SERU, Fadli Zon Tantang Debat Menag Gus Yaqut Terkait Ucapan Populisme Islam, 'Apa Urusannya '
Ucapan populisme islam yang diungkapkan Menteri Agama , Gus Yaqut ini berbuntut Sang menteri ditantang kader Gerindra , Fadli Zon untuk berdebat meng
SERU, Fadli Zon Tantang Debat Menag Gus Yaqut Terkait Ucapan Populisme Islam , 'Apa Urusannya Ngurusi ini'
POS KUPANG.COM -- Ucapan populisme islam yang diungkapkan Menteri Agama , Gus Yaqut ini berbuntut
Sang menteri ditantang kader Gerindra , Fadli Zon untuk berdebat mengenai kalimat tersebut
Politisi Partai Gerindra Fadli Zon menantang Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau yang kerap disapa Gus Yaqut.
Tantangan itu dilontarkan Fadli Zon terkait pernyataan Gus Yaqut mengenai populisme Islam.
Fadli Zon menyatakan tantangannya kepada Gus Yaqut itu melalui akun Twitter-nya @fadlizon pada Senin (28/12/2020).
Baca juga: KABAR GEMBIRA PNS, Tahun 2021 Naik Gaji, Pendapatan ASN Minimal 10 Juta Perbulan, Ini Riaciannya
Baca juga: Berat Badan Syahrini Naik Hingga 10 Kg, Istri Reino Barack Tak Bisa Bohong Lagi Akui Kegemukan
Baca juga: Krisdayanti Kini Tajir & Sukses jadi AnggotaDPR Bergaji Selangit,Yuni Shara Justru Rela Lakukanini
Baca juga: Pemuda 20 Tahun Nilkahi 2 Remaja Sekaligus, Kisahnya Viral, Ini Pengakuan 2 Istri yang Masih ABG

"Ayo kita berdebat di ruang publik apa itu “populisme”, “populisme Islam"," tulis Fadli Zon.
"Dan apa urusannya Menag ngurusi ini. Apa tupoksinya?" tambahnya.
Dalam cuitannya tersebut, Fadli Zon juga menautkan sebuah berita mengenai pernyataan Gus Yaqut terkait populisme Islam.
Diberitakan sebelumnya, dikutip dari KompasTv, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa Indonesia berdiri karena ada berbagai agama yang ada di Indonesia.
"Saya sampaikan berkali-kali di banyak kesempatan dan saya kira ini masih sangat kontekstual meskipun posisi berbeda, dulu ketika masih aktif di Gerakan Pemuda Ansor dan Banser," kata Yaqut dalam Silaturahmi Nasional Lintas Agama di Mapolda Metro Jaya , Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (27/12/2020).
"Saya selalu katakan tidak ada Indonesia jika tidak ada Islam, tidak ada Kristen, tidak ada Katolik, tidak ada Hindu, tidak ada Buddha, tidak ada Konghucu, dan tidak ada agama-agama lokal yang lain," tambahnya.
Karena itu, Indonesia berdiri karena kesepakatan antarkultur dan agama.
"Indonesia itu berdiri sebagai kesepakatan antarkultur, antarbudaya, dan agama yang ada di Indonesia, jadi barang siapa ingin menghilangkan satu sama lain atas dasar agama maka artinya mereka tidak mengakui Indonesia, mereka tidak memiliki rasa keindonesiaan," katanya.
Namun, akhir-akhir ini, kesepakatan itu tampak mulai goyah. Salah satunya karena ada pihak-pihak yang menjadikan agama sebagai norma konflik.