Ile Lewotolok
Ile Lewotolok Erupsi Lagi Pagi ini, Tinggi Kolom Abu 1000 meter
Aktivitas gunung api Ile Lewotolok masih terus terjadi. Jumat (8/1/2020) pagi pada Pukul 08.20 WITA
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Aktivitas gunung api Ile Lewotolok masih terus terjadi. Jumat (8/1/2020) pagi pada Pukul 08.20 WITA, Ile Lewotolok mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati ± 1.000 m di atas puncak (± 2.423 m di atas permukaan laut).
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) KESDM melaporkan, erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi ± 25 detik.
Erupsi ini disertai gemuruh sedang. Saat ini Ile Lewotolok berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak atau kawah gunung dan di dalam area sektoral di arah Tenggara sejauh 4 km dari puncak Gunung Ile Lewotolok hingga ke pantai.
Baca juga: Angkat Tenaga Kontrak Sesuai Kebutuhan
Petugas di Pos Pemantau Aktifitas Gunung Api Ile Lewotolok, Stanislaus Arakian mengimbau masyarakat jangan panik.
"Selalu siaga dan terus pantau aktivitas Ile lewotolok dari sumber yang terpercaya," kata Stanislaus melalui pesan WhatsApp, Jumat (8/1/2021).
Stanislaus juga mengimbau supaya masyarakat tidak merasa panik berlebihan karena bunyi gemuruh gunung yang setiap hari terjadi.
Baca juga: Satrya: Gangguan Kamtibmas di Polres Kupang Kota Berkurang
Dia mengatakan bahwa aktivitas Ile Lewotolok saat ini masih dalam fase erupsi.
"Kenapa sampai saat ini masih terdengar dentuman/gemuruh? Karena sampai saat ini material masih terus keluar dari dapur magma ditambah saat ini sistem Ile Lewotolok sudah terbuka, maksud sudah terbuka adalah magma dengan mudah keluar ke permukaan/tidak ada hambatan," kata Stanislaus.
"Jika dianalogikan, seperti kita melempar batu kedalam sumur. Ketika batu itu menyentuh permukaan air maka yang kita dengar adalah suara air yang mendentum, berbeda dengan kita melempar batu ke sungai. Kenapa ini berbeda. Salah satu faktornya adalah faktor akustik ruangan. Jadi kalau kita bandingkan kawah gunung Lewotolok untuk mengeluarkan magma saat ini sistemnya sudaj terbuka seperti sumur artinya suara yang keluar/keluarnya magma itu dibantu oleh faktor akustik tadi maka terdengarlah suara dentuman/gemuruh," paparnya.
Selanjutnya jika ada yang bertanya apakah itu berbahaya, maka menurut Stanislaus hal itu dipastikan berbahaya jika masyarakat dekat dengan pusat kawah. Tapi untuk masyarakat yang berada jauh dari kawah apalagi di luar radius 3 km saat ini ancaman Ile Lewotolok belum sampai ke arah sana. Jadi ia mengumbau supaya masyarakat tidak perlu khawatir. Apabila masyarakat khawatir lontaran batu akan sampai ke wilayahnya, untuk saat ini kemungkinan itu sangat kecil sekali. Karena apa? Karena saat ini sistem Ile Lewotolok sudah terbuka. Magma dengan mudahnya mencapai permukaan tanpa ada hambatan. Artinya untuk menghasilkan lontaran batu yang jauh itu butuh suplai magma yang besar dan sistem gunungnya harus tertutup.
"Kalo sistem terbuka seperti saat ini setiap ada suplai magma yang naik dia akan keluar begitu seterusnya. jadi pada akhirnya yang keluar adalah yang kecil-kecil dan tidak sekaligus. Jadi sekali lagi untuk ancaman G. Lewotolok saat ini bagi masyarakat di luar radius 3 Km sangat-sangat kecil, kecuali masyarakat yang berada di sektor tenggara (Jontona) karena saat ini Ile Lewotolok masih dalam fase erupsi dan mengingat bahwa di ujung tenggara ada Dome tua Ile Lewotolok, maka untuk mengantisipasi longsornya Dome/lava tua itu masyarakat di Desa Jontona untuk sementara belum bisa kembali dulu sampai masa erupsi selesai," tambah Stanislaus.
Sementara itu, di tengah aktivitas vulkanik gunung api Ile Lewotolok yang masih terus berlangsung, Pemerintah Kabupaten Lembata telah memulangkan sebagian besar pengungsi, minus warga Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur.
Informasi yang dihimpun, warga di beberapa desa sudah mulai kembali mengungsi di beberapa titik yang dirasakan aman. Sebagian besar warga Desa Lamawara memilih untuk mengungsi di kawasan kebun warga di Parekwalang. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)