Laut China Selatan
Berpapasan Sama Militer China di Laut China Selatan, Ini yang Dilakukan Militer Amerika, Bikin Syok
Berpapasan Sama Militer China di Laut China Selatan, Ini yang Dilakukan Militer Amerika, Bikin Syok
POS-KUPANG.COM - Berpapasan Sama Militer China di Laut China Selatan, Ini yang Dilakukan Militer Amerika, Bikin Syok
Ketegangan di Laut China Selatan mencapai titik yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Pasalnya, pasukan Angkatan Laut AS beberapa kali tampak berpapasan dengan militer Beijing di Laut China Selatan.
• Mengenal Bendungan Tukul di Kampung Halaman SBY Pacitan yang Diresmikan Presiden Jokowi
• Jangan Ria, 6 Shio Ini Diprediksi Beruntung & Dapat Banyak Kejutan Menarik Senin 15 Februari 2021
• FAKTA MENGERIKAN, Total Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Tembus 159.012 hingga 14 Februari 2021
Melansir Express.co.uk, Laksamana Muda James Kirk, komandan USS Nimitz yang melakukan latihan di wilayah tersebut pada hari Selasa bersama USS Theodore Roosevelt, mengatakan: "Kami telah melihat perluasan kemampuan militer mereka."
Kirk berbicara selama panggilan video kepada wartawan bersama Laksamana Muda Doug Verissimo, komandan Theodore Roosevelt, menurut Financial Times.
“Kami telah melihat perluasan kemampuan militer mereka; jumlah pesawat yang lebih banyak, jumlah kapal yang lebih banyak digunakan setiap hari.
Jadi kapasitasnya jelas meningkat.
Saya tidak akan menyimpulkan apa maksud mereka ... (tetapi) jumlah kekuatan yang kami lihat di semua domain telah meningkat secara signifikan," papar Kirk seperti yang dilansir dari Express.co.uk.
China dan AS mengirim pesawat militer ke sudut barat daya pertahanan udara Taiwan dua minggu lalu, setelah jet China melakukan "serangan rudal simulasi" terhadap kapal induk AS, USS Theodore Roosevelt.
Sebelas jet tempur militer China, termasuk pembom H-6, terbang ke daerah itu saat kapal melintas.
Militer AS menuduh China mengganggu stabilitas dan perilaku agresif sehubungan dengan insiden tersebut. Meski demikian, mereka menegaskan tidak ada personel mereka dalam bahaya.
USS Nimitz dan USS Theodore Roosevelt keduanya melakukan latihan bersama di perairan pada hari Selasa, dengan Nimitz telah menghabiskan hampir 10 bulan di wilayah tersebut.
Latihan bersama hari Selasa dengan Theodore Roosevelt dan Nimitz merupakan yang ketiga kalinya untuk kedua kapal bekerja sama sejak 2012.
Ini mengikuti laporan dari China bahwa 26 rudal pembunuh kapal induknya menutupi seluruh Laut China Selatan.
• Mengenal Bendungan Tukul di Kampung Halaman SBY Pacitan yang Diresmikan Presiden Jokowi
• Jangan Ria, 6 Shio Ini Diprediksi Beruntung & Dapat Banyak Kejutan Menarik Senin 15 Februari 2021
• RAMALAN ZODIAK Besok Senin 15 Februari 2021: Cancer Harus Hindari Konflik, Virgo Waspadai Ketegangan
• Elus Perut Tulis 2 Bulan, Amanda Manopo Bikin Heboh, Benarkah Pacar Billy Syahputra Hamil? Cek Fakta
"Kami selalu memperhatikan kemampuan militer lain dan kami beroperasi dengan cara yang menghargai kemampuan ini, jadi menurut saya kekhawatiran bukanlah sesuatu yang kami lakukan. Kami benar-benar mempersiapkan dan memperhatikan kemampuan militer yang berbeda di luar sana untuk memastikan bahwa kami dapat mempertahankan pasukan kami jika kami diminta untuk melakukan hal itu," kata Kirk.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan bahwa Departemen Pertahanan AS telah membentuk satuan tugas untuk strategi di China.
“Kami perlu memenuhi tantangan yang semakin besar yang ditimbulkan oleh China untuk menjaga perdamaian dan mempertahankan kepentingan kami di Indo-Pasifik dan secara global," kata Biden.
Departemen Luar Negeri sebelumnya menyatakan Biden ingin "sejalan" dengan sekutu.
Xi Jinping, Presiden China, memperingatkan para pemimpin global terhadap "Perang Dingin baru", yang mengancam AS.
"Untuk membangun kelompok kecil atau memulai Perang Dingin baru, menolak, mengancam atau mengintimidasi orang lain ... hanya akan mendorong dunia ke dalam perpecahan," kata Xi Jinping.
BACA JUGA BERITA LAINNYA:
Laut China Selatan Kembali Memanas, China Beri Peringatan Keras kepada Inggris, Ini Fakta yang Terjadi
China memperingatkan Inggris dan negara Barat lainnya untuk tidak mengirim kapal perang ke Laut China Selatan.
“Negeri Panda” menyatakan bahwa pihaknya bakal mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatannya.
Ancaman tersebut dilontaskan China setelah muncul kabar kalau kapal induk terbaru Inggris, HMS Queen Elizabeth, akan dikerahkan ke Laut China Selatan dalam beberapa bulan mendatang.
Rencana pengerahan HMS Queen Elizabeth ke perairan tersebut merupakan bagian dari misi operasional pertamanya. Sepanjang 2020, ketegangan antara China dan Barat terus meningkat sebagaimana dilansir dari The Sun, Sabtu (2/1/2021).
Ketegangan tersebut disebabkan oleh berbagai sebab seperti penanganan China terhadap pandemi virus corona, penanganan terhadap aksi protes di Hong Kong, dan kendali atas Laut China Selatan. Sementara itu, Amerika Serikat ( AS) sering mengirim kapalnya melalui Laut China Selatan untuk menantang klaim China atas wilayah tersebut.
Selain itu, ada spekulasi bahwa Inggris akan melakukan hal yang sama ketika HMS Queen Elizabeth beroperasi penuh. Kapal induk tersebut diharapkan untuk bergabung dengan pasukan Angkatan Laut AS dan Jepang di dekat Kepulauan Ryukyu Jepang secepatnya pada 2021 menurut Kyodo News.
Dalam konferensi pers bulanan di Beijing pada Kamis (31/12/2020, Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei ditanyai tentang rencana pengerahan HMS Queen Elizabeth tersebut di Laut China Selatan.
• Mengenal Bendungan Tukul di Kampung Halaman SBY Pacitan yang Diresmikan Presiden Jokowi
• Jangan Ria, 6 Shio Ini Diprediksi Beruntung & Dapat Banyak Kejutan Menarik Senin 15 Februari 2021
• RAMALAN ZODIAK Besok Senin 15 Februari 2021: Cancer Harus Hindari Konflik, Virgo Waspadai Ketegangan
"Pihak China percaya bahwa Laut China Selatan tidak boleh menjadi lautan persaingan kekuatan besar yang didominasi oleh senjata dan kapal perang,” kata Tan.
Dia menambahkan bahwa alasan sebenarnya adanya militerisasi di Laut China Selatan berasal dari negara-negara di luar kawasan tersebut. Pasalnya, China berpendapat bahwa kekuatan asing mengirimkan kapal-kapalnya ke Laut China Selatan, ribuan kilometer jauhnya dari rumahnya.
"Militer China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya serta perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," tutur Tan.
Sejumlah negara termasuk China, Taiwan, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam membuat klaim atas sebagian Laut China Selatan.
Selain itu, berbagai negara lain ingin mempertahankan akses ke jalur pelayaran di daerah itu. Laut China Selatan disebut sangat seksi karena perdagangan global senilai 3,4 triliun dollar AS (Rp 48.326 triliun) melewati perairan itu setiap tahun.
Angka tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari semua perdagangan maritim global. Selain itu, Laut China Selatan memiliki stok ikan yang melimpah serta cadangan minyak dan gas bumi yang besar.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menarik kecaman internasional atas pembangunan pangkalan militernya di perairan yang disengketakan tersebut. Gambar satelit juga menunjukkan jet tempur China dikerahkan ke pulau-pulau di wilayah tersebut.
Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada 2016 menemukan bahwa tidak ada bukti kalau China secara historis melakukan kontrol eksklusif atas perairan atau sumber daya mereka.
Keputusan itu mengatakan bahwa tidak ada dasar hukum bagi China untuk mengeklaim hak bersejarah atas sumber daya di Laut China Selatan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/ilustrasi-2-kelompok-kapal.jpg)