New Analisis
Berburu Virus COVID - 19 di Provinsi Kepulauan
Walikota Kupang sebenarnya sudah punya niat baik menghadirkan lab PCR tambahan di Kota Kupang melalui janjinya di Bulan Juni 2020 lalu
Berburu Virus COVID - 19 di Provinsi Kepulauan
Dr. Ermi Ndoen, Epidemiolog
POS-KUPANG.COM--Berita Online kompas.id pada tanggal 20 Jan 2021 menurunkan tulisan yang membuat kita di NTT seakan terhentak. Judul berita “Transmisi Lokal Meresahkan, NTT Butuh Tambahan Laboratorium PCR”.
Berita ini membuat saya kembali membongkar arsip tulisan yang sempat ditulis oleh DR Elcid Li di Bulan Juli 2020 tentang kebutuhan agar para pemimpin daerah di NTT segera menghadirkan tambahan labororatorium biomolecular berbasis PCR (polymerase chain reaction) atau reaksi rantai pelimerasi untuk melakukan testing konfirmasi Virus COVID19 di NTT.
Usulan dalam tulisan Elcid Li di atas, akhirnya ditanggapi Pemerintah Provinsi NTT yang dengan dukungan masyarakat melalui Forum Akademia NTT serta kerjasama dengan UNDANA berhasil menghadirkan satu lagi tambahan Lab BM PCR di Kota Kupang; Laboratorium Biomolecular Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT yang saat ini bersama-sama dengan Lab BM RSUD Prof WZ Johanes berjuang melakukan perang terhadap Virus C19 di NTT.
Keberadaaan kedua laboratorium BM PCR di Kota Kupang, ternyata tidak cukup. Dengan eskalasi kasus COVID19 di NTT, khususnya Kota Kupang sebagai episentrum transmisi C19, provinsi ini membutuhkan segera tambahan lab-lab di Kabupaten/Kota atau di pulau-pulau.
Walikota Kupang sebenarnya sudah punya niat baik menghadirkan lab PCR tambahan di Kota Kupang melalui janjinya di Bulan Juni 2020 lalu, walaupun hingga akhirnya beliau dinyatakan positif COVID19, janji ini belum terlaksana, tapi niat baik itu ada.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko, dalam menanggulangi Pandemi C19, idealnya keberadaan Lab PCR di Indonesia adalah satu persen dari jumlah penduduk.
Apalagi WHO menargetkan, sedikitnya terdapat 1000 pemeriksaan per 1 juta penduduk per minggu untuk dapat secara luas dan cepat mendeteksi kasus C19, melakuan kontak tracing dan treatment atau pengobatan segera atau yang dikenal dengan 3 T.
Dengan jumlah penduduk sekitar 5.5 juta jiwa, dari hitungan LIPI, 1 lab untuk 500 ribu penduduk, harusnya NTT memiliki sedikitnya 11 lab PCR. J
umlah ini terlalu besar buat NTT. Nyatanya saat ini dengan dua lab PCR yang ada, index jumlah Lab PCR per penduduk di NTT adalah 1 Lab per 2.25 juta penduduk.
Masih kalah Jauh dari Provinsi Papua Barat yang dengan jumlah penduduk <1 juta jiwa, memiliki 6 Lab PCR atau 1 lab per 163 ribu penduduk.
Pertanyaan, jika kita tidak bisa memiliki 11 Lab PCR, berapa yang bisa kita punyai?
Sebenarnya kalau kita ikuti syarat WHO untuk 1000 pemeriksaan per 1 juta penduduk per minggu, NTT harus memeriksa sedikitnya 5500 sample per mingggu, atau sekitar 1000 sample per hari.
Jika satu lab PCR bisa memeriksa 200 sample per hari, artinya untuk provinsi NTT, dibutuhkan sedikitnya lima (5) Lab PCR. Kelima lab ini bisa ditempatkan di Sumba (1), Flores (2) dan Pulau Timor (2 ); satunya bisa ditempatkan di dearah kabupaten perbatasan, Belu atau Malaka.
Dengan kondisi NTT sebagai Provinsi Kepulauan, hitung-hitungan penyediaan sumber daya dan fasilitas kesehatan harus mempertimbangkan kondisi ini. Sangat sulit dibayangkan, sejak pandemic C19 ini dimulai hingga saat ini, masyarakat di kabupaten di luar Kota Kupang sangat dirugikan dengan tidak adanya lab-lab PCR tambahan di Pulau-Pulau ini.
Sample yang sudah susah payah dikumpulkan tenaga kesehatan di lapangan harus menanti ketersediaan sarana transportasi pesawat, helicopter, kapal laut atau ferry sebelum sample-sample ini tiba di Kupang dan harus menunggu lagi satu – dua minggu baru hasilnya keluar.
Semua keterlambatan dalam proses ini akan meningkatkan resiko penularan local virus C19 di Masyarakat menjadi tidak terkendali, yang efeknya kita liat sekarang.
Satu hal yang harus kita pahami juga, bahwa strategi 3 T – Testing, Tracing, Treatment – tidak berjalan sendiri. Semua berkaitan. Karena itu, upaya penambahan fasilitas testing harus diimbangi dengan penambahan sumber daya untuk melakukan tracing kontak erat, jika ada sample yang positif.
Semua sample positif harus dipantau dengan baik agar dapat diobati secara benar. Kapasitas rumah sakit kita sangat terbatas.
Kasus Konfirmasi C19 di NTT Sudah mendekati angka 5500-an. Angka kesembuhan sekitar 50% atau masih ada sekitar 2500 orang yang butuh perawatan.
Dari Jumlah ini hanya sekitar 400 (17%) orang yang ada di rumah sakit sementara sisanya umumnya berada di rumah masing karena melakukan karantina mandiri.
Kondisi ini juga menjadi ancaman baru karena dengan kapasitas testing yang rendah, ditambah dengan kemampuan daya tampung rumah sakit yang kecil, orang akan berada di rumah masing-masing dengan kondisi yang tidak bisa dipantau secara maksimal oleh petugas kesehatan.
Akibatnya transmisi local akan terus meningkat, angka kematian akan terus meningkat dan pandemic ini akan berputar tanpa akhir di NTT, kecuali ada terobosan segera.
Mari kita semua bergandeng tangan untuk atasi Pandemi ini. Dari Masyarakat, protokol kesehatan adalah keharusan, 5 M menjadi praktek wajib. Tapi di sini pemerintah, segera perkuatlah sarana laboratorium di semua kab/kota.
Tracing masih untuk mencari yang terpapar juga digalakan, tapi yang paling penting adalah cegahlah kematian dengan memberi perhatian yang cukup untuk mereka yang ada di rumah-rumah yang sedang melakukan isolasi mandiri.
Baca juga: Wakil Gubernur NTT Minta Dukungan Tambahan Peralatan Medis dan Obat-obatan Penanganan Covid-19
Baca juga: Distribusi Vaksin Tahap Pertama Bagi Nakes Seluruh Kabupaten di NTT Rampung
Baca juga: Kapolres Ngada Pimpin Upacara Serah Terima Jabatan Kapolsek Aimere
Dukungan kita buat mereka yang terinfeksi saat ini sangat dibutuhkan, terutama dukungan obat-obatan dan logistic. Semoga Pandemi ini cepat berakir. (*)