Tuan Guru Bajang
Pilpres 2024, Tuan Guru Bajang dan Sandiaga Uno Bertemu di NTB, Dukungan Capres dan Cawapres?
Tuan Guru Bajang dan Sandiaga Uno Bertemu di NTB, Mencuat Dukungan Capres dan Cawapres 2024
Istilah umat dan ulama telah dibajak demi kepentingan politik sesaat.
"Saat ini banyak yang menyempitkan maknanya, sehingga muncul klaim: "inilah aspirasi umat", padahal maksudnya adalah aspirasinya dan kelompoknya saja," ujar TBG Zainul Majdi dalam tulisannya di akun instagram, Sabtu (6/4/2019) sekitar 3 jam lalu.
Zainul Majdi mengatkan, ada juga kelompok tertetu yang menyebut suara yang bukan berasal dari kelompoknya bukanlah suara atau aspirasi umat, sehingga tidak perlu didengar.
"Bukan hanya itu, istilah "ulama" pun dibajak. Yang satu barisan dilabelkan "ulama yang lurus", yang beda pandangan "ulama su'u"," kata Zainul Madji.
Majlis taklim yang diwariskan Rasulullah SAW juga dijadikan majlis tajhil.
"Bahkan Masjid, rumah ALLOH, tak luput dari ujaran kebencian. Semua itu hanya karena urusan politik, hal ihwal kekuasaan belaka," tegas Zainul Majdi.
Menurut Gubernur Nusa Tenggara Barat Dua Periode 2008-2018 ini, istilah umat dipakai Rasulullah Muhammas SAW untuk menggambarkan kelapangan Islam.
Setiap muslim adalah bagian dari Umat Islam.
"Bahkan dalam Piagam Madinah, Rasulullah SAW menyebut kelompok Yahudi di Madinah sebagai "ummatun ma'al mukminin", satu umat bersama orang-orang beriman, yaitu sebagai sesama penduduk Madinah," kata Zainul Majdi.
Simak makan dan arti umat menurut TGB Zainul Majdi dan arti ulama menurut TGB Zainul Majdi berikut ini.
@tuangurubajang: Sebulan yang lalu, Pak Tomo, dari komunitas alumni ITB menjumpai saya. "Tuan Guru, banyak yang bingung dalam memahami istilah Umat dan Umat Islam".
Lalu mereka menginisiasi silaturahim yang ditajukkan : membongkar batas imaginary umat.
Di sesi pertanyaan, ada yang bertanya tentang pemaknaan "Umat" saat ini. Saya sampaikan, dulu istilah itu dipakai Rasulullah yang mulia untuk menggambarkan kelapangan Islam. Setiap muslim adalah bagian dari Umat Islam.
Bahkan dalam Piagam Madinah, Rasulullah SAW menyebut kelompok Yahudi di Madinah sebagai "ummatun ma'al mukminin", satu umat bersama orang-orang beriman, yaitu sebagai sesama penduduk Madinah.
Sebaliknya saat ini banyak yang menyempitkan maknanya, sehingga muncul klaim: "inilah aspirasi umat", padahal maksudnya adalah aspirasinya dan kelompoknya saja.