Marianus Geram Peternak di Ende Tidak Disiplin, ASF Sulit Dibendung, Tiga Bulan Ribuan Babi Mati
para peternak yang tidak disiplin terapkan biosecurity dinilai menjadi penyebab utama kenapa ASF terus berkembang.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
Marianus Geram Peternak di Ende Tidak Disiplin, ASF Sulit Dibendung, Tiga Bulan Ribuan Babi Mati
POS-KUPANG.COM | ENDE - African Swine Fever (ASF) atau flu pada ternak babi di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) sulit dibendung.
Prilaku masyarakat khususnya para peternak yang tidak disiplin terapkan biosecurity dinilai menjadi penyebab utama kenapa ASF terus berkembang.
Marianus Alexander, Kadis Pertanian Ende, mengatakan, selain tidak jalankan biosecurity, para peternak juga membuang babi yang mati disembarang tempat.
"Perkembangan ASF meningkat, kenapa, karena masyarakat tidak terapkan biosecurity. Babi mati dibuang di tempat umum," keluh Marianus saat diwawancarai POS-KUPANG.COM di ruang kerjanya, Rabu (17/2/2021).
Marianus mengatakan, masyarakat harus sadar bahwa biosecurity perlu diterapkan mengingat, obat dan vaksin untuk ASF hingga saat ini belum ada.
Marianus mengapresiasi sebagian kecil peternak yang sungguh-sungguh menerapkan biosecurity. "Contohnya di rumah pastoran aman, karena biosecurity bagus sekali," ungkapnya.
Lanjutnya, masyarakat juga perlu waspada ketika membeli ternak babi, jangan sampai membeli ternak babi yang sudah terpapar ASF.
"Jadi tanda tanya, kenapa misalnya babi yang sebenarnya harganya lima juta, tetapi dijual dengan harga dua juta saja, ada apa, dicek baik-baik. Jangan sampai babinya sakit," kata Marianus.
Manurutnya, Bupati Ende kembali mengeluarkan surat imbauan untuk disiplin menjalankan biosecurity serta menghentikan arus lalu lintas ternak babi.
Marianus menyebut jumlah ternak babi yang mati selama tiga bulan terakhir ini mencapai 1.430an ekor. "Sebenarnya November 2020, jumlah yang mati turun tapi masuk Desember naik lagi," ungkapnya.
Dia merincikan, Desember 2020 hingga 25 Januari 2021, tercatat ada 600 ekor babi mati, selanjutnya, 25 Januari hingga 14 Februari 2021, mencapai 430an ekor.
Menurutnya jika dibandingkan dengan populasi babi di Kabupaten Ende, jumlah yang mati tergolong kecil, karena populasi babi di Ende mencapai 35 ribu lebih.
Namun problemnya, katanya Marianus, ketika ada babi mati dengan jumlah yang cukup signifikan, apalagi dibuang begitu saja, maka potensi penularan makin besar.
Terkait bantuan berupa ternak babi kepada para peternak, Marianus tegaskan tidak ada bantuan, karena ASF masih melanda.
• Kisah Nelayan Tradisional Mengusir Kapal Purse Seine di Teluk Lewoleba
• Ikatan Cinta Malam Ini 17 Februari, Nino Yakin Reyna Anaknya, Papa Surya Tahu Matteo Suruhan Elsa
"Bahkan bantuan yang melalai dana desa kami imbau jangan dulu kasih bantuan berupa babi tetapi kalau tidak dengar yah ada resikonya, katanya ASF ini masih ada dan waspada gelombang kedua penyebaran ASF," tegasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti)