Opini
Makna 40 Hari Berpuasa bagi Umat Kristiani
Dalam Missale Romanum, istilah 40 disebut Quadragesima. Secara liturgis, istilah ini merujuk pada waktu 40 hari Masa Prapaskah.
Jadi, siapa yang berdoa, dia mesti berpuasa dan siapa yang berpuasa, dia pasti memiliki hati yang berbelas kasih. Karena barangsiapa mendambakan hati Tuhan yang selalu terbuka kepadanya, demikian pula ia sendiri tidak bisa menutup pintu hatinya bagi orang lain yang meminta kepadanya.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa siapa yang berpuasa akan begitu cepat memahami apa artinya makanan bagi orang lain yang tidak memilikinya. Dia pasti mendengarkan kebutuhan bagi mereka yang lapar, jika ia menginginkan Tuhan berkenan akan puasanya. Dia akan memiliki belas kasihan kepada siapa yang berharap akan belas kasih. Siapa yang mendambakan belas kasih, dia pasti melakukan yang sama dengan tulus kepada yang lain. Siapa yang mendambakan rahmat, dia pasti membuka tangannya untuk menyambut yang lain. Adalah sebuah kejahatan bila seseorang memungkiri atau menolak yang lain yang membutuhkan pertolongannya.
Oh manusia demikian tandas Krisologus, “lakukan untuk dirimu, itulah hukum berbelas kasih; sebuah cara melalui mana engkau juga mendambakan belas kasihan yang sama dari orang lain. Persembahkan kepada yang lain, hati yang berbelas kasih yang juga diharapkan Anda dari orang lain. Karena itu, doa, puasa dan berbelas kasih bagi kita adalah sebuah kekuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Ketiganya juga serentak menjadi kekuatan rohani yang membela kita kelak, satu-satunya doa yang membawahi ketiga-tiganya.”
Sampai di sini, sebagai sebuah persekutuan umat beriman yang selalu menaruh harapan, iman dan kasih hanya pada Tuhan, amatlah beralasan jika kita saling mengajak dan menguatkan satu sama lain terutama di masa yang amat sulit di tengah pandemi saat ini untuk berjalan beriringan bersama Yesus, menyusuri hari-hari retret agung selama 40 hari masa Prapaskah ini dalam semangat doa, puasa dan hati yang berbela rasa. Tuhan memberkati kita dan menjadikan karunia-karunia-Nya sebagai perisai hidup kita (Mzm. 5: 12-13).