Ahok BTP
Bak Kacang Lupa Kulit, Ahok Buka-bukaan Alasan Tinggalkan Golkar dan Gerindra Pilih Gabung PDIP
Bak Kacang Lupa Kulit, Ahok Buka-bukaan Alasan Tinggalkan Golkar dan Gerindra Pilih Gabung PDIP
Bak Kacang Lupa Kulit, Ahok Buka-bukaan Alasan Tinggalkan Golkar dan Gerindra Pilih Gabung PDIP
POS-KUPANG.COM - Keputusan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok bergabung dengan PDIP sempat mengejutkan banyak pihak.
Apalagi karier politiknya dibesarkan Golkar dan Gerindra.
Ternyata mantan suami Veronica Tan itu mempunyai alasan mengapa tinggalkan Partai Golkar dan Partai Gerindra dan memilih bergabung dengan partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut.
Ia mengungkapkan jika Megawatai Soekarnoputrilah yang menjadi alasannya bergabung dengan PDIP.
Ahok diketahui bergabung dengan PDIP setelah bebas dari penjara akibat kasus penghinaan terhadap kitab Suci alquran.
• Ahok Sampaikan Pesan Ini Ke Anak-Anak Muda: Kalau Mau Jadi Politisi, Siap Berkorban Untuk Orang Lain
• Alasan Ahok Bergabung dengan PDIP, Ternyata Karena Tertarik Sama Ibu Mega
• Ahok Angkat Bicara Soal Pilihan Politiknya, Saya Bergabung ke PDIP Karena Ibu Megawati & Alasan Ini!
Ahok menyebut, alasan utamanya yakni Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menurutnya selalu menilai seorang kader dari kemampuannya bekerja.
Megawati, menurut Ahok, tidak memikirkan latar belakang suku, agama, ras dan golongan ketika memilih seorang kader untuk maju dalam sebuah kontestasi politik.
"Saya sendiri bukan cuma ngomong tetapi mengalami, banyak orang takut mencalonkan saya karena dianggap triple minoritas atau apa, tetapi bagi Ibu Ketum tidak. Dia harus menilai orang berdasarkan meritokrasi atau kemampuan seseorang bisa kerja atau tidak," kata Ahok pada Perayaan Imlek yang diadakan oleh PDIPP secara virtual, Jumat (12/2/2021).
Ahok bercerita, saat hendak mengikuti kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2012, banyak pihak yang memintanya untuk tidak mencalonkan diri sebagai calon wakil gubernur menemani Joko Widodo.
Namun, kata Ahok, Megawati tetap memilihnya untuk disandingkan dengan Jokowi kala itu.
"Saya hanya dengar, ketika itu sebenarnya pendamping Pak Jokowi bukan saya sebetulnya. Karena kalau saya kan akan menurunkan nilai seorang Pak Jokowi, saya turunan Tionghoa, agama saya bukan yang mayoritas," kata Ahok.
"Tetapi Ibu Mega mengatakan 'Saya memilih Ahok untuk maju karena dia memang bisa kerja' dan terbukti. Itu yang dilakukan oleh Ibu (Mega), dan saya kira ini bukti konkret Ibu seorang negarawan," ucap dia.
Saat ini, Komisaris Utama Pertamina itu pun menyebut bahwa ia hanya ingin tetap dikenal sebagai seorang perjuang nasionalis.
"Yang saya harapkan dalam hidup saya adalah, saya tetap punya nama yang baik sebagai pejuang nasionalis di partai seperti PDI-P. Kerinduan saya adalah kita sama-sama sebagai saudara sebangsa se-Tanah Air, memperjuangkan fondasi dasar pancasila ini. Tujuannya apa? Mewujudkan keadilan soaial bagi seluruh Indonesia," papar Ahok.
Jumat kemarin, PDIP menggelar perayaan Imlek virtual.
Selain Ahok, mereka yang turut hadir yakni Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris, Anggota DPR Fraksi PDIP Sofyan Tan, serta Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto, Perayaan Imlek tersebut juga dipandu oleh Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta, Tina Toon.
Kiprah politik Ahok
Pada tahun 2004, Ahok terjun ke dunia politik dan bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB) sebagai ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung Timur.
Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.
Partai PIB adalah partai politik yang didirikan oleh Alm Sjahrir.
Politisi PDIP, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (DOK KOMPAS.COM)
1. Bupati Belitung Timur
Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur tahun 2005, Ahok berpasangan dengan Khairul Effendi dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) ikut sebagai calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010.
Dengan mengantongi suara 37,13 persen pasangan ini terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitif pertama.
Pasangan Basuki-Khairul ini unggul di Kabupaten Belitung Timur yang menjadi lumbung suara Partai Bulan Bintang (PBB) pada pemilu legislatif tahun 2004 lalu.
Ahok kemudian mengajukan pengunduran dirinya pada 11 Desember 2006 untuk maju dalam Pilgub Bangka Belitung 2007. Pada 22 Desember 2006, ia resmi menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi.
2. Pemilihan Gubernur Bangka Belitung 2007
Di Pilkada Gubernur Bangka Belitung tahun 2007, Basuki mengambil bagian menjadi kandidat calon gubernur.
Presiden RI Ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendukung Ahok untuk menjadi Gubernur Bangka Belitung dan ikut berkampanye untuknya. Gus Dur menyatakan bahwa "Ahok sudah melaksanakan program terbaik ketika memimpin Kabupaten Belitung Timur dengan membebaskan biaya kesehatan kepada seluruh warganya".
Namun dalam pemilihan tersebut ia dikalahkan oleh rivalnya, Eko Maulana Ali.
Pada 2008, ia menulis buku biografi berjudul "Mengubah Indonesia".
3. Anggota DPR RI 2009-2014
Pada tahun 2009, Ahok mencalonkan diri dan terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Bangka Belitung mewakili Partai Golongan Karya.
Ia sukses meraup 119.232 suara dan duduk di Komisi II. Pada tahun 2011, ia membuat kontroversi setelah menyuarakan laporan dan keluhan masyarakat Bangka Belitung yang ditemuinya secara pribadi dalam masa reses.
Laporan ini mengenai bahaya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan kapal hisap dalam eksploitasi timah.
Ahok dianggap menghina pengusaha dari Belitung dan dilaporkan ke Badan Kehormatan DPR oleh Front Pemuda Bangka Belitung (FPB).
Ia menyayangkan aksi pelaporan ini karena tidak substansial dengan masalah yang ia bicarakan, yaitu pencemaran lingkungan.
Dia juga termasuk salah satu anggota Komisi II sewaktu DPR membahas megaproyek e-KTP yang dikorupsi triliunan rupiah, namun hanya beberapa anggota DPR yang ditetapkan sebagai terdakwa untuk kasus ini.
Pada tahun 2010, ia telah menyuarakan pentingnya laporan kekayaan dan pembuktian terbalik bagi calon kepala daerah yang akan mengikuti proses Pilkada.
4. Wakil Gubernur DKI Jakarta
Ahok sesungguhnya telah berniat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak tahun 2011 melalui jalur independen. Ia sempat berusaha mengumpulkan fotocopy kartu tanda penduduk (KTP) untuk bisa memenuhi persyaratan maju menjadi calon independen.
Namun pada awal tahun 2012, ia mengaku pesimistis akan memenuhi syarat dukungan dan berpikir untuk menggunakan jalur melalui partai politik.
5. Pendamping Joko Widodo dalam Pilgub DKI 2012
Pada akhirnya Basuki mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Joko Widodo dalam Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012.
Pasangan Jokowi-Basuki ini mendapat 1.847.157 (42,60%) suara pada putaran pertama, dan 2.472.130 (53,82%) suara pada putaran kedua, mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
6. Plt Gubernur DKI Jakarta
Selama kampanye Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2014, Jokowi meletakkan posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Untuk mengisi posisi ini, Ahok mengisi posisi Pejabat (Plt) Gubernur hingga akhirnya Jokowi dilantik sebagai Presiden RI, yang mengharuskannya mundur dan Ahok resmi diangkat sebagai Gubernur sesuai Perpu Pilkada No 1 tahun 2014 pada tanggal 14 November 2014.
Pada pemilihan presiden tersebut, walaupun Ahok adalah Plt Gubernur dari Jokowi, namun ia mendukung Prabowo Subianto yang merupakan calon presiden lawan dari Jokowi.
Bahkan, jika Prabowo Subianto menang dalam pemilihan tersebut, Ahok dijanjikan akan dijadikan Menteri Dalam Negeri Indonesia agar dia dapat melakukan reformasi anggaran di semua pemerintah daerah yang ada di seluruh Indonesia.
7. Sebagai Gubernur
Pada 14 November 2014, DPRD DKI Jakarta mengumumkan Basuki sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo yang telah menjadi Presiden Republik Indonesia.
Setelah pengumuman ini, DPRD DKI Jakarta mengirimkan surat ke Kementerian Dalam Negeri agar Basuki dilantik menjadi Gubernur.
Pengumuman ini dilakukan setelah sebelumnya mendapatkan berbagai tentangan, antara lain dari FPI dan sebagian anggota DPRD DKI Jakarta dari partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih.
Front Pembela Islam menolak pengakatan Basuki dengan tiga dasar: (1) Ahok tidak beragama Islam, (2) perilaku Ahok dianggap arogan, kasar, dan tidak bermoral, (3) penolakan umat Islam Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok.(*)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Tinggalkan Partai Golkar dan Partai Gerindra, Ahok Akhirnya Buka-bukaan Alasan Gabung di PDIP, https://makassar.tribunnews.com/2021/02/13/tinggalkan-partai-golkar-dan-partai-gerindra-ahok-akhirnya-buka-bukaan-alasan-gabung-di-pdip?page=all.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/ahok-btp-hadir-di-kongres-v-pdip-di-bali.jpg)