Kemendagri Apresiasi Inovasi Olah Sampah Pemda Ende Pertama di Indonesia

pihaknya tengah menyiapkan pemanfaatan pellet untuk bahan bakar kompor pengganti minyak tanah.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
FOTO. Sumber : Lambok Siregar Manager PT. PLN UPK Flores.
Bupati Ende Djafar Achmad saat campurkan pellet biomasa dengan batu bara di PLTU Ropa, Ende, Sabtu (9/1/2021). 

Kemendagri Apresiasi Inovasi Olah Sampah Pemda Ende Pertama di Indonesia

POS-KUPANG.COM | ENDE -- Pemerintah Kabupaten Ende, diapresiasi oleh pihak Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) karena telah menerapkan Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS) secara lengkap hingga pemanfaatannya.

Sejak program TOSS dijalankan pada Desember 2020 lalu, Pemda Ende melalui Dinas Lingkungan Hidup telah menghasilkan sebanyak empat belas ton pellet biomasa, hasil olahan sampah biomasa.

Kemudian, Sabtu 9 Januari 2021, di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ropa Ende, dilakukan co-firing yakni pemanfaatan pellet biomassa, untuk pembangkit listrik, substitusi bahan bakar batubara.

Co-firing ini merupakan yang pertama di PLTU Ropa dengan menggunakan pellet biomasa yang dihasilkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ende. Sebelumnya pernah dilakukan uji coba co-firing namun mendatangkan pellet biomasa dari luar daerah.

Co-firing perdana tersebut disaksikan langsung oleh Bupati Ende Djafar Achmad didambangi Lambok Siregar, Arief Noerhidayat, CEO, starup company comestoarra.

"Dalam dua hari-hari berturut-turut kita gunakan pellet biomasa untuk pembangkit listrik," ungkap Lambok Siregar saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, Senin (11/1/2021).

Lambok megatakan, hari ini pihaknya baru saja melakukan virtual meeting dengan pihak Kemendagri. Menurutnya, pihak Kemendagri mengapresiasi inovasi Pemda Ende tersebut. Pasalnya pengolahan sampah ala TOSS secara lengkap hingga pemanfaatannya baru di Ende.

Pihak Kemendagri dalam virtual meeting tersebut, antara lain, Staf Ahli Mendagri Dr. Hamdani, kepala Pusat Fasilitas Kerjasama Dr. Heriyandi, kepala Pusat Penelitian dan Keuangan Dr. Sumuel Tumbo.

"Mereka sangat apresiasi karena ini inovasi pertama dari Kabupaten di Indonesia dan diharapkan menjadi benchmark untuk kabupaten dan kota lainnya. Mereka juga tengah mempersiapkan instrumen-instrumen untuk mensuport mempermudah implementasinya di sini," ungkapnya.

Lambok katakan, inovasi tersebut mendukung peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) untuk penyediaan listrik.

Kerja Serius Dalam Waktu Singkat Hasilkan 14 Ton Pellet Biomasa

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ende, Piet Djata mengatakan, inovasi olah sampah yang digagas Bupati Ende, Djafar Achmad, tersebut memang menuai apresiasi dari pihak Kementerian.

Dia jelaskan, inovasi ini tidak hanya membuat Kota Ende bersih tetapi juga membawa manfaat lain. Selain co-firing di PLTU Ropa, pihaknya tengah menyiapkan pemanfaatan pellet untuk bahan bakar kompor pengganti minyak tanah.

Piet katakan, dalam waktu yang singkat mereka bisa menghasilkan 14 ton pellet karena kerja fulltime, kerja extra. "Menurutnya memang tidak mudah, apalagi musim hujan," ungkapnya.

Dia menyebut saat ini sudah ada ratusan kotak sampah dari bambu yang tersebar di Kota Ende untuk menampung sampah biomasa. Menurut ke depan Dinas Lingkungan Hidup akan terus lakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait program TOSS ini.

Disinggung mengenai sampah-sampah plastik, Piet mengatakan, dalam program TOSS ini Pemda Ende menggandeng PLN UPK Flores, Komunitas Anak Cinta Lingkungan (Acil) Ende dan Starup Company Comestoarra. "Kalau sampah plastik nanti diolah oleh Acil. Nah petunjuk teknis program ini oleh pihak Starup Company Comestoarra," kata Piet.

Pertama di Indonesia

Sebelumnya, CEO startup company comestoarra Arief Noerhidayat, mengakui bahwa Ende merupakan kabupaten pertama di Indonesia yang menerapkan TOSS secara lengkap.

Untuk Ende, end to end service. titik awal hingga akhir. Sampah dimanfaatkan untuk energi kerakyatan untuk substitusi minyak tanah dan kayu bakar, serta cofiring," jelasnya.

Dia jelaskan, tahap awal pengolahan yakni sampah-sampah non organik maupun organik dikumpulkan, tidak perlu dipilah. Sampah dikumpulkan dalam wadah yang terbuat dari bambu. "Beda dengan pengolahan sampah pada umumnya, harus dipilah," ungkapnya.

Sampah dalam wadah dari bambu tersebut lalu difermentasi dan disiram dengan bioactivatori. Sampah-sampah tersebut akan menyusut hingga lima puluh persen dalam waktu tiga hingga lima hari.

Langkah selanjutnya, yakni sampah-sampah tersebut dicacah dan dipeletisasi menggunakan mesin. Pelet-pelet tersebut kemudian bisa dimanfaatkan menjadi energi alternatif, untuk bahan bakar rumah tangga dan terutama cofiring batu bara di PLTU.

Baca juga: Kebakaran dan Tanah Longsor Dominasi Bencana yang Terjadi di Kabupaten Ngada

Baca juga: Polres Ende Patroli ke Tempat Hiburan Malam

Baca juga: Ada Titik Terang, Bupati Djafar Buat Pernyataan Soal Identitas Korban Sriwijaya

Manfaatnya bagi masyarakat yakni bisa menukarkan sampah dengan pellet untuk bahan bakar kompor. Memang kompornya khusus, sehingga ditahap awal, masyarakat tukar sampah dengan kompor. Selanjutnya tukar sampah dengan pellet. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved