JK Bongkar Rahasia Politiknya: Tak Pernah Meminta Jadi Wapres, Tapi Sadar Akan Kalah Saat Lawan SBY
"Saya jadi Wakil Presiden dua kali tidak pernah meminta, saya tidak pernah menonjolkan diri, saya dua-duanya diminta," ujar Kalla.
JK Bongkar Rahasia Politiknya: Tak Pernah Meminta Jadi Wapres, Tapi Sadar Akan Kalah Saat Lawan SBY
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Dedengkot Partai Golkar, Jusuf Kalla akhirnya membongkar semua rahasia ketika berkarier di dunia politik.
Pengusaha sekaligus politisi senior Partai Golkar tersebut mengatakan saat menjadi Wakil Presiden ke-10 dan ke-11, dirinya sama sekali tidak pernah menawarkan diri untuk jabatan tersebut.
Hal itu disampaikan Kallanya saat wawancara di program Beginu di kanal YouTube Kompas.com, Senin (22/2/2021).
"Saya jadi Wakil Presiden dua kali tidak pernah meminta, saya tidak pernah menonjolkan diri, saya dua-duanya diminta," ujar Kalla.
Kalla untuk kali pertama menduduki posisi Wakil Presiden dengan mendampingi Presiden ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada periode 2004-2009.
Jabatan orang nomor dua di Indonesia kembali diembannya ketika mendampingi Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Kerja pada periode 2014-2019.
Saat bertarung dalam Pilpres 2004, Kalla mengaku tidak pernah menonjolkan diri agar bisa dipinang. Sebaliknya, ia justru didatangi SBY.
Saat itu, SBY menghampirinya dengan maksud meminangnya sebagai pasangannya.
Hal serupa juga terjadi ketika dirinya memutuskan untuk terjun dalam Pilpres 2014.
Kalla mengungkapkan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri merupakan sosok di balik keputusannya untuk terjun di pesta demokrasi tahun tersebut.
Pasalnya, Mengawati yang meminta supaya Jokowi bisa berpasangan dengan dirinya.
"Waktu Jokowi yang keras itu Bu Mega, dia minta ke saya. Dia tidak mau kalau bukan saya wakil. Jadi Bu Mega itu selalu hormat karena dua kali saya diangkat jadi Menko (menteri), jadi wakil presiden. Tapi saya tidak pernah meminta," ucap Kalla.
"Saya cuma dikasih tahu," ujar dia.
Kalla menambahkan, Megawati berargumentasi, bahwa Jokowi perlu didampingi sosok yang punya segudang pengalaman di pemerintahan.
Karena itu pula, Kalla menjadi sosok yang ideal untuk berpasangan dengan Jokowi.
"Ya bahwa kalau saya bisa menang, saya punya pengalaman. Jadi kombinasi antara orang yang tidak punya pengalaman dan orang berpengalaman," kata Kalla.
Walau Sadar Kalah, Jusuf Kalla "Nekat" Hadapi SBY pada Pilpres 2009
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menceritakan ketika dirinya memutuskan maju menjadi calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 dengan menghadapi Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang notabene rekannya di Kabinet Indonesia Bersatu I.
Saat itu, Kalla memutuskan bercerai dan memilih bertarung menghadapi SBY hanya untuk menjaga harga dirinya sekaligus harkat dan martabat Partai Golkar.

Karena harga diri itu pula, Kalla tetap nekat bertarung menghadapi SBY kendati menyadari keputusannya tak akan membuahkan hasil kemenangan bagi dirinya.
"Sebenarnya itu hanya karena saya tahu susah menang, tapi karena saya ketua partai, ada harkat partai," ujar Kalla dalam Program Bukan Begini Bukan Begitu yang tayang di kanal YouTube Kompas.com, Senin (22/2/2021).
Kalla mengungkapkan, alasannya memutuskan mencalonkan diri menjadi calon presiden tak lepas dari permintaan SBY yang menginginkan supaya Golkar mengusulkan lima nama yang akan menjadi pasangannya.
Permintaan SBY tersebut sontak membuat harga diri Kalla terusik.
Demi menjaga harga diri tersebut, Kalla yang saat itu mengemban Ketua Umum Partai Golkar memilih jalur pertarungan ketimbang melanjutkan kerja sama antarkeduanya.
Kalla kemudian menggandeng Wiranto untuk menghadapi SBY yang berpasangan dengan Boediono.
Selain SBY-Boediono, Kalla dan Wiranto juga menghadapi Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Kendati demikian, Kalla mengakui saat itu dirinya masih menginginkan kembali berpasangan dengan SBY.
Namun, karena kadung gengsi, Kalla pun memilih berpisah.
"Sebenarnya saya ingin sama SBY, tapi SBY memilih lain. Itu juga waktu itu malah minta clue agar Golkar kasih lima nama. Wah, itu berarti kan menghina saya kan, saya Wapres, saya ketua umum, akhirnya timbul harga, Golkar partai terbesar mesti ada calonnya dong," ungkap Kalla.
Dalam perjalanannya, Kalla memang telah menyadari bahwa kemenangan tak akan berpihak kepada dirinya.
Oleh karena itu, jika Pilpres 2009 terjadi dua kali putaran, dirinya pun menyiapkan skema untuk mengalahkan SBY.
Skema itu berupa menjalin kerja sama dengan Megawati untuk bisa mengalahkan SBY di putaran kedua.
Namun, skema tersebut tak terealisasi karena keduanya sudah kadung kalah dengan SBY pada putaran pertama.
"Walaupun juga ada harapan tersendiri kalau tidak mencapai 50 persen, maka mesti kan siapa nomor dua. Kita dapat janjian dengan Ibu Mega, siapa pun kalah kita saling bantu (di putaran kedua)," tutur Kalla.
Diketahui, dalam Pilpres 2009, SBY-Boediono menang telak setelah meraup 73.874.562 suara (60,80 persen).
Sementara itu, Megawati-Prabowo meraih 32.548.105 suara (26,79 persen) dan Kalla-Wiranto mengantongi 15.081.814 suara (12,41 persen).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jusuf Kalla: Saya Dua Kali Jadi Wapres, Tak Pernah Meminta", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2021/02/23/09495261/jusuf-kalla-saya-dua-kali-jadi-wapres-tak-pernah-meminta?page=all#page2
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Jusuf Kalla "Nekat" Hadapi SBY pada Pilpres 2009 kendati Sadar Pasti Kalah", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2021/02/23/05583861/cerita-jusuf-kalla-nekat-hadapi-sby-pada-pilpres-2009-kendati-sadar-pasti?page=all#page2