Parodi Situasi

Parodi Situasi 14 Februari 2021: Valentine Pertama dalam Covid

Simak Parodi Situasi 14 februari 2021: Valentine pertama dalam Covid-19

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Parodi Situasi 14 Februari 2021: Valentine Pertama dalam Covid
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Simak Parodi Situasi 14 februari 2021: Valentine pertama dalam Covid-19

POS-KUPANG.COM - "Datang sudah ke RSU mama sudah jalan kasih tinggal kita."
"Mama ke mana?" "Pergi dan tidak kembali lagi." Ini hari valentine. Meskipun mereka sekeluarga tidak mengerti asal-usul jatuhnya 14 Februari sebagai hari kasih sayang, mereka selalu merayakannya.

Setiap anggota keluarga akan menyiapkan kado dan acara saling tukar kado pun berlangsung dengan meriah. Dirinya pun sudah siapkan kado istimewa untuk mamanya. Kado terindah. Valentine pertama baginya untuk mengungkapkan permohonan maaf dengan tulus ikhlas untuk mama. Apakah sudah tidak ada waktu lagi?
***
Ya! Sudah tidak ada waktu lagi. Mamanya meninggal tepat pada hari valentine. Hari kasih sayang
yang kelam bagi dirinya. Hari yang dinantikannya untuk bisa bertemu mama yang dirawat sejak empat belas hari lalu. Bukankah hari ini mama pulang? Setahunya covid hanya empat belas hari. Sudah dihitungnya dengan tepat sekali bahwa hari ini mama bebas dan boleh pulang.

Penanganan Covid-19 Pemprov NTT Targetkan Refocusing Anggaran Capai Rp 300 Miliar

"Ada apa Rara?" tanya Jaki. "Wah, kamu tambah tampan kelihatannya sejak negatif covid," kata
Jaki lebih lanjut. "OTG alias Orang Tanpa Gejala yang ganteng luar dalam. Apakah jadi acara makan-makan di kafé kesayangan? Mari sudah, saya yang traktir separuh dan kamu yang traktir seluruhnya. Setuju? Kamu memang temanku yang sangat baik hati." Rara diam saja.

"Biar covid biar saja. Covid silahkan covid. Nongkrong di kafe jalan terus. Bukankah sudah satu
tahun kita buat janji dengan Nona Mia? Mudah-mudahan nona manis itu datang sendiri. Jangan sampai Benza juga ikut seperti kerbau dicocok hidung. Hiii saya tonjok dia. Bujang lapuk yang tempel terus kemana saja Nona Mia pergi. Sekali ini, dia akan saya buat tenggelam di bawah kaki," Jaki menginjak-injakkan kakinya di lantai. Valentine pertama bagiku untuk ungkap.perasaan," Jaki melayang dalam lamunan.
***
Tangisan Rara meledak. Jaki kebingungan. Belum pernah sekali pun Rara menangis sedemikian
rupa sehingga bahunya terguncang dan getaran tangisnya menunjukkan rasa sedih yang luar biasa. Jaki terheran-heran. Bukankah Rara pernah berkata berkali-kali bahwa pantang bagi seorang laki-laki menangis?

Tujuh Kecamatan di Sumba Timur Jadi Wilayah Zona Merah Kasus Covid-19, Ini Datanya

"Hanya laki-laki banci yang menangis," demikian kata Rara pada suatu waktu. Kenapa Rara mengangis? Apakah dia sudah jadi banci sejak lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Nona Mia?
Waduh! Apakah perempuan hanya satu saja?

"Oh, Rara! Ikut pepatah satu hilang seribu mengganti. Patah satu seribu menanti! Jangan menangis gara-gara cintamu bertepuk sebelah tangan. Ayoh Rara. Kalau bertepuk sebelah tangan, coba pakai kaki. Kalau bertepuk sebelah kaki pakai hidung. Sampai di hidung pasti lengket. Jangan takut covid!"

"Nona Mia!" Jaki berteriak saat dilihatnya Nona Mia datang dari jauh bersama Benza. "Wah,
lagi-lagi si kerbau dicocok hidung nempel kemana-mana. Awas kena saya punya tinju!"

"Rara! Hapus air matamu," Jaki mengguncang bahu Rara. Akan tetapi tangisan Rara pecah.
"Rara! Jangan buat malu! Aduh," Jaki memukul testanya sendiri.
***
"Jaki!" kata Nona Mia dengan wajah muram. Nona Mia dan Benza langsung berdiri di sisi kiri
kanan Rara dengan tetap menjaga jarak. "Mari kita pergi. Kami akan mengantarmu."

"Biar saya di sini saja," jawab Rara di antara isak tangisnya yang belum meredah.
"Mamanya meninggal," kata Benza setelah didesak Jaki. "Jadi kamu belum tahu?"

"Aduh," Jaki jatuh terduduk di sisi Rara. Dia tundukan kepalanya dalam-dalam dengan penuh
penyesalan karena tahu diri. Dirinyalah yang tularkan covid 19 kepada Rara. Merasa usia mudah, gagah, digandrungi banyak nona-nona cantik, serba punya, serba bisa, keduanya tetap pesiar dan nongkrong di tempat mana saja yang ada nona-nona cantik. "Ah, jangan takut covid.

Kita ini OTG alias Orang Tanpa Gejala.Tidak ada yang tahu. Jadi santai saja. Bukankah makin banyak yang tertular makin hebat dan heboh?" Jaki ingat kembali apa yang diucapkannya dan apa yang pernah dilakukannya bersama Rara. Dia sangat menyesal setelah tahu bahwa mamanya Rara terjangkit covid 19. Rara yang membawa covid 19 ke rumahnya.

"Apakah engkau kira kami ini keluarga covid?" Rara tenggelam dalam penyesalan, menyesali
kata-kata yang keluar tanpa kendali dari mulutnya sendiri.

"Memang covid itu apa? Covid covid! Malas! Siapa takut," demikian Rara dan Jaki berkoar-koar
di depan Nona Mia dan Benza beberapa waktu lalu. Sekarang keduanya tertekuk sedih. Sedih luar biasa sampai kehilangan daya untuk berdiri apalagi melangkah.
***
"Datang sudah ke RSU mama sudah jalan kasih tinggal kita," suara bapa dan adik-adiknya terus
bergemah dalam pikiran dan dalam hatinya. Jantungnya berdebar tidak karuan. Kado yang disiapkan untuk hari valentine yang didekapnya di dalam dada diserahkan kepada Nona Mia.

"Untuk mama kamu kah?" tanya Nona Mia dan Benza bersamaan. Keduanya tahu bahwa Rara
siapkan puisi khusus untuk memohon maaf pada ibundanya. Ibunda yang taat protokol kesehatan dan selalu berada di rumah. Ternyata tertular dari anak kebanggaannya, Rara! Usia tua, komorbit asma, membuat kesehatan ibunda yang baik hati ini naik turun. Semalam sehat dan sudah yakin boleh pulang hari ini. Akan tetapi nyatanya hari ini bunda pulang ke keabadian. Nona Mia membacakan puisi yang ditulis Rara.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved