Tuan Guru Bajang Didatangi Sandiaga Uno, Bahas Prospek Pariwisata NTB, Ini Doa Netizen untuk TGB
Ketokohan Tuan Guru Bajang, mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat ( NTB) dua periode, 2008 - 2018, tidak diragukan lagi.
Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
Partai demi partai ini dicobanya tidak lain sebagai sarana perjuangan untuk menebarkan Islam Washathiyah.
Dalam pandangannya, Islam bukan saja alat perekat melainkan juga hakikat dari kerekatan itu sendiri.
Islam adalah solusi, yang memiliki manhaj dakwah tidak instan, berjangka panjang, dan menuju perubahan sangat sistematis (Republika, 17/3/2015).
Perjuangan menegakkan Islam Washathiyah ini merupakan amanah, salah satunya dari, Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Tahun 2019, TGB Majdi dinilai sukses oleh Al-Azhar sebagai alumni yang berhasil, dan karenanya mendapat penghargaan istimewa sekali.
Grand Syeikh Universitas Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmed Al-Tayeb, M.A., menilai tokoh al-Azhar yang satu ini menonjol dalam mengukuhkan moderasi beragama (wasathiyyah al-Islam), nilai-nilai kebangsaan (muwathanah), dan nilai-nilai hidup berdampingan secara rukun dan damai (ta'ayusy silmi).
Dalam konteks sosial-politik-religius di Indonesia, wasathiyyah Islam akan terus menemukan kontekstualisasinya. Kekerasan atas nama agama, intoleransi beragama, dan ekstimisme destruktif masih menghantui kebangsaan kita semua.
Kasus terakhir, tahun 2020, kekerasan agama kembali mencuat di India. Padahal, masyarakat dunia sedang menderita wabah pandemi Covid-19. Ini artinya intoleransi beragama adalah penyakit menahun akut.
Tidak heran apabila Menteri Agama (Menag) RI, Fachrul Razi, turut serta prihatin melihat India begitu bringas terhadap umat muslim.
Padahal, sejarah panjang mereka dalam hidup berdampingan tercatat dalam sejarah.
Dengan kata lain, wabah dan pandemi kemanusiaan ini tidak memandang situasi dan kondisi.
Jika ingin meledak, perhatian dunia pada Covid-19 tetap tidak mampu menghentikannya.
TGB Zainul Majdi adalah figur yang dipercaya Al-Azhar untuk terus berjuang di garda depan penegakan Islam Washathiyah, yang toleran, humanis, serta menjunjung kerukunan dan keadilan.
Tahun 2020 di tengah pandemi Covid-19, kekerasan atas nama agama di Indonesia cukup mereda.
Namun, di tahun 2019, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyayangkan tingginya angka kekerasan yang mengatasnamakan agama di masa Presiden Joko Widodo jilid I.