hidup. Hal itu membuat dia selalu menghormati jenazah saat ia menjalankan tugasnya.

"Saya tidak pernah takut. Mau Jenazah biasa atau jenazah Covid-19, saya perlakukan sama. Selalu menghormati mereka. Semuanya kembali ke diri kita, intinya selalu ikhlas bekerja," katanya.

Saat mengurus jenazah di masa Covid-19, Hasan menggunakan alat pelindung diri (APD) dua lapis. Proses mengurus jenazah pasien biasa dan pasien Covid-19 pun menurut dia, berbeda. Jika jenazah pasien biasa wajib dimandikan, namun untuk pasien Covid-19 hanya diberi pakaian.

"Kalau jenazah pasien biasa dimandikan dan diberi make up. Kalau pasien Covid-19 hanya ganti pakaiannya, tidak dimandikan. Tapi tetap diperlakukan sama, karena saya yakin, hati mereka masih hidup. Harus dihormati," tandasnya.

Ia mengaku sering mengalami hal-hal mistis sejak mengabdi di kamar jenazah. Meski demikian, ia berharap agar pandemi Covid-19 segera berlalu.

"Soal mistis selalu ada, tinggal bagaimana kita menyikapinya seperti apa. Mereka punya dunia lain, saya biarkan saja, jangan ganggu mereka. Pekerjaan ini bagi saya, adalah panggilan," tutupnya. (amar ola keda)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved