MAKIN PANAS! Ruhut Sitompul Beri Peringatan Keras Ini ke AHY, Sebut Putra SBY Begini, Apa?
MAKIN PANAS! Ruhut Sitompul Beri Peringatan Keras Ini ke AHY, Sebut Putra SBY Begini, Apa?
POS-KUPANG.COM - MAKIN PANAS! Ruhut Sitompul Beri Peringatan Keras Ini ke AHY, Sebut Putra SBY Begini, Apa?
Sikap Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyurat ke Presiden Joko Widodo dan menuding lingkar istana terlibat untuk ''mengkudeta'' dirinya dari posisi Ketum dinilai banyak kalangan berlebihan dan terkesan mencari panggung politik.
Mantan politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul meminta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak menambah beban Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan persoalan internal Partai Demokrat.
• Ustadz Dasad Latif Sebut Biarawati Berkerudung, Singgung Manusia Penista hingga Koruptor Dana Bansos
• Simak Daftar Harga Hand Phone OPPO Tahun 2021 dengan RAM 3-6 GB Paling Murah Rp 1,7 Juta
• Simak Daftar Harga Hand Phone OPPO Tahun 2021 dengan RAM 3-6 GB Paling Murah Rp 1,7 Juta
• SOAL JAWABAN TVRI Kamis 4 Februari 2021 Kls 6 SD: Sebutkan 7 Keajaiban Dunia Terletak di Negara Mana
"Pak Jokowi itu presiden kita loh. Jangan kita tambah beban lagi permasalahan di dalam rumah tangga Demokrat. Pak Jokowi lagi membenahi kaitan dengan pandemi, masalah ekonomi dan sebagainya, beliau sedang kerja keras," kata Ruhut saat dihubungi, Jakarta, Rabu (3/1/2021).
Ruhut yang saat ini kader PDI Perjuangan menyebut AHY telah bersikap kekanak-kanakan, padahal dirinya merupakan Ketua Umum Demokrat.
"Sudahlah, saya katakan kekanak-kanakan karena dia melempar polemik tapi tidak menyebut nama-nama, itu kan tidak baik," ucap Ruhut.
"Sekarang disebut (nama-nama), meski bukan dia yang sebut, orang-orang sekitar dia. Mestinya dia yang ngomong sebagai ketua umum, ambil alih dan jangan bikin surat ke Pak Jokowi," sambung Ruhut.
Selain membawa Presiden ke dalam persoalan internal Demokrat, Ruhut juga menyayangkan beberapa politikus partai berlambang Mercy menyebut nama Moeldoko sebagai pihak penggerak kudeta.
"Pak Moeldoko itu tidak bisa disalahkan, beliau sebagai pejabat negara, ada yang tidak senang dengan AHY datang ke rumahnya, curhat," ucap Ruhut.
Ruhut pun menyebut tuduhan kepada Moeldoko dikaitkan dengan Pemilu 2024, sangat tidak mendasar.
"Banyak pernyataan, seolah beliau mau pakai Demokrat sebagai perahu Capres 2024, aduh masih jauh. Jangan ngarang cerita, apalagi disebut tiap cabang dikasih Rp 100 juta, bener gak itu? Itu kan yang belum tentu benar, jangan diomongin, nanti malah fitnah," kata Ruhut.
Karena itu, Ruhut meminta AHY bersikap bijaksana sebagai pemimpin partai, dan melakukan pemanggilan pihak-pihak internal Demokrat yang diduga melakukan rencana kudeta.
• Gara-Gara Ini Pelajar di Reo Hingga Tenggelam di Sungai Wae Pesi
• Ustadz Dasad Latif Sebut Biarawati Berkerudung, Singgung Manusia Penista hingga Koruptor Dana Bansos
• SOAL JAWABAN TVRI Kamis 4 Februari 2021 Kls 6 SD: Sebutkan 7 Keajaiban Dunia Terletak di Negara Mana
"Panggil mereka, tidak usah ribut-ribut di media, apalagi gosip, akhirnya menyerang Pak Jokowi, serang Pak Moeldoko. Itu tidak baik," ucap Ruhut.
BACA JUGA BERITA LAINNYA:
Mundur karena AHY, Kini Ferdinand Hutahean Buka Suara Soal Kudeta: Tak Mungkin Rasanya Moeldoko
Masih ingat Ferdinand Hutahaean, politisi Partai Demokrat yang mundur karena AHY? Ia angkat bicara soal Kudeta Partai Demokrat.
Bekas politisi Partai Demokrat ini tak yakin Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bertindak bodoh menjadi otak di balik kudeta AHY (Agus Harimurti Yudhoyono).
Mengingat, Moeldoko merupakan mantan panglima TNI yang memiliki segudang pengalaman tentang sosial politik.
Seperti diketahui, Moeldoko merupakan Panglima TNI di era ayahnda AHY, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjabat Presiden RI.
Karena itu, Ferdinand menilai, masalah di tubuh Partai Demokrat merupakan riak kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan oleh AHY.
Sebelumnya, AHY berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk minta klarifikasi perihal dugaan adanya pejabat negara terlibat dalam pengambilalihan kepemimpinan di Demokrat.
"Jadi bagi saya tak mungkin rasanya Moeldoko bertindak bodoh seperti yang dituduhkan," katanya saat dihubungi Selasa (2/2/2021).
Harus KLB
Ferdinand meyakini, Moeldoko mengatahui bahwa mengambil alih partai itu yang ketua umumnya dan pengurusnya sudah sah sesuai SK KUMHAM terpilih secara aklamasi tidaklah mudah dan harus melalui sebuah Kongres Luar Biasa (KLB).
KLB ini harus didukung 2/3 pengurus secara nasional.
Diyakini Ferdinand, hal itu telah dibaca oleh Moeldoko bahwa nama-nama yang disebut 5 orang kader dan mantan kader itu tak akan sanggup menggerakkan 2/3 pengurus untuk KLB.
• Gara-Gara Ini Pelajar di Reo Hingga Tenggelam di Sungai Wae Pesi
• Ustadz Dasad Latif Sebut Biarawati Berkerudung, Singgung Manusia Penista hingga Koruptor Dana Bansos
"Maka kesimpulan saya, saya tak percaya Moeldoko terlibat apalagi menjadi sponsor sebuah kudeta yang tak mungkin terjadi," ujarnya.
Ferdinand justru heran dengan respons berlebih Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono terhadap riak-riak yang dilakukan gerakan kecil.
Menurutnya, dinamika politik tersebut tak perlu dibesar-besarkan.
"Justru saya heran dengan AHY yang menanggapi gerakan kecil yang dilakukan oleh kader dan mantan kader itu, tak layak ditanggapi sedemikian rupa karena gerakan itu adalah gerakan lama yang hanya bisa cuap-cuap," pungkasnya.
Pengamat : ada eksploitasi
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menaggapi isu kudeta Partai Demokrat yang dilakukan orang dalam lingkaran Istana.
Tudingan ini diungkapkan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam konferensi pers di Taman Politik DPP Demokrat, Senin (1/2/2021).
AHY menyebut, orang yang terlibat dalam gerakan itu terdiri dari kader yang saat ini masih aktif di partai, mantan kader, dan non-kader.
Sedangkan seorang yang non-kader partai disebutnya sebagai pejabat tinggi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Burhanuddin Muhtadi menjelaskan nama-nama tokoh internal partai yang ingin mengkudeta merupakan nama-nama lama yang sudah lama menempatkan diri sebagai oposional Partai Demokrat.
"Pertama dari sisi aktor internal Partai Demokrat yang muncul dimedia entah itu Bung Jhoni Allen, Max Sopacua atau Marzuki Alie, itu bukan aktor lama yang selama ini menampilkan sikap oposional partai Demokrat."
• Gara-Gara Ini Pelajar di Reo Hingga Tenggelam di Sungai Wae Pesi
• Ustadz Dasad Latif Sebut Biarawati Berkerudung, Singgung Manusia Penista hingga Koruptor Dana Bansos
• SOAL JAWABAN TVRI Kamis 4 Februari 2021 Kls 6 SD: Sebutkan 7 Keajaiban Dunia Terletak di Negara Mana
"Mungkin ini bagian dari riak terakhir kongres Partai Demokrat yang terlalu terburu-buru," ujarnya dilansir YouTube Kompas TV, Selasa (2/2/2021).
Menurutnya, munculnya nama Moeldoko perlu dipertanyakan karena ia merupakan pejabat Istana.
Ia mengungkapkan jika ada upaya untuk mengkekspoitasi isu ini karena Partai Demokrat berada di luar pemerintahan.
"Tetapi munculnya nama Moeldoko itu jelas secara politik probematik dan Partai Demokrat mempunyai hak untuk mengklarifikasi ke Jokowi."
"Nah pertanyaannya adalah kenapa klarifikasinya dilakukan secara terbuka dan ada kesan mengeksploitasi. Meskipun tidak salah, tapi itu hak Partai Demokrat untuk mem-blow up isu ini," imbuhnya.
Burhanuddin mengatakan apa yang dilakukan Moeldoko merupakan kesalahan karena ia masih menjabat sebagai Kepala Staf Presiden.
"Karena terlepas dari logis atau tidaknya dan itu diakui oleh Moeldoko ada pertemuan Moeldoko dengan elemen Partai Demokrat. Mungkin secara politik itu incorrect kepala KSP terlibat urusan partai lain apalagi oposisi," ungkapnya.
Menurutnya, isu ini diekspoitasi karena Partai Demokrat bisa mendapatkan suara dari pemilih Gerindra yang kini bergabung ke pemerintahan.
"Kalau misalnya pemilih Gerindra lari ke Demokrat bisa jadi kekuatan utama. Tidak ada salahnya Partai Demokrat mengeksploitasi isu ini," katanya.
Menurutnya, Jokowi harus melakukan tindakan atas isu yang beredar dan melibatkan pejabat Istana.
"Pak Jokowi harus menjawab problem etik karena ada kemungkinan orang terdekatnya yang bisa jadi secara normatif melanggar pakem. Minimal menegur."
"Kalau jadi terbuka itu tamparan buat Moeldoko. Bagaimanapun kejadian ini melibatkan orang terdekatnya," ungkap pria 43 tahun ini.
Sebelumnya Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal (Purn) Moeldoko, menjawab tudingan adanya orang Istana yang ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa.
Moeldoko menjelaskan permasalan ini tidak melibatkan Istana maupun Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya tudingan yang diungkapkan AHY ke Istana salah sasaran karena Presiden Jokowi tidak mengetahui permasalahan ini.
"Jangan dikit-dikit istana dalam hal ini saya mengingatkan dan jangan ganggu pak Jokowi dalam hal ini karena beliau dalam hal ini tidak tahu apa-apa," ujar Moeldoko, Senin (1/2/2021) malam, dilansir YouTube Kompas TV.
Ia mengungkapkan masalah ini merupakan masalah pribadinya bukan Istana.
"Jadi itu urusan saya Moeldoko bukan KSP," tegasnya.
Mantan Panglima TNI ini menjelaskan dugaan kronologi dirinya bisa dituding ingin mengkudeta partai Demokrat.
"Jadi ceritanya begini, beberapa kali memang banyak tamu yang berdatangan dan saya orang yang terbuka. Saya mantan panglima TNI tapi saya tidak memiliki batas dengan siapapun."
• Gara-Gara Ini Pelajar di Reo Hingga Tenggelam di Sungai Wae Pesi
• Ustadz Dasad Latif Sebut Biarawati Berkerudung, Singgung Manusia Penista hingga Koruptor Dana Bansos
• SOAL JAWABAN TVRI Kamis 4 Februari 2021 Kls 6 SD: Sebutkan 7 Keajaiban Dunia Terletak di Negara Mana
"Secara bergelombang mereka datang berbondong-bondong kita terima. Konteksnya apa saya tidak mengerti. Pada curhat tentang situasi yang terjadi, saya dengarin," ungkap pria kelahiran Kediri ini.
Moeldoko merasa prihatin setelah mendengar penjelasan terkait kondisi partai Demokrat terkini.
"Saya prihatin dengan situasi itu karena saya bagian yang mencintai Demokrat," ujarnya.
* Respon Marzuki Alie
Lama tak terdengar di panggung politik politisi Partai Demokrat dan mantan Ketua DPR RI, Marzuki Alie akhirnya muncul setelah namanya dikait-kaitkan dengan usaha menggoyang Partai Demokrat dibawa kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Nama Marzuki Alie dan Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko disebut ikut merancang agenda 'menjatuhkan' AHY dari tampuk pimpinan partai berlambang Mercy ini.
Tak lain setelah kedua nama tokoh ini disebut sebagai sosok yang terlibat dalam kudeta Partai Demokrat.
Hal ini berdasarkan pernyataan politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.
"Marzuki Alie, Jhoni Allen, Nazaruddin, dan Darmizal," kata Rachland, Selasa (2/2/2021).
Sementara nama Moeldoko diungkapkan oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra serta Andi Arief.
Tak butuh waktu lama bagi kedua tokoh ini untuk segera menanggapi pernyataan tersebut.
Termasuk Moeldoko yang langsung menggelar konferensi pers untuk menjawab isu rencana kudeta Partai Demokrat yang disebutkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Berikut respons Marzuki Alie dan Moeldoko saat namanya disebut terlibat dalam kudeta Partai Demokrat sebagaimana dirangkum Tribunnews.com:
1. Moeldoko
Moeldoko mengaku sebenarnya hanya ingin diam terlebih dahulu setelah mendengar pernyataan AHY soal isua danya gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, Senin (1/2/2021)
Sebab, kata Moeldoko, ia tak perlu reaktif.
"Teman-teman sekalian, sebenarnya saya masih diam-diam saja sih, menunggu besok atau kapanlah, karena saya nggak perlu reaktif dalam hal ini," ujar Moeldoko dalam konferensi pers yang diunggah KompasTV.
Lebih lanjut, jenderal purnawirawan TNI itu meminta agar tidak semua hal dikaitkan dengan Istana.
Bahkan, Moeldoko meminta agar Jokowi tidak diganggu karena Presiden tidak mengetahui sama sekali masalah tersebut.
Masalah itu, lanjut dia, adalah urusan Moeldoko.
"Poinnya yang pertama: jangan dikit-dikit Istana. Dalam hal ini, saya mengingatkan, sekali lagi, jangan dikit-dikit Istana dan jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini."
"Karena beliau, dalam hal ini, tidak tahu sama sekali, nggak tahu apa-apa, dalam hal ini, dalam isu ini. Jadi, itu urusan saya. Urusan Moeldoko ini," tegas mantan Panglima TNI itu.
Lebih lanjut, Moeldoko menceritakan pertemuannya dengan beberapa orang di rumahnya.
"Jadi ceritanya begini teman-teman sekalian, beberapa kali memang banyak tamu yang berdatangan dan saya orangnya terbuka."
"Saya mantan Panglima TNI dan tidak memberi batas dengan siapapun. Apalagi di rumah ini, mau datang terbuka 24 jam, siapa pun," kata dia.
Orang-orang tersebut, lanjut Moeldoko datang secara bergelombang. Ia mengaku tidak tahu apa konteks kedatangan orang-orang ini.
"Secara bergelombang mereka dateng, berbondong-bondong ya kita terima. Konteksnya apa, saya juga nggak ngerti," ujar dia.
Selanjutnya, Moeldoko berbicara dengan mereka dengan mengawali soal pertanian yang menjadi kegemarannya.
Para tamu itu pun lantas menceritakan tentang situasi yang mereka tengah hadapi. Moeldoko pun hanya bisa mendengarkan.
"Dari ngobrol obrolan itu, biasanya saya awali dengan pertanian karena saya memang suka pertanian."
"Berikutnya pada curhat tentang situasi yang dihadapi, ya gua dengerin aja. Berikutnya ya udah dengerin aja," kata dia.
Mendengar cerita tersebut, Moeldoko mengaku prihatin dengan situasi yang dialami.
"Saya sih sebenarnya prihatin melihat situasi itu karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat," ujarnya.
Sikap Moeldoko tersebut lantas memicu sejumlah isu yang saat ini berkembang.
Pria kelahiran Kediri, Jawa Timur itu menduga, munculnya isu ini berasal dari foto-foto.
• Gara-Gara Ini Pelajar di Reo Hingga Tenggelam di Sungai Wae Pesi
• Ustadz Dasad Latif Sebut Biarawati Berkerudung, Singgung Manusia Penista hingga Koruptor Dana Bansos
• Simak Daftar Harga Hand Phone OPPO Tahun 2021 dengan RAM 3-6 GB Paling Murah Rp 1,7 Juta
• Begini Kronologis Risky Tenggelam di Wae Pesi Reo Manggarai
"Terus muncullah isu-isu dan seterusnya. Mungkin dasarnya foto-foto. Orang dari Indonesia Timur, dari mana-mana, kan pengen foto sama gua, sama saya. Ya, saya terima saja. Apa susahnya?!"
"Itulah yang menunjukkan seorang jenderal yang tidak punya batas dengan siapa pun," ucap dia.
Moeldoko lantas tak keberatan, bila foto itu menjadi persoalan yang digunjingkan.
"Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan ya, silakan saja. Saya tidak keberatan," katanya.
Selanjutnya, Moeldoko memberikan saran agar menjadi seorang pemimpin yang kuat dan tidak baperan.
Ia juga menyinggung soal adanya kudeta yang seharusnya beradal dari dalam, bukan dari luar.
"Berikutnya teman-teman sekalian, saran saya, menjadi seorang pemimpin seharusnya pemimpin yang kuat, jangan mudah baperan, jangan terombang-ambing, dan seterusnya."
"Ya kalau anak buahnya nggak boleh pergi ke mana-mana ya, diborgol aja kali ya."
"Berikutnya kalau ada istilah kudeta ya kudeta dari dalam, masak kudeta dari luar," kata Moeldoko mengakhiri konferensi persnya.
2. Marzuki Alie
Sementara itu, Marzuki Alie menepis tudingan yang menyebut dirinya terlibat dalam upaya merebut kepemimpinan Partai Demokrat dari AHY.
Mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat itu justru menantang balik pihak-pihak yang menudingnya untuk membuktikan tuduhan tersebut.
"Buktikan sajalah, tapi kalau enggak bisa membuktikan, harus ada sanksinya juga," kata Marzuki saat dihubungi, Selasa (2/2/2021).
Ia mengatakan, apabila tudingan tersebut tak terbukti, pihak-pihak yang menuduhnya mesti mengundurkan diri dari partai.
"Mereka sebaiknya mundur karena sudah fitnah," ujar dia, dikutip dari Kompas.com.
Mantan Ketua DPR tersebut pun mengaku tidak kenal dengan politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik yang menyebut namanya terlibat dalam upaya 'kudeta' di tubuh Partai Demokrat.
"Enggak kenal dengan Rachland Sidik," kata dia.
Pun saat dikonfirmasi Tribun Sumsel, ia juga membantah dirinya ikut dalam upaya menggoyang 'kudeta' jabatan AHY.
Saat ini, Marzuki tengah sibuk dalam hal pendidikan karena ada ribuan mahasiswa yang dididiknya.
Marzuki juga mengaku tidak ambil pusing jika namanya dikait-kaitkan karena sudah biasa.
"Kalau disebut-sebut (nama Marzuki Alie) dari dulu disebut-sebut, karena seksi nama Marzuki Alie itu. Kalau tidak ada nama Marzuki Alie, gerakan itu kurang menarik."
"Jadi disebut nama Marzuki Alie, tapi biarkan saja," kata Marzuki Alie yang saat dihubungi tengah berada di Surabaya.
Ia pun menyayangkan ada anggapan soal 'kudeta' pucuk pimpinan partai berlambang Mercy tersebut.
Sebab istilah kudeta di dalam partai itu tidak ada, tapi lebih di kalangan militer.
• Gara-Gara Ini Pelajar di Reo Hingga Tenggelam di Sungai Wae Pesi
• Ustadz Dasad Latif Sebut Biarawati Berkerudung, Singgung Manusia Penista hingga Koruptor Dana Bansos
• SOAL JAWABAN TVRI Kamis 4 Februari 2021 Kls 6 SD: Sebutkan 7 Keajaiban Dunia Terletak di Negara Mana
• Sultan Karpet! Sosok Atta Ul Karim Siap Beri Rp 30 Miliar Untuk Pernikahan Aurel dan Atta Halilintar
"Kudeta itu mana? istilah kudeta didalam partai dan itu tidak adalah," ucapnya.
Marzuki pun kembali menegaskan tidak ingin lagi bergelut di dunia politik, tapi di dunia pendidikan.
Sebab selama di dunia politik, ia sudah meraih karier tertinggi sebagai Ketua DPR RI.
Marzuki pun mengingatkan kepada pengurus Partai Demokrat yang ada, untuk bisa mengatasinya dan tidak berpikiran pendek menyikapinya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul https://www.tribunnews.com/nasional/2021/02/03/ruhut-ke-ahy-pak-jokowi-itu-presiden-jangan-tambahi-bebannya-urusan-rumah-tangga-partai-demokrat?_ga=2.195793388.1339473450.1612220678-857069526.1598522647