Bui Loka, Ritua Adat Memberi Makan kepada Leluhur oleh Suku Ngadha Paso di Kampung Beiposo
Suku Ngadha Poso, salah satu suku yang mendiami Kampung Beiposo, Desa Beiwali, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada kembali menggelar ritual adat
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | BAJAWA-Suku Ngadha Poso, salah satu suku yang mendiami Kampung Beiposo, Desa Beiwali, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada kembali menggelar ritual adat Bui Loka di Kampung Beiposo, Rabu (20/1/2021).
Ritual bui loka yang dilaksanakan rutin setiap tahun dilakukan untuk memberi makanan kepada leluhur Suku Ngadha Poso. Selain itu, ritual yang dilakukan setiap awal tahun tersebut juga sebagai salah satu rangkaian ritual awal upacara adat rebha (acara syukuran panen).
Berdasarkan pantauan yang dilakukan Pos Kupang, seluruh anggota suku sebagai salah satu suku pertama yang mendiami di kampung tersebut hadir dalam ritual yang digelar setiap awal tahun tersebut.
Baca juga: Cegah Covid-19, Kodim Ngada Melalui Babinsa Gencar Lakukan Sosialisasi Protokol Kesehatan
Mereka berbondong-bondong membawa ternak seperti ayam atau babi, bahan makanan seperti beras, dan tua bhara (minuman khas yang berasal dari pohon enau yang belum difermentasi menjadi arak) menuju loka woe ngadha poso (tempat untuk memberi makan kepada leluhur) suku Ngadha Poso.
Setelah semua bahan makanan sudah terkumpul, mereka langsung menjalani ritual adat ri'a ulu ngana (memanggil semua leluhur Suku Ngada Poso) untuk berkumpul di loka tersebut.
Baca juga: Pimpinan DPRD TTS Dukung Laporan Otniel Tahun
Acara pun dilanjutkan dengan memberikan makan kepada para leluhur (ka ate ngana ulu ngana/ka maki nari inu tua teme) guna untuk mengajak semua leluhur dari loka dan selanjutnya mereka kembali ke Kampung Beiposo dengan diiringi tarian kelo ooo uwi (tarian puncak acara adat bhui loka) sebelum masuk gerbang (pu'u bata) kampung Beiposo.
Secara teknis, setelah pelaksanaan ritual adat bui loka, dilanjutkan dengan ritual dheke reba (acara dimana semua anggota suku berkumpul di rumah adat/Sao meze masing-masing) untuk memberikan makan kepada leluhur di rumah adat tersebut.
Setelah pelaksanaan ritual dheke reba pada malam hari, keseokan harinya dilanjutkan dengan acara reba (atau acara syukuran hasil panen) di kampung Beiposo.
Tokoh Adat Suku Ngada Poso, Philipus Ga'e mengatakan, ritual adat bui loka merupakan ritual adat rutin yang dilakukan pertama kali oleh kepala Suku Ngadha Poso di Kampung Beiposo. Ritual tersebut dilaksanakan setiap tahun, untuk memberikan makan kepada para leluhur sebelum pelaksanaan puncak ritual adat reba.
Pada kesempatan tersebut, anggota suku dipimpin oleh ketua suku dapat memanfaatkan forum adat untuk membicarakan terkait dengan segala rencana kegiatan yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan.
"Jadi sebelum ada kegiatan pembangunan lainnya yang nanti dilakukan oleh suku, maka semua harus star dari loka. Misalnya nanti mau bangun rumah adat mestinya dirancang di loka, baru boleh ke sao meye," ungkapnya.
Philipus mengungkapkan, dalam forum adat tersebut, pihaknya telah membicarakan mengenai rencana yang sempat tertunda pada tahun sebelumnya yakni rencana untuk merenovasi kembali loka Suku Ngadha Poso.
Sebab loka yang ada saat ini sebenarnya dindingnya tidak cocok. Oleh karena itu dalam forum ritual adat tersebut, pihaknya berencana akan merealisasikan renovasi loka supaya sesuai dengan yang sudah diwariskan oleh leluhur.
"Jadi setelah kita evaluasi maka kita sepakat untuk merenovasi loka yang ada pada tahun ini. Kita akan ganti kembali papan dinding loka dengan kayu yang sesuai. Lalu loka harus digeser ke depan sedikit agar nanti ketika ada hajatan loka itu berada di depan," jelasnya.
Pada kesempatan itu, Philipus berharap kepada generasi muda Suku Ngadha Poso supaya dapat mengikuti secara baik setiap ritual adat yang dilakukan oleh mosalaki (tokoh adat). Dengan mengikuti ritual secara baik, maka generasi muda dapat mewariskan budaya tersebut kepada generasi selanjutnya.
"Karena kalau ilmu pendidikan itu kan ada gurunya. Sementara kalau budaya itu diwariskan secara tutur dan ritual adat yang dilakukan oleh para tetua adat. Sehingga harus diikuti secara baik oleh generasi muda supaya dapat mewariskan kepada generasi berikutnya," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi)