Ribuan Babi di Manggarai Barat Mati Diserang Flu Babi Afrika

berbekal anggaran yang ada dilakukan pembelian desinfektan, vitamin dan obat cacing untuk peningkatan kesehatan babi.

Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/Gecio Viana
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kabupaten Mabar, drh. Theresia P. Asmon saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (18/2/2021). 

Ribuan Babi di Manggarai Barat Mati Diserang Flu Babi Afrika

POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Ribuan babi milik warga di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) dilaporkan mati terserang Virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika, Jumat (19/2/2021).

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kabupaten Mabar, drh. Theresia P. Asmon mengatakan, ribuan babi yang mati itu tersebar di 8 kecamatan dari 12 kecamatan di Kabupaten Mabar.

"Sehingga di daerah yang belum terpapar ASF bagi para peternak harus menerapkan biosekuriti, ini wajib," tegasnya.

Dikatakannya, data yang terhimpun sejak Januari 2021 hingga 10 Februari 2021, sebanyak 2.346 babi mati karena terserang ASF.

Dirincikannya, kematian ternak babi di Kecamatan Komodo yakni sebanyak 365 ekor babi, Kecamatan Lembor Selatan sebanyak 943 ekor, Kecamatan Welak sebanyak 138 ekor, Kecamatan Kuwus sebanyak 39 ekor dan Kecamatan Lembor sebanyak 74 ekor.

Selanjutnya, Kecamatan Pacar sebanyak 52 ekor dan Kecamatan Macang Pacar sebanyak 26 ekor.

Kecamatan yang belum terdapat laporan kematian babi tersebut yakni Kecamatan Mbeliling, Kecamatan Ndoso, Kecamatan Kuwus Barat dan Kecamatan Sano Nggoang.

"Total semua itu per kondisi hari ini, di kecamatan yang lain yang tidak ada data (laporan kematian babi). Puji Tuhan belum," jelasnya.

Dijelaskannya, jika terdapat babi yang mati di suatu wilayah, tidak selamanya semua babi di sekitar wilayah tersebut tertular semua. Bahkan hingga saat ini terdapat peternak yang beternak di desa yang terdapat ASF.

"Pihak dinas akan lakukan survey lokasi-lokasi dan peternak yang masih aman. Berharap ke depannya masyarakat bisa pelihara lagi tapi harus patuh menerapkan biosekuriti," ujarnya.

Lebih lanjut, untuk kandang babi yang pernah mengalami wabah, disarankan agar kandang tersebut disterilisasi dan minimal waktu 2 bulan untuk kembali beternak menggunakan kandang tersebut.

"Bila perlu, kalau kandang yang tidak permanen bisa dimusnahkan atau pindah kandang. Karena, virus cukup kuat bertahan di alam," katanya.

Sebelumnya, pihaknya juga mewajibkan para peternak wajib menerapkan biosekuriti demi mencegah penyebaran ASF.

"Hal yang perlu kami ingatkan, wabah ini belum berakhir, kalaupun tidak ada kematian ternak di wilayah itu, jangan anggap sepele, bio security harga wajib diterapkan, tidak boleh tidak," katanya.

Langkah biosekuriti pada peternakan rakyat diantaranya, melakukan perlakuan pakan sisa terlebih dahulu direbus dengan suhu 90 derajat selama 1 jam. Lalu, membatasi lalu lintas seperti orang, alat angkut, babi atau bibit babi, peralatan kandang dan vektor. 

Selain itu penting juga yang melakukan sanitasi dan desinfeksi dengan ganti baju, ganti sepatu serta cuci tangan dan disinfeksi.

Menurut Asmon, tingginya penyebaran virus ASF di daerah itu karena, di mana masih terdapat lalulintas orang atau daging babi antar wilayah.

"Virus ASF belum ada obat maupun vaksin, kewaspadaan itu wajib, karena wilayah ini sudah tertular, wilayah lain tidak ada kasus harus waspada. Biosekuriti itu ibaratnya protokol kesehatan yang wajib dijalankan," tegasnya.

Selama ini, lanjut dia, intervensi yang dilakukan pemerintah adalah gencar melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

Selain itu, berbekal anggaran yang ada dilakukan pembelian desinfektan, vitamin dan obat cacing untuk peningkatan kesehatan babi.

"Obat yang kami beli itu oral semua, agar mengurangi lalulintas orang. Jadi, kalau ada peternak yang masih berternak, laporkan sehingga diberikan desinfektan dan obat serta vitamin," katanya.

Diakuinya, pemberian obat dan vaksin sebelumnya dilakukan secara injeksi, namun untuk mengurangi kontak dengan ternak babi, maka diberikan obat oral agat peternak selanjutnya memberikannya kepada babi yang dipeliharanya.

"Kami berharap dapat support anggaran untuk vitamin oral, minimal membantu mengubah pola pemeliharaan ternak di masyarakat," katanya.

Langkah selanjutnya yang akan diambil adalah bekerja sama dengan pihak gereja agar secara bersama melakukan pelatihan pembuatan pakan dan melakukan sosialisasi serta edukasi terkait penanganan virus ASF.

RSIA Dedari Kupang Beri Kado Untuk Warga TDM, Dari Paket Sembako Hingga Parcel Buah Buahan

Warga Kelurahan Fatubesi Gotong Royong Berantas Sarang Nyamuk

Pengamat Ekonomi Regional,James Adam : Dampak Covid Pemerintah Tambah Kuota Perumahan Bersubsidi

Reses DPRD Kota Kupang, Moris Lay Disambut Keluhan Warga

Pihaknya berharap agar peternak segera melaporkan jika terjadi kematian babi secara mendadak agar segera dilakukan observasi.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved