Berita Timor leste

Kini Terungkap Fakta Pembunuhan Jurnalis Australia di Timor Leste Saat Masa Invasi Indonesia, Apa?

Kini Terungkap Fakta Pembunuhan Jurnalis Australia di Timor Leste Saat Masa Invasi Indonesia, Apa?

Editor: maria anitoda
Intisari
Kini Terungkap Fakta Pembunuhan Jurnalis Australia di Timor Leste Saat Masa Invasi Indonesia, Apa? 

POS-KUPANG.COM - Kini Terungkap Fakta Pembunuhan Jurnalis Australia di Timor Leste Saat Masa Invasi Indonesia, Apa?

Selain menewaskan banyak penduduk Bumi Lorosae, sejarah Timor Leste juga diwarnai kematian misterius lima orang jurnalis Australia saat masa invasi oleh Indonesia.

Kasus pembunuhan jurnalis yang dijuluki sebagai 'Balilo Five' itu masih menyisakan misteri, menjadi hutang penegakan keadilan bagi para korbannya.

SIMAK 3 Keutamaan Membaca Surah Yasin 1-83 Ayat lengkap Serta Doa Setelah Baca Surat Yasin

Wakil Bupati TTU Batal Terima Vaksin Covid-19 Ini Penyebabnya

Laut China Memanas, Siapa Sangka Ini Alasan Indonesia Tetap Tenang Tak Ikut Terprovokasi, Bikin Syok

HP Samsung Galaxy M02 Harga Rp 1 Jutaan, Cek Spesifikasi Ponsel Dengan Baterai 5.000 mAh ini

Rahasia kekejaman pembantaian tersebut menghantui Australia, seperti yang diungkapkan Susan Connelly, penyelenggara Forum Keadilan Laut Timor, dalam artikel berjudul 'Empat puluh lima tahun kemudian, rahasia kekejaman Balibo menghantui Australia' di The Sydney Morning Herald.

Melansir smh.com.au (16/10/2020), kurang lebih empat puluh lima tahun yang lalu, pada 16 Oktober 1975, lima jurnalis yang berbasis di Australia dekat kota Balibo melaporkan invasi Indonesia yang akan datang ke Timor Portugis.

Mereka adalah Gary Cunningham, Brian Peters, Malcolm Rennie, Greg Shackleton dan Tony Stewart.

Dikatakan, militer Indonesia, khususnya Yunus Yosfiah dan Cristoforo da Silva, membunuh para pemuda ini untuk mencegah mereka menyebarkan informasi tentang invasi tersebut.

Delapan investigasi telah diadakan sejak saat itu. Yang terakhir adalah pemeriksaan koroner di Sydney pada 2007, dan temuannya diserahkan kepada Polisi Federal Australia (AFP).

Namun, tujuh tahun kemudian, pada Oktober 2014, AFP membatalkan penyelidikan, dengan alasan tantangan yurisdiksi dan bukti yang tidak cukup.

Tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban atas pembantaian jurnalis tersebut.

SIMAK 3 Keutamaan Membaca Surah Yasin 1-83 Ayat lengkap Serta Doa Setelah Baca Surat Yasin

Wakil Bupati TTU Batal Terima Vaksin Covid-19 Ini Penyebabnya

Laut China Memanas, Siapa Sangka Ini Alasan Indonesia Tetap Tenang Tak Ikut Terprovokasi, Bikin Syok

6 DPD Demokrat Ini Siap Bela AHY, DPD Papua Siap Perang

Susan mengatakan bahwa sampai hari ini, dokumen yang relevan ditolak untuk dibuka pada publik Australia, mengabaikan aturan tiga puluh tahun deklasifikasi dokumen yang biasanya.

Penolakan tersebut menurutnya menyembunyikan sejauh mana sebenarnya pengetahuan Australia tentang invasi tersebut, dan menghindari menyinggung Indonesia karena takut akan dampak ekonomi atau politik.

Tindakan penolakan tersebut dibuat atas dasar melindungi "keamanan nasional".

Meski begitu, warga Australia dan tetangga regional dengan jelas melihat bagaimana pemerintah yang tidak dapat dipercaya dalam kekejaman Balibo Five dan keterlibatannya dengan pendudukan Timor Timur.

Bahkan, mereka melihat taktik pengganggu terhadap yang lemah, kemudian pemerintah Australia berani untuk memata-matai negara baru Timor-Leste yang miskin pada tahun 2004.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved