Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Selasa 16 Februari 2021: RAGI FARISI
"Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat? Dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar?" (Mrk 8:18).
Renungan Harian Katolik, Selasa 16 Februari 2021: RAGI FARISI (Markus 8:14-21)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - "Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat? Dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar?" (Mrk 8:18). Demikianlah Yesus mengomeli para murid-Nya. Mengapa?
Para murid sudah lama mengikuti dan hidup bersama Yesus. Mereka telah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana Yesus telah memberi makan ribuan orang.
Sebelumnya lima ribu (Mrk 6:30-44) dan kemudian empat ribu orang (Mrk 8:1-10). Itu pun tanpa dihitung kaum wanita dan anak-anak. Semua orang itu makan sampai kenyang roti dan ikan yang telah diperganda oleh Yesus, bahkan masih ada sisa lagi.
Namun anehnya ketika Yesus memperingatkan mereka agar "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes" (Mrk 8:15), mereka justru berpikir bahwa kata-kata peringatan itu Yesus sampaikan karena mereka tidak mempunyai roti" (Mrk 8:16) saat mereka berlayar dengan perahu ke seberang. Padahal Yesus memberi peringatan agar mereka jangan sampai terkena dan terkontaminasi oleh "ragi" orang Farisi.
Ragi adalah bahan pengembang yang berasal dari spesies jamur. Ragi bisa berbelah menjadi banyak untuk perkembangbiakannya. Jadi kalau ada makanan ia akan berbiak terus.
Ada satu spesies jamur bernama Latin Saccharomyces cerevisiae yang paling banyak diolah sebagai ragi roti. Ketika dicampurkan dalam adonan, jamur ini akan mendorong terjadinya proses fermentasi yang akan membantu proses pengembangan.
Semakin lama dibiarkan mengembang, rasa dan tekstur roti memang akan semakin bagus. Namun kalau terlalu lama dibiarkan, ragi bisa mati dalam suhu ruang. Hal ini bisa dilihat dari adonan yang tiba-tiba jadi kempis dan terasa keras ketika disentuh. Ketika adonan ini dipanggang, hasilnya roti yang terasa berat dan alot ketika digigit.
Yesus memang menyebut "ragi", tetapi bukan ragi yang dipakai untuk membuat roti yang mengembang dan bagus, melainkan ragi yang bisa membuat adonan jadi keras dan menghasilkan roti yang alot.
Ragi macam ini dijadikan kiasan atau lambang kecenderungan jahat, seperti iri hati, benci, dan sebagainya yang membuat hati orang menjadi keras membatu.
Dan, ragi ini ditemukan-Nya dalam diri orang-orang Farisi. Menurut Yesus, orang-orang Farisi membiarkan diri mereka "dibusukkan" dari dalam. Mereka telah melihat segala yang dikerjakan Yesus, tapi mereka tetap menuntut tanda dari surga kepada Yesus. Hal itu bisa terjadi, karena hati mereka telah membeku dan membatu oleh kebencian terhadap Yesus.
Nah ... "ragi" yang membusukkan dan mengeraskan hati orang-orang Farisi inilah yang diperingatkan Yesus kepada para murid agar diwaspadai. Mereka harus awas terhadap ragi berbahaya yang dapat memuai dalam diri mereka dan melumpuhkan hidup spiritual secara total, yakni tidak mau mempercayai Yesus.
Namun sayangnya para murid yang sudah sekian lama bergaul dengan Yesus tidak menangkap ajaran-Nya. Mereka menyangka bahwa Ia mengatakan itu karena mereka lupa membawa roti dan akan mengalami kelaparan dalam perjalanan. Alhasil, Yesus pun menyadarkan salah pengertian mereka dengan kata-kata omelan-Nya yang terbilang keras dan menusuk.
Sangat boleh jadi kita pun tak bisa menangkap ajaran Yesus. Barangkali kita salah persepsi dan salah memahami apa yang selalu diperingatkan Tuhan.