Opini Pos Kupang

Sensus Penduduk 2020 Bisa Mengubah NTT

Tidak ada yang mengira untuk pertama kalinya dalam 75 tahun Indonesia merdeka, sejarah baru Satu Data Indonesia tercipta

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Sensus Penduduk 2020 Bisa Mengubah NTT
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Namun, pergerakan seperti itu mungkin hanya bersifat sementara, dan ada kemungkinan yang jelas bahwa stagnasi jangka panjang dalam mobilitas geografis selama dekade terakhir dapat muncul kembali saat pandemi mereda.

Analisis di atas menjelaskan bahwa kita berada di tengah-tengah stagnasi demografis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian besar disebabkan oleh tingkat kesuburan yang lebih rendah dan peningkatan mortalitas yang terkait dengan populasi yang menua. Pandemi COVID-19 tentu menonjolkan pola ini. Migrasi penting untuk menghadapi stagnasi lebih lanjut.

Sensus penduduk tahun 2020 juga menyoroti perbedaan pertumbuhan yang tajam antara orang tua dan orang muda di NTT.

Hasil Sensus Penduduk tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berusia di atas 56 tahun sebesar 12,55 persen, atau berada diatas 10 persen sehingga dapat dikategorikan sebagai aging population.

Penggerak terbesar adalah generasi Baby Boomer, yang melewati usia 56 tahun selama dekade terakhir, meningkatkan kelompok usia 56 hingga 74 tahun sebesar 10,56 persen sedangkan Pre Boomer (usia 75 tahun keatas) sebesar 1,99 persen.

Kita dapat mengharapkan sebagian besar kabupaten/kota menunjukkan peningkatan dalam populasi mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Bahkan di daerah yang secara demografis stagnan, "penuaan di tempat" dari generasi baby boomer di dalamnya akan menyebabkan pertumbuhan populasi manula.

Pertama Kali dalam Sejarah

Hasil SP 2020 berdasarkan kelompok umur usia muda yaitu 0-14 tahun mengalami penurunan tingkat kelahiran menjadi 24,64 persen dari 37,31 persen, sebaliknya kelompok umur usia produktif 15-64 tahun menunjukkan trend meningkat dari 57,73 persen menjadi 69,47 persen, begitu pula kelompok umur usia lanjut 65 tahun keatas sebesar 5,89 persen, meningkat dari 4,96 persen. Peningkatan kelompok usia lanjut disebabkan oleh adanya perbaikan kesehatan masyarakat, peningkatan gizi, serta perbaikan pola hidup.

Dengan menggunakan pengelompokan umur ini maka dapat diketahui rasio ketergantungan yaitu perbandingan antara kelompok usia produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas) untuk melihat terbukanya peluang bonus demografi.

Dari hasil proyeksi penduduk tahun 2015-2045 diketahui bahwa peluang bonus demografi di Indonesia terbuka sejak tahun 2012 dan tertutup pada 2036, dengan puncaknya pada tahun 2021.

Dengan menggunakan pengelompokan umur tersebut diperoleh rasio ketergantungan NTT sebesar 42,59 persen, setiap 100 orang yang berusia produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 43 orang usia non produktif (umur 0-14 tahun dan 65 tahun keatas).

Ini merupakan titik terendah dalam sejarah demografi NTT atau dapat dikatakan ini menjadi bonus demografi yaitu keuntungan ekonomis yang diperoleh akibat struktur penduduk usia produktif lebih besar dua kali lipat dibanding usia non produktif. Ini merupakan peluang emas karena tidak akan terulang kembali.

Pada tahun-tahun selanjutnya akan ada peningkatan usia lansia atau aging yang merupakan usia non produktif. Puncak bonus demografi diperkirakan pada tahun 2021, dan NTT mendahuluinya pada tahun 2020.

Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015-2045, bonus demografi akan tertutup untuk bangsa Indonesia pada tahun 2036.

Antara Milenial dan Gen Z

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved