Breaking News

Ketua MPR RI Bamsoet dan Obsesi Mobil Listrik: Tak Usah Pusing Ganti Oli dan Tune Up Mesin

Ketua MPR RI Bamsoet dan obsesi Mobil Listrik: tak usah pusing ganti oli dan tune up mesin

Editor: Kanis Jehola
istimewa
Ketua MPR Bambang Soesatyo 

Ketua MPR RI Bamsoet dan obsesi Mobil Listrik: tak usah pusing ganti oli dan tune up mesin

POS-KUPANG.COM - KETUA MPR yang juga Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia ( IMI), Bambang Soesatyo, tengah gencar mempromosikan kendaraan listrik. Sehari-hari, pria yang akrab disapa Bamsoet itu memilih mobil listrik Hyundai Ioniq sebagai alat transportasi.

Bamsoet mengajak Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra untuk berkeliling kawasan Menteng, Jakarta Pusat, naik mobil kesayangannya tersebut. Bamsoet asyik bercerita mengenai apa saja keuntungan menggunakanmobil listrik, satu di antaranyapengeluaran sangat jauh lebih irit.

Menggunakan mobil listrik tidak perlu antre untuk isi bahan bakar minyak (BBM), tidak perlu servis dan ganti oli. Tak pelak, selain mobil Hyundai Ioniq, Bamsoet juga memiliki mobil Tesla buatan Amerika Serikat (AS).

Masyarakat Membuang Sampah Tak Sesuai Jadwal

"Saya sudah empat tahun pakai mobil listrik. Sampai sekarang tidak banyak keluar uang untuk urusan mobil," ujar Bamsoet dalam wawancara eksklusif dengan Tribun Network, Minggu (21/2/2021).

Selain hemat secara pribadi, menurut Bamsoet, mobil listrik juga dapat menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang selama ini banyak tersedot untuk subsidi BBM.

"Jumlah kendaraan itu sekarang hampir 168 juta. Mobil ada sekira 80 juta. Kalau setiap hari perlu 1 liter saja berarti sudah 168 juta liter," katanya.

Menyoal Kekosongan Wakil Bupati Ende

Kader Partai Golkar itu menyebut beberapa negara Eropa, seperti Jerman dan Polandia, mulaimelarang warga negaranya melawati jalan-jalan tertentu ketika menggunakan mobil konvensional. Berikut petikan wawancara denganBambang Soesatyo.

Apasebenarnya perbedaan mobil konvensional dan mobil listrik?

Beda paling utama yaitu pengeluaran kita lebih hemat. Pertama kita tidak perlu setiap hari keluar uang, antre BBM. Kemudian bulanan tidak pusing untuk servis, ganti oli, tune up dan seterusnya. Saya punya Tesla sudah empat tahun. Sampai sekarang tidak banyak keluar uang untuk urusan mobil.

Bagaimana soal kenyamanan?

Oh lebih nyaman. Tidak ada suara, lebih halus. Suspensi sama dengan konvensional. Tidak ada bedanya.

Apa plus dan minus mobil listrik?

Jadi plusnya itu tadi saya bilang, bebas biaya harian dan bulanan untuk servis. Kemudian perawatannya sama sekali tidak ada. Kalau ban tipis ya ganti ban. Kalau kampas rem habis ganti kampas. Begitu pula perawatan AC. Sudah itu saja. Saya melihatnya sampai saat ini tidak ada kelemahannya.

Kalau ditanya kelemahan ya tidak ada suara. Tapi teknologi yang baru seperti Tesla, sekarang sudah ada software-nya. Pasang speaker diluar tinggal kita pilih suara apa. Mau suara Harley, suara Lamborghini, Ferrari, itu bisa.

Bagaimana kalau kita kehabisan listrik di tengah jalan?

Biasanya kita sudah hitung, full charge sampai enam jam, bisa 325 kilometer. Kalau dalam kota, saya biasa pakai Tesla itu setiap hari Minggu saja saya charge. Minggu malam saya charge, paginya saya pakai, baru Minggu depannya saya charge lagi.

Mobil Hyunda Ionic ini charger-nya bisa dibawa. Kayak powerbank, cuma ini lebih besar. Tinggal kepinggir jalan sebentar cari colokan, charge.

Kalau untuk darurat satu jam bisa terisi, kemudian jalan secukupnya. Tesla powernya besar, Hyundai Iqonic tidak perlu kwh yang besar, colokan biasa. Kalau Tesla harus ada station-nya.

Sekarang ini mobil listrik sedang jadi tren kah?

Iya, memang harus tren. Jadi kalau sekarang orang masih pakai mobil konvensional ya ketinggalan zaman, jadul deh.

Era kedepan adalah mobil dan sepada motor listrik. Tugas dan misi saya sebagai Ketua Umum IMI justru mendorong percepatan migrasi kendaraan berbahan bakar minya ke electric atau listrik.

Karena ini bisa membantu negara meringankan beban subsidi dalam pos APBN. Jumlah kendaraan sekarang hampir 168 juta. Mobil sekira 80 juta.

Kalau setiap hari perlu 1 liter saja, berarti 168 juta liter. Berapa nilai subsidinya? Besar. Kalau masyarakat pindah ke listrik membantu pemerintah dan membantu lingkungan bersih.

Juga membantu dirinya, pengeluaran biaya rumah tangga jadi hemat. Kalau selama ini mikirin bensin tiap hari, tidak perlu. Biaya bulanan servis tidak perlu. Kan bisa dialokasikan pada kebutuhan lain, seperti pendidikandan kesehatan. Jadi banyak manfaat. (dennies)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved