Refly Harun Ungkit Lagi Soal Kudeta Demokrat: Untung Bisa Dicegah, Jika Tidak AHY Bakal Ditinggalkan

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengapresiasi langkah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhono (AHY) atas isu tersebut.

Editor: Frans Krowin
instagram @reflyharun
Pengamat politik Refly Harun 

Refly Harun Ungkit Lagi Soal Kudeta Demokrat: Untung Bisa Dicegah, Jika Tidak AHY Bakal Ditinggalkan

POS-KUPANG.COM -- Sampai saat ini, isu kudeta di Partai Demokrat masih menjadi perbincangan hangat di jagat maya.

Sejak isu itu menyeruak, banyak pengamat langsung memberikan analisa tentang  nasib Agus Harimurti Yudhoyono pasca kudeta.

Untungnya, musibah besar itu dapat dicegah sehingga putra mahkota Presiden SBY itu tetap memimpin partai berlambang mercy itu.

Sebelumnya, beberapa kader Partai Demokrat menyebut upaya merebut kursi Ketum itu dilakukan beberapa kader, eks kader, hingga Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal Purn TNI Moeldoko.

Kini, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun kembali mengungkit isu kudeta di partai tersebut.

Ia bahkan menyebutkan nasib buruk bisa menimpa AHY jika sampai dikudeta mantan Panglima TNI itu terjadi saat itu.

Menurut Refly Harun, AHY akan ditinggalkan para pengikutinya seperti Andi Arief dkk.

Diketahui, AHY mengumumkan ke publik tentang adanya upaya kudeta kepemimpinan Partai Demokrat oleh kelompok tertentu.

Bak gayung bersambut, para kader Partai Demokrat pun ramai-ramai mengungkapkan siapa dalang kudeta tersebut.

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengapresiasi langkah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhono (AHY) atas isu tersebut.

Menurut Refly, AHY telah melakukan tindakan tepat dengan mengumumkan adanya gerakan kudeta Demokrat.

Pasalnya, Refly menyebut AHY bisa kehilangan posisi di Demokrat jika hal itu tak dilakukan.

Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube Refly Harun, Sabtu (6/2/2021).

"Jadi sebenarnya dalam konteks ini memuji keberhasilan AHY untuk menyetop upaya men-takeover Partai Demokrat," ucap Refly.

Menurut Refly, Demokrat bisa cepat diambilalih jika isu itu tak diungkap AHY.

Ia mengatakan, AHY pun memiliki tujuan khusus dengan memimpin Demokrat.

Karena itu jika kehilangan posisi di Demokrat, AHY disebutnya tak akan menjadi siapa-siapa.

"Karena kalau tidak diumumkan sejak awal, maka barangkali sudah hilang Partai Demokrat," ujar Refly.

"Dan kalau Partai Demokrat lepas dari genggaman AHY, AHY akan menjadi bukan siapa-siapa."

"Tapi selama dia menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, selama dia masih berada di bawah naungan SBY," sambungnya.

Refly melanjutkan, AHY memiliki peluang untuk maju di Pilkada DKI atau Pilpres 2024.

Namun, hal sebaliknya disebut Refly akan menimpa AHY jika gagal mempertahankan Demokrat.

"Maka dia akan tetap jadi orang yang diperhitungkan dalam perhelatan Pilkada DKI kalau digelar 2022 dan juga Pilpres 2024," kata Refly.

"Tapi kalau genggaman terhadap Partai Demokrat hilang, maka mereka akan hilang pula."

"Termasuk hilang juga pengikut-pengikutnya, semacam Andi Arief, teman lama saya di UGM," tukasnya.

Marzuki Alie Tak Terima

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko disebut-sebut pernah meminta jabatan kepada mantan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2015 silam.

Mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie yang saat itu masih menjabat memberi klarifikasi.

Hal itu ia sampaikan dalam Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Rabu (3/2/2021).

Diketahui Moeldoko disebut sebagai satu di antara 5 tokoh yang diisukan hendak mengkudeta Demokrat dan kepemimpinan Ketua Umum saat ini, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang juga merupakan putra SBY.

Menanggapi isu Moeldoko pernah meminta jabatan, Marzuki mengaku dirinya tidak tahu-menahu.

"Saya justru enggak tahu. Bagaimana saya mau tahu?" ungkap Marzuki Alie.

Marzuki mengaku namanya hanya terseret dalam isu tersebut, meskipun ia tidak tahu apa-apa.

"Saya kadang-kadang disebut orang, sering sekali disebut, tapi saya sendiri tidak tahu," katanya.

"Banyak berbagai isu tentang saya, tapi ya, sudahlah," tambah mantan Ketua DPR RI ini.

Dalam tayangan yang sama, selanjutnya Marzuki mengungkit bagaimana awal mula Demokrat didirikan SBY bersama sejumlah tokoh.

"Saya ingat ini komitmen Pak SBY pada saat mengajak kami-kami ini berjuang di dalam partai," ungkapnya.

Saat itu SBY sudah memiliki rencana terhadap sistem partai yang ingin dibentuk.

Ia ingin Demokrat menjadi partai modern yang tidak berpatok pada satu tokoh utama saja.

"Bagaimana beliau punya cita-cita membangun partai yang modern," kata Marzuki.

"Partai modern itu partai yang dikelola dengan sistem, bukan berdasarkan individu, figur, dan dinasti," lanjut dia.

"Itu jelas clear disampaikan ke saya. Itu yang disampaikan kepada saya tahun 2003 di Palembang. Waktu itu saya masih direktur BUMN," terangnya.

Marzuki mengakui dirinya tidak kecewa dengan pemilihan AHY sebagai ketua umum saat ini.

Walaupun begitu, ia mengingatkan tujuan awal SBY mendirikan partai.

"Saya tidak menyatakan kecewa, tapi saya melihat ini sudah tidak sesuai dengan komitmen beliau, itu saja," tandasnya. (TribunKaltim.co / Rafan Arif Dwinanto)

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Refly Harun Ungkap Nasib AHY Andai Moeldoko Benar Lakukan Kudeta, Sebut Ditinggalkan Pengikutnya, https://jambi.tribunnews.com/2021/02/07/refly-harun-ungkap-nasib-ahy-andai-moeldoko-benar-lakukan-kudeta-sebut-ditinggalkan-pengikutnya?page=all

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved