Kebaktian Tahun Baru 2021 di Gereja Kefas Liliba Kupang: Berjalanlah Tuhan Bersama Kami
Tema MS Sinode GMIT pada perayaan Tahun Baru 2021 ini adalah “Berjalanlah Tuhan bersama kami"
Kebaktian Tahun Baru 2021 di Gereja Kefas Liliba Kupang: Berjalanlah Tuhan Bersama Kami
POS-KUPANG.COM - “Ada orang kalau takut dia akan bernyanyi. Saya ingat waktu masa kecil dulu ikut kegiatan-kegiatan sekolah minggu di Gereja GMIT Kefas. Jalan raya dari rumah kami menuju gereja harus melewati Kamar Mayat RSU Kupang. Dan sebagai anak kecil, kami seringkali ditakut-takuti oleh para kakak senior tentang orang mati gantung diri, buntiana di kamar mayat, pokoknya setan yang menakutkan."
"Jadi kalau ada acara gereja sampai malam dan kami harus pulang, biasanya kami ajak kawan untuk pulang ramai-ramai. Tapi sialnya ketika kawan-kawan sudah berbelok masuk rumah mereka masing-masing, tinggal saya sendiri yang mau tidak mau harus berjalan sendiri melewati kamar mayat itu. Dan kalau sampai dekat kamar mayat maka saya mulai menyanyi kuat-kuat: “… dalam nama Yesus ada kemenangan, dalam nama Yesus Iblis di kalahkan...”
"Ternyata dengan bernyanyi ada sedikit keberanian untuk melangkah dan kadang berlari kencang melewati kamar mayat itu. Nanti kalau sudah dekat rumah, volume suara nyanyian lagu mulai dikecilkan, karena malu nanti didengar orang, wkwkwkw."
"Tetapi satu hal yang penting di sini adalah dengan bernyanyi saya merasa ada Tuhan Yesus yang sedang berjalan bersama dan hal itu membut saya merasa kuat,” demikian cuplikan khotbah Tahun Baru oleh Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, pada Kebaktian Tahun Baru di Gereja Efata Liliba, Klasis Kota Kupang Timur yang dilayani oleh Pdt. Diana Bunga Manafe, STh, Jumat 1 Januari 2021.
Menurut Akademisi dan Dosen Pasca Sarjana Teologi UKAW Kupang ini tema MS Sinode GMIT pada perayaan Tahun Baru 2021 ini adalah “Berjalanlah Tuhan bersama kami”.
Tema ini mengindikasikan sebuah permohonan. Permohonan agar Tuhan berjalan bersama umatNya dalam memasuki Tahun Baru 2021.
Dua kemungkinan, pertama karena manusia takut berjalan sendiri, kedua karena ada bahaya-bahaya yang mengancam di depan perjalanan itu.
“Dua kemungkinan ini yang juga dihadapi oleh bangsa Israel dalam teks bacaan kita dari Keluaran 13:17-22.
Menurut Hywel R. Jones (lihat Hywel R. Jones dalam New Bible Commentary, Third Edition, Guthrie, dkk, Inter Varsity Press, Leicester-England, 1970, hlm., 128), bangsa Israel akan memulai suatu perjalanan panjang menuju tanah Perjanjian, tanah Kanaan.
Kalau kita melihat peta perjalanan dari tanah Goshen di Mesir menuju Kanaan maka nampak suatu perjalanan yang susah untuk ditempuh karena harus melewati padang gurun, cuaca yang buruk, binatang buas, bahaya kekurangan makanan dan air minum, dan bahaya menghadapi musuh-musuh dari bangsa asing dalam perjalanan mereka.
Padahal untuk menghadapi semua bahaya itu bangsa Israel sebetulnya belum siap untuk itu, karena itu memohon Tuhan untuk menyertai perjalanan adalah suatu harapan dan sikap yang tepat.
Bukti penyertann Tuhan telah nyata ketika mereka dipimpin Tuhan keluar dari Mesir. Tuhan bahkan bertindak sebagai tentara gagah perkasa yang tidak kelihatan, tapi nampak sepak terjangnya.
Bangsa Amalek yang ditakuti dikalahkan oleh Israel dengan mudah karena Allah yang berperang menggantikan mereka. Ini adalah wujud penyertaan Allah yang luar biasa”, demikian penjelasan pakar Perjanjian Teologi Perjanjian Baru tamatan Universitas Heidelberg Jerman ini.

Lebih jauh Mesakh Dethan, yang merupakan mantan Wartawan Pos Kupang dan Pencetus Rubrik Tapaleuk ini, tiga hal yang dituntut Tuhan agar Israel bisa sampai tujuan, yaitu disiplin, kepatuhan dan kepercayaan. Tuhan tahu bahwa bangsa Israel belum siap untuk melakukan perjalanan mereka, ditambah lagi mereka penuh dengan ketakutan, namun melalui tiga hal itu (disiplin, kepatuhan dan kepercayaan) iman mereka akan diuji apakah mereka memiliki disiplin, kepatuhan dan iman kepada Tuhan atau tidak.