Breaking News

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi: Saya Ini Seperti Wasit Tinju

MENTERI Perdagangan Muhammad Lutfi mendapat tiga tugas khusus dari Presiden Joko Widodo

Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.com
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi 

Kalau galau sih tidak. Cuma itu buka helm, pasang helm yang lain, itu tiba-tiba banyak sekali PR-PR nya. Waktu terakhir jadi menteri sampai sekarang itu ada 38 Peraturan Menteri Perdagangan yang saya mesti pelajari satu-satu. Memastikan bahwa peraturan itu memang menjadi instrumen yang baik, supaya perdagangan kita jalan.

Kita ini kalau kita lihat rumus GDP (Gross Domestic Product), satu bagian terbesar dari GDP kita itu konsumsi. Tahun 2020, perhitungan sementara BPS (Badan Pusat Statistik) itu konsumsi kita ini 58 persen. Jadi artinya jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Artinya ada yang turun kan'. Investasi kita yang pernah 34-33 persen, PNPB (Penerimaan Negara Bukan Pajak) kita itu hanya tinggal 31 persen.

Dana pemerintah meskipun sudah dinaikan dengan semua khusus buat (penanganan) Covid-19 ini, ternyata cuma 9,8 persen, Government Procurement kita. Terus ekspor dan impor kita pertama kali ini baru positif 21 milliar USD.

Jadi kira-kira 2 persen dari GDP kita. Kalau kita lihat dari komposisi GDP tersebut, artinya ada dua yang urusannya sama Menteri Perdangan, yang satu konsumsi yang 58 persen itu, dan yang kedua ekspor dan impor. Jadi tanggungjawab saya itu di rumus GDP yang lima itu, saya ini yang paling besar nih eksposurnya.

Perintah Presiden Jokowi adalah untuk tidak korupsi, apa yang Anda lakukan untuk menjaga itu?

Terus terang ini challenge yang luar biasa. Dan memang saya bilang tata kelola di Kementerian Perdagangan ini mesti diperbaiki. Karena kalau tidak, kualitas impor turun, konsumsi turun, seperti yang saya utarakan tadi.

Saya selalu bilang Menteri Perdagangan seperti wasit tinju. Untuk memastikan pertandingan yang baik antara penjual dan pembeli. Kalau saya terlalu ngatur semua dalam pertandingan, itu tidak ada tinjunya, tidak ada boxing-nya. Yang ada hanya lari-lari saja penjual dan pembeli. Tapi kalau saya diamkan penjual dan pembeli tanpa aturan yang mestinya saya laksanakan, pertarungan menjadi liar.

Yang bahaya adalah ketika saya salah, saya bodoh, 270 juta orang Indonesia melihat wasitnya bodoh, Menteri Perdagangannya bodoh. Yang saya wanti-wanti seluruh jajaran kementerian saya, ketika tiba-tiba 270 juta orang Indonesia merasa bahwa wasitnya curang.

Maka penonton 270 juta ini tahu bahwa Menteri Perdagangannya curang. Karena kalau saya ngapa-ngapain, Anda semua ini korbannya. Rakyat Indonesia yang menjadi saksinya. Semua ini mesti kita selesaikan secara baik dan transparan.

Jadi sekarang ini dengan Undang-undang Cipta Kerja tersebut kita sedang meng-online-kan semua urusan. Namanya Inatrade, sejak 2013-2014. Sekarang Inatrade akan digabungkan dengan OSS-nya yang ada di BKPM. Jadi ini akan menjadi transparan dan mudah-mudahan rakyat Indonesia bisa dipastikan wasitnya tidak bodoh dan wasitnya adil.

Apa quick win yang Anda lakukan agar tiga tugas dari Presiden Jokowi bisa tercapai?

Tanggal 23 saya dilantik, 24 saya memastikan bahan baku, bahan penolong untuk industri gula rafinasi sudah keluar. Pokoknya tidak ada cerita kita tidak punya gula. Apalagi yang buat industri, memastikan puasa ramadan dan lebaran tidak terganggu.

Sekarang yang mesti kita kerjakan, memperbaiki sedikit aturan-aturan supaya bisa jalan. Contoh, diskusi di antara para menteri ini untuk menurunkan pajak barang mewah. Untuk industri otomotif, mobil dan motor.

Ini penting sekali, mobil dan motor itemnya ribuan. Itu semua disuplai sama industri dalam negeri. Kita ini memproduksi 2,2 juta mobil. Dan kita mengekspor tahun lalu 250 ribu mobil dari 310 ribu mobil tahun sebelumnya. Ekspor mobil kita tahun 2020 kemarin sekitar 6,6 miliar USD. Mobil industri yang sangat penting.

Kalau kita sekarang memperbaiki industri mobil, apa yang akan kejadian?

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved