Mengenal Sanggar Persada Malanuza dan Go Wogo di Ngada, Suling Bambu Tak Boleh Punah
Satu diantara sejumlah sanggar musik budaya yang ada di Kabupaten Ngada yaitu Sanggar Persada Malanuza dan Go Wogo
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | BAJAWA -- Satu diantara sejumlah sanggar musik budaya yang ada di Kabupaten Ngada yaitu Sanggar Persada Malanuza dan Go Wogo.
Sanggar ini sering tampil pada hari raya besar, penjemputan tamu, acara adat, perayaan hari besar keagamaan, hari nasional dan lain-lainnya.
Ketua Sanggar, Antonius Waja (55), menyebutkan sanggar Persada Malanuza dan Go Wogo merupakan gabungan warga Malanuza dan Kampung Wogo Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
Baca juga: Istri Bupati TTS Reaktif
"Saya sudah empat tahun pimpin Sanggar ini. Kami sering tampil pada hari raya besar, pesta nikah dan lain-lainnya," ujar Antonius kepada POS-KUPANG.COM di Bajawa Senin (4/1/2021).
Ia menyatakan sanggar musik bambu yang ia pimpin fokus pada suling bambu dan bombardom. Semuanya terbuat dari bambu yang namanya bulu. Bulu itu dipotong tidak sembarangan lalu dirancang menjadi suling bambu.
"Kami mencintai bambu sangat senang bila ada even," ungkapnya.
Baca juga: Pilkada Sumba Timur - KPU Masih Tunggu BRPK dari MK
Ia menyebutkan jumlah anggota sanggar ada 30 an orang. Semua memiliki peran masing-masing.
Ia juga menyebutkan sering membuat suling bambu dalam tempo satu minggu mulai dari proses pemilihan bulu atau suling (bulu mentah) hingga jadi.
Ia menyebutkan kendalanya adalah soal dana untuk biaya operasional sehingga jika ada even bisa ikut karena biaya akomodasi pasti membutuhkan dana.
"Kendala dana, salah satunya untuk membangkitkan kembali budaya dan apalagi Ngada terkenal dengan pariwisata," ujarnya.
Ia menyebutkan tidak hanya memimpin sanggar tersebut, tetapi juga memberikan pelatihan kepada anak-anak sekolah.
"Kadang saya juga memberikan pelatihan anak-anak sehingga mereka juga terampil," ujarnya.
Ia mengatakan kenapa harus memberikan pelatihan kepada anak-anak, karena merekalah yang akan menjadi penerus di Ngada.
Anak-anak harus dibekali sehingga musik suling bambu tidak punah, generasi mendatang harus tetap melestarikan musik suling bambu. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)