Virus Nipah
TAHU Bahaya Kelelawar Pemakan Buah? Sumber Virus Lebih Mematikan darI Corona,Tingkat Kematian Tinggi
Terbaru muncul virus bernama Nipah yang diteliti berinang dari kelelawar pemakan buah. Simak penjelasannya
POS KUPANG, COM - Di tengah pandemi Covid-19, dikabarkan muncul virus baru.
Ancaman virus baru itu datang di saat ini seluruh dunia sedang fokus mengatasi pandemi covid-19, dengan jumlah kasus secara global telah melampaui angka 100 juta pada Rabu (27/1).
Terbaru muncul virus bernama Nipah yang diteliti berinang dari kelelawar pemakan buah.
Penelitian dilakukan demi mencegah munculnya pandemi lagi di seluruh dunia.
Seorang ilmuwan yang ditugaskan meneliti virus Nipah adalah Supaporn Wacharapluesadee.
Supaporn adalah warga negara Thailand yang pada awal pandemi covid-19 terjadi ditugaskan pemerintah Negeri Gajah Putih
untuk melakukan penelitian terhadap para penumpang pesawat terbang yang baru saja tiba dari Wuhan, China.
Ia memimpin Thai Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre, lembaga penelitian yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru (emerging), di Bangkok.
Selama 10 tahun terakhir, ia menjadi bagian dari Predict, ikhtiar global untuk mendeteksi dan menghentikan penyakit yang dapat melompat dari hewan ke manusia.
Ketika mendeteksi covid-19, Supaporn dan timnya mendapati bahwa selain merupakan virus baru yang tidak berasal dari manusia,
virus tersebut berkerabat dekat dengan jenis virus corona yang telah ditemukan pada kelelawar.
Sepanjang kariernya, Supaporn dan para kolega telah meneliti ribuan sampel kelelawar, dan menemukan banyak virus baru.
Sebagian besarnya adalah virus corona, tapi juga ada banyak penyakit mematikan lain yang dapat menular ke manusia, termasuk virus Nipah.
Virus itu diduga dibawa oleh sejenis kelelawar pemakan buah.
"Ini sangat mengkhawatirkan, karena belum ada obatnya,
dan tingkat kematian yang disebabkan virus ini tinggi," katanya, Rabu (27/1), seperti dikutip dari BBC.
Supaporn dan tim menemukan, tingkat kematian virus Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen, tergantung lokasi terjadinya wabah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini juga sedang meninjau daftar panjang patogen yang dapat menyebabkan darurat kesehatan masyarakat untuk memutuskan prioritas anggaran riset dan pengembangan.
Mereka fokus pada patogen yang paling mengancam kesehatan manusia, yang berpotensi menjadi pandemi, dan yang belum ada vaksinnya.
Banyak kesempatan
Ada beberapa alasan yang membuat virus Nipah begitu mengancam. Periode inkubasinya yang lama,
dilaporkan hingga 45 hari dalam satu kasus, berarti ada banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi, tidak menyadari bahwa mereka sakit, untuk menyebarkannya.
Selain itu, virus itu dapat menginfeksi banyak jenis hewan, menambah kemungkinan penyebarannya,
dan dapat menular baik melalui kontak langsung maupun konsumsi makanan yang terkontaminasi.
Seseorang yang terinfeksi virus Nipah dapat mengalami gejala-gejala pernapasan termasuk batuk, sakit tenggorokan, meriang dan lesu,
dan ensefalitis, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian.
Singkatnya, ini adalah penyakit yang sangat berbahaya bila tersebar.
Berdasarkan catatan, virus Nipah pertama kali muncul di Malaysia pada 1999. Virus menyerang para peternak babi di negeri Jiran.
Infeksi virus Nipah dapat didiagnosis dengan riwayat klinis selama fase akut dan fase penyembuhan penyakit.
Tes identifikasi utama yang digunakan adalah reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR)
dari cairan tubuh dan deteksi antibodi melalui enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Tes lain yang digunakan adalah uji polymerase chain reaction (PCR), dan isolasi virus dengan kultur sel.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes),
Didik Budijanto mengatakan, pemerintah saat ini juga dalam sikap waspada terkait dengan potensi virus Nipah di saat pandemi covid-19 belum berlalu.
"Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah," jelasnya.
Didik menyebut, pihaknya sekarang mewaspadai migrasi kelelawar buah yang dianggap menjadi inang alami virus Nipah.
Migrasi tersebut diketahui masuk dari semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera.
"Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara," ujarnya.
(Tribun Network/bbc/kps/cnn)
Tautan:
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Lebih Mematikan, Virus Nipah dari Kelelawar Jadi Ancaman Baru di Tengah Pandemi Covid-19,
https://jateng.tribunnews.com/2021/01/27/lebih-mematikan-virus-nipah-dari-kelelawar-jadi-ancaman-baru-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all.
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Bahaya Kelelawar Pemakan Buah, Sumber Virus Lebih Mematikan daripada Corona, Tingkat Kematian Tinggi, https://manado.tribunnews.com/2021/01/28/bahaya-kelelawar-pemakan-buah-sumber-virus-lebih-mematikan-daripada-corona-tingkat-kematian-tinggi?page=4