Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif : Pandemi Covid-19 Jadi Momen Benahi Kualitas Destinasi
ke depannya bagi setiap industri pariwisata, destinasi wisata harus lolos standar CHSE (
Penulis: F Mariana Nuka | Editor: Rosalina Woso
Pandemi Covid-19 Jadi Momen Benahi Kualitas Destinasi
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Pandemi Covid-19 di tahun 2020 kemarin memberikan guncangan hebat bagi sektor pariwisata. Namun, memasuki tahun 2021, tentunya Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT telah melakukan berbagai strategi guna menggairahkan kembali sektor pariwisata. Bagaimana wajah pariwisata dan ekonomi kreatif NTT di tahun 2021? Berikut petikan wawancara jurnalis Pos Kupang, Annie Eno bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Wayan Darmawa dalam Ngobrol Asyik Pos Kupang, Rabu (3/2/2021).
Bagaimana wajah pariwisata di tahun 2021 ini ?
Tahun 2021 kami memiliki ekspektasi cukup baik mengingat di periode 2020 itu NTT sempat menjadi daerah yang relatif sedikit masyarakat yang terpapar Covid-19; jadi aman. Kami cukup kaget menginjak Desember 2020 ke Januari 2021 mengalami perubahan.
Mengapa saya katakan ada ekspektasi yang meningkat di 2021? Kan ini sejalan dengan kebijakan yang telah ditetapkan dalam APBD NTT 2021 yang menempatkan sebuah kerangka kerja pembangunan pariwisata termasuk yang lain dengan target-target yang lebih besar untuk mengejar ketertinggalan di 2021. Kami selalu ada dua pilihan sebagaimana yang dilakukan di 2020.
Pada saat alami pandemi Covid-19, kita harus konsolidasi betul bagaimana kita meningkatkan kualitas destinasi, jadi kita tidak terbelenggu. Memang wisatawan tidak datang, tapi bagaimana kita membenahi destinasi, manajemen, infrastruktur yang akan mendukung pencapaian target pariwisata.
Ada kabar gembira pada tahun 2021 sesuai dengan publikasi majalah Lonely Planet, NTT juga termasuk salah satu tujuan utama pariwisata dunia, melanjutkan apa yang menjadi pilihan wisatawan mancanegara di 2020. Tentu dengan kondisi Covid-19 ini bukan saja terjadi di NTT tapi seluruh dunia. Tentu berpengaruh pada bagaimana kita melakukan penataan terutama revitalisasi kebijakan terkait pengembangan, seperti bagaimana destinasi harus dibenahi, mendorong dan memperluas intensitas digital promo, serta ekonomi kreatif.
Ada fenomena baru dengan adanya Covid-19, yang mana pelaku ekonomi kreatif melangkah lebih cepat dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Kalau ingin eksis ekonomi, mereka harus mengembangkan ekonomi digital.
Kita bersyukur Gubernur mendorong ini dan meluncurkan digital terkait UMKM dan kita sedang menjajaki bagaimana mengembangkan Desa Wisata Tangguh; ada 1.110 desa nanti. Kami juga kerja sama intensif dengan pemerintah desa melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa.
NTT kan sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas. Jadi, kami tetap mendorong agar memanfaatkan momentum kondisi yang ada untuk membangun fisik sehingga pada saat normal, pariwisata kita bisa lebih optimal.
Berarti bisa dikatakan bahwa inilah strategi dari NTT untuk memulihkan pariwisata kita dan mempertahankan NTT dari 10 destinasi wisata dunia?
Benar. Ada satu aspek dengan adanya kondisi Covid-19 ini, yakni kebijakan Gubernur NTT mengenai Gerakan Budaya Bersih sebagai salah satu pendorong destinasi wisata atau industri pariwisata membangun karakter bersih yang harus dilakukan. Karena, ke depannya bagi setiap industri pariwisata, destinasi wisata harus lolos standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environmental sustainability).
Memang ini momentum kita. Kalau tidak ada Covid-19, mungkin agak berat kita. Karena di satu sisi kita konsentrasi mengatasi kunjungan wisata, pelayanan yang lebih baik, di satu sisi kita punya destinasi dan lembaga belum cukup siap dengan dorongan/lompatan yang terjadi dengan pariwisata di NTT. Kalau kita pakai ukuran kunjungan wisatawan tahun 2018 dan 2019 naiknya cukup signifikan, itu pada saat belum banyak melakukan aktivitas perbaikan. Sekarang ini dorongan terus dilakukan gubernur bersinergi dengan pemerintah kabupaten/kota dan mitra pembangunan desa dan swasta.
Dengan kebijakan gubernur dan perbaikan-perbaikan yang ada, apakah NTT sudah siap dengan loncatan wisatawan nanti?
Kita memang harus siap. Kita kan produsen, menyiapkan pariwisata untuk kepentingan konsumen (wisatawan). Kecepatan pembangunan pariwisata di NTT memang sangat cepat. Inilah ada kesempatan kita melakukan penataan.
Kami memperkuat skema pembangunan bagaimana mampu mewujudkan pariwisata sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi. Ini kan sebuah proses baru juga di kalangan birokrat; proses baru yang terus didorong bagaimana pusat, provinsi, kabupaten/kota mampu bersinergi mewujudkan sebuah ekosistem pariwisata. Jangan pariwisata maju luar biasa, rantai pasoknya tidak mengikuti.
Untuk itu, musim hujan juga jadi momentum baik. Saya mendorong desa wisata bagaimana manfaatkan hujan secara baik untuk optimalkan penanaman pada lahan kosong di setiap area yang ada.
Banyak fasilitas yang disiapkan pemerintah. Mau tanam kelor, ada. Kepala, coklat, hortikultura, ada. Masyarakat tinggal menanam. Kalau tidak, begitu hujan selesai, tidak ada apa-apa.
Sejauh mana realisasi skema pembangunan itu di tahun 2021 ini?
Pembangunan pariwisata telah dimulai sejak tahun anggaran 2019 dengan penggambaran tempat prioritas untuk meningkatkan daya saing pariwisata NTT. Pertama, adalah pengembangan destinasi. Pengembangan destinasi kan telah dibangun tujuh pariwisata estate.
NTT adalah satu-satunya provinsi yang memberikan peningkatan berkualitas destinasi melalui sebuah kebijakan 5 A, yakni atraksi, akomodasi, aksesibilitas, amenity, dan awareness.
Ada banyak atraksi wisata yang didorong. Ini proses, karena baru jadi kita belajar dari pengalaman ini bagaimana melakukan percepatan untuk peningkatan atraksi wisata.
Soal aksesibilitas, bagaimana komitmen gubernur yang mana mulai 2022 seluruh jalan provinsi telah selesai, kualitas meningkat, sehingga tidak lagi menjadi salah satu hambatan dalam meningkatkan layanan pariwisata.
Akomodasi sendiri memang kita agak terlambat. Sebuah destinasi wisata ukurannya itu kan di akomodasi dan rumah makan.
Tujuh pariwisata estate sudah didorong pembangunannya. Karena baru, tentu ada perbaikan. Termasuk kita dorong bagaimana masyarakat mulai mengembangkan homestay. Kita bersyukur di tengah pandemi, banyak desa kembangkan homestay.
Amenity itu dukungan-dukungan. Bagaimana kita tambahkan keindahan/dukungan di destinasi.
Awareness ini otomatis kalau masyarakat dapatkan potensi keuangan atau ekonomi yang baik, mereka otomatis akan menyesuaikan dengan pasar. Ini kelihatan di demand. Dulu pedagang cuma satu orang. Sekarang pedagang bertambah diluar perkiraan. Nah ini perlu proses pembelajaran.
Mengutip pernyataan Gubernur NTT bahwa ada produk unggulan yang siap dijual di 2021. Ada saja produk unggulan tersebut?
Yang benar-benar ditingkatkan kualitas infrastruktur, manajemen, dan layanan pasti di kawasan Labuan Bajo dan sekitarnya. Yang perlu diperbaiki ya masalah sampah tadi.
Kita memiliki Labuan Bajo dan Kota Kupang. Labuan Bajo karena memiliki destinasi kelas dunia di wilayah Labuan Bajo. Sedangkan Kota Kupang karena tempat transit banyak wisatawan. Untuk itu, kita mengembangkan kawasan baru, kita dorong.
Kami sedang mendesain dan nanti diskusikan dengan teman-teman di Semau, Lasiana, dan Tablolong, akan mengembangkan destinasi eksotik. Beberapa kegiatan sedang kita tambahkan di samping yang telah ada. Jadi masyarakat harus terlibat aktif.
Yang terakhir itu Sumba. Kan sudah mendunia juga Nihiwatu, tapi bagaimana membangun link karena Nihiwatu kan jalan sendiri. Kita harus benahi. Yang lain tinggal kita dorong agar ada akselerasi perkembangan pembangunan.
Bagaimana perhatian pemerintah terhadap delapan destinasi yang masuk dalam nominasi API tahun 2020?
Kami berikan apresiasi kepada masyarakat dari lokasi-lokasi penerima nominasi API. Tentu nanti pemerintah akan berikan respon, sama seperti dengan Labuan Bajo. Untuk saat ini belum banyak yang kami lakukan karena anggaran terbatas dan di tengah pandemi.
Bagaiamana respon masyarakat terhadap pengembangan pariwisata yang akan dilakukan di tempat mereka?
Sudah ada MoU antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Salah satu hal untuk meningkatkan percepatan infrastruktur dan membenahi destinasi wisata bisa menggunakan dana desa. Saya melihat dengan kebijakan ini respon/antusias masyarakat luar biasa. Ada satu fenomena luar biasa, bukan saja pemerintah desa yang kembangkan destinasi tapi perorangan juga melakukan yang sama.
Tinggal kita berikan advokasi dan pembinaan. Saya bentuk WA Grup; di dalam ada kepala desa. Saya bilang, jangan dulu berpikir provinsi akan dukung pendanaan. Kita punya anggaran terbatas. Jadi, optimalkan dana desa yang ada.
Ada pertanyaan di facebook POS-KUPANG.COM dari Sirilus Talar. Bagaimana tanggapan bapak terkait pembangunan helipad di Waerebo, yang mana sudah dua kali helikopter turun ke sana. Bagaimana dengan kearifan lokal, masyarakat yang tawarkan jasa portir, dan akses pengusaha transportasinya?
Pembangunan helipad itu inisiatif masyarakat karena memang cost yang dikeluarkan untuk hidup mereka di atas sangat mahal. Jadi, itu inisiatif mereka sendiri. Lalu, ada dukungan perbaikan. Kita tentu tidak bisa menjaga kondisi seperti normal sebelumnya, tapi masyarakat terpapar. Dengan adanya helipad itu juga untuk mengangkut kebutuhan dalam kondisi darurat dan skala besar. Itu inisiatif masyarakat artinya mereka membutuhkan.
Ada juga pertanyaan di Facebook POS-KUPANG.COM dari Tien Bai. Bagaimana tanggapan bapak terkait pernyataan anggota dewan RI dari Jambi soal dana dan ketidakistimewaan NTT?
Beliau kan sudah klarifikasi bahwa hanya menyatakan itu karena cemburu alokasi dana Labuan Bajo besar sekali. Sekarang kita melihat fakta bahwa dari Lonely Planet kita berturut-turut menjadi salah satu pilihan utama karena Labuan Bajo.
Kedua, kita belajar dari apa yang dinyatakan. Pak Gubernur kan sudah menyampaikan, jangan hanya dorong atraksi komodo saja, tapi atraksi lain juga dikembangkan sehingga peran ekonomi jangan hanya diperoleh sebatas di komodo atau Rinca saja. Inilah yang sedang diproses sekarang. Kita tentu sebagai pemilik destinasi yang sedang menjangkau dunia tidak perlu tanggapi negatif kritik dari luar. Kalau seperti itu, kita tidak paham dan mengembangkan secara baik kelemahan kita.
Ada pertanyaan lagi di facebook POS-KUPANG.COM dari Maria Sekar Anggraini. Apa strategi yang dilakukan Disparekraf di 2021 ini untuk meningkatkan potensi pariwisata NTT yang belum diketahui khalayak ramai?
Kami tetap menggunakan empat strategi. Pertama, pembenahan destinasi. Tahun 2021 kita akan menambah dua destinasi dengan penambahan akomodasi dan penataan amenitas di Oeseli dan Waerebo.
Selanjutnya, dari sisi pemasaran, kami akan lakukan atraksi dan festival wisata tetapi polanya tidak seperti pasar malam. Festival di Juli, dari Februari sudah benahi. Ajak masyarakat menyiapkan dengan baik sehingga apa yang bisa dilakukan masyarakat kita bisa kerjakan bersama.
Nanti ada Festival Musim Dingin Fatunausus, Festival Kuda Ronggeng. Tapi ronggeng kan kesannya Jawa ya, jadi saya minta masyarakat cari yang kontennya lokal. Mungkin akan dibenahi apa kontennya dan bedanya apa sehingga bisa dikembangkan. Berikutnya, ada Festival Kuda Sandalwood.
Dari sisi industri, kita akan kembangkan Pusat Ekonomi Kreatif. Setelah ada di Labuan Bajo, nanti di Kupang ada Pusat Ekraf. Sehingga, kita bisa miliki dispay ekonomi kreatif yang dibangun 2021.
Kita juga dorong promosi dalam bentuk desain baju kaos kerja sama dengan pengusaha lokal.
Kami minta pernyataan penutup (closing statement) dari Bapak tentang apa yang harus dilakukan oleh masyarakat NTT untuk tetap mencintai pariwisata NTT
Dalam rangka mewujudkan pariwisata sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi Nusa Tenggara Timur, terobosan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi kabupaten/kota akan lebih optimal jika seluruh elemen pembangunan di NTT termasuk media massa terlibat secara intens.
Saya juga minta manakala ditemukan pemikiran yang kurang produktif di kalangan kami di Dinas Parekraf, silakan media melakukan koreksi. Kami tidak bisa bekerja mengandalkan kemampuan sendiri.
Kami yakin NTT akan menjadi pilihan dalam pembangunan pariwisata. Kunjungan wisatawan yang baru kita peroleh baru 1,5 juta dibandingkan dengan destinasi yang luar biasa, seperti Bali. Untuk itu kita harus yakin akan mampu mencapai perkembangan yang pesat. Tapi, dibutuhkan kolaborasi dukungan semua pihak.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Intan Nuka)