Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Rabu 24 Februari 2021: MENJADI TANDA

"Lihatlah tanda merah di pipi bekas gambar tanganmu, sering kau lakukan, bila kau marah menutupi salahmu".

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Rabu 24 Februari 2021: MENJADI TANDA (Lukas 11:29-32)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - "Lihatlah tanda merah di pipi bekas gambar tanganmu, sering kau lakukan, bila kau marah menutupi salahmu".

Ini penggalan syair lagu "Hati yang Luka" yang pernah hits oleh biduan Betharia Sonata pada tahun 80-an. Terbaca permohonan tapi mungkin tuntutan kepada pihak suaminya agar melihat tanda kekerasan yang sudah dilakukan terhadapnya. Mungkin sang suami tak menyadari bahwa ada tanda kekerasan yang sudah membekas di pipi.

Setiap orang adalah tanda. Dia khas, unik. Dan itu bisa tampak dari fisik lahiriah, ucapan dan gerak langkah lakunya. Pun kedalaman hati  batinnya yang menyimpan kemisterian diri.

Sering tanda diri seorang tak bisa dibaca jelas oleh orang lain. Suami mungkin tak bisa tahu dengan pasti keunikan istri. Istri pun belum tentu tahu apa kesukaan suami. Demikian pun, meski telah berteman sekian tahun, tapi itu bukan jaminan bahwa kita bisa mengenal detail diri sahabat kita. De facto ada banyak pertemanan bubar karena soal tak kenal keunikan satu sama lain.

Lewat perkenalan, persahabatan dan kebersamaan, keaslian diri, kelebihan dan kekurangan, kebaikan dan keburukan semestinya terkuak dan pada gilirannya bisa saling menerima dan memberi, ada pengertian dan pemahaman, ada keterbukaan dan kepercayaan.

Tapi terkadang justru timbul konflik yang berakibat bubarnya kebersamaan, karena tiap pihak menuntut pihak yang lain untuk mengenal dan memahami dirinya, ketimbang berusaha mengenal dan mengerti diri pihak lain.

“Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda,“ begitu sabda Yesus kepada orang banyak yang mengerumuni Dia.

Terbaca jelas sorotan Yesus, orang lebih menghendaki agar Dia menunjukkan siapakah diri-Nya, ketimbang melihat dan mengenal siapakah Dia. Padahal Dia sendiri sudah membuka diri dan melakukan apa pun, tapi orang tetap saja tak pernah mau melihat dan mengenal siapakah Dia sesungguhnya dan percaya kepada-Nya. Mereka justru masih saja menuntut tanda dari-Nya.

Kita sebaiknya ingat bahwa Tuhan sudah menguak diri dan isi hati-NYa kepada kita. Terpenting Dia telah memberi tanda "salib" sebagai tanda cinta yang menderita untuk kita. Tanda itu semestinya sudah cukup membuat kita untuk menuntut tanda cinta lagi dari-Nya. Mengherankan kalau di antara kita justru masih ragu dan mempertanyakan perhatian dan cinta dari Tuhan saat kita diterpa berbagai masalah.

Kita juga sadari bahwa ternyata kita pun telah mengalami tanda baik dari orang lain. Katakanlah, istri nyaris tiap hari bangun subuh dan menyiapkan sarapan. Dia pun sungguh telaten menghantar anak ke sekolah atau sekarang harus mendampingi anak belajar secara online.

Suami menunjukan tanda kasihnya lewat caranya. Meski jarang bahkan pelit memperlihatkan tanda, tapi terkadang dia bikin kejutan di hari ulang tahun sang istri.

Di saat pandemi pun banjir, ada yang sigap menolong kita dengan rupa-rupa cara dan bentuk.

Apakah kita masih menuntut tanda lagi dan lagi? Bukankah kita harus melihat, membaca dan memahami tanda cinta yang telah ditunjukkan orang kepada kita?

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved