Opini

Reshuffle dan Langkah Bijak Jokowi

PRESIDEN Jokowi merombak (reshuffle) Kabinet Indonesia Maju. Totalnya, ada enam menteri baru. Mereka dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/12)

Editor: Agustinus Sape
Foto pribadi
Ervanus Ridwan Tou 

Reshuffle dan Langkah Bijak Jokowi

Oleh: Ervanus Ridwan Tou

PRESIDEN Jokowi merombak (reshuffle) Kabinet Indonesia Maju. Totalnya, ada enam menteri baru. Mereka dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/12 2020). Reshuffle tentu saja menjawab pertanyaan publik di tengah pandemi Covid-19. Sinyal itu mengemuka dalam sidang kabinet kemudian diunggah akun YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (28/6 2020).

Menteri baru yang dilantik di antaranya Sandiaga Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Wishnutama. Tri Rismaharini (Risma) sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara yang tergelincir kasus korupsi dana bansos. Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto. Kemudian Yaqut Cholil Qoumas menjadi Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi. Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan menggantikan Edhy Prabowo akibat skandal lobster. Lalu Muhammad Lutfi menempati pos Menteri Perdagangan menggeser Agus Suparmanto.

Langkah Jokowi tentu saja dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya untuk meningkatkan kinerja pemerintah. Terutama di tengah pandemi Covid-19 beserta dampaknya. Presiden telah mengkaji dengan baik, mengapa langkah itu diambil. Kita tahu, dua menteri terdahulu terseret kasus korupsi. Alasan lain diduga kerja anak buahnya belum maksimal. Untuk itu, Jokowi perlu menata ulang. Di tangan enam menteri baru diharapkan kerja mereka sesuai ekspetasi publik.

Ada asa langkah reshuffle. Karena Jokowi menuntut para menteri bekerja di atas kewajaran. Artinya, cara kerja di tengah pandemi tentu harus berbeda dibanding masa-masa biasa sebelum virus korona melanda. Presiden tentu saja menginginkan para menteri baru bekerja nyata, terukur. Bukan sekadar retorika dan teori. Hal itu disampaiakan Jokowi dalam berbagai kesempatan. Terutama dalam rapat-rapat kabinet. Karena itu Kepala Negara harus memastikan rakyatnya bisa bertahan hidup di tengah hantaman Covid-19.

Langkah Bijak

Presiden Jokowi dikenal sebagai sosok yang berhati-hati dalam mengambil keputusan. Keputusannya tak bisa diduga. Kadang di luar dugaan publik. Sebagaimana diisukan bahwa banyak menteri yang diganti. Kemudian, jatah menteri lebih banyak diberikan kepada orang dekat istana. Atau para tim sukses saat Pilpres 2019. Nyatanya, calon wapres Sandiaga Uno yang merupakan rival politiknya pada Pilpres lalu ditarik jadi pembantu di kabinet. Langkah ini strategis dan politis. Semua demi kepentingan bangsa dan negara. Langkah ini perlu diapresiasi. Bekas Walikota Solo itu memastikan, bangsa ini perlu dibangun bersama mereka yang punya kapasitas dan kapabilitas personal.

Hemat saya, reshuffle adalah keputusan tepat. Keenam kementerian yang diisi wajah baru itu tengah jadi sorotan publik. Dua kementerian yaitu Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Sosial tengah dirundung malang. Orang nomor satu di dua kementerian itu adalah “anak kandung” partai penguasa terbelit kasus korupsi. Kasus itu adalah tamparan bagi Jokowi. Apalagi dilakukan menteri dari parpol pengusung Jokowi-Ma’ruf Amin meski pada Pilpres 2014 dan 2019 adalah rival politik.

Kementerian Kesehatan juga jadi sorotan terkait penanganan Covid-19. Sehingga perlu energi baru dalam penanganannya. Jumlah kasus Covid-19 terus meningkat dan menyentuh angka 685.639 kasus positif. Trend penambahan kasus baru berada pada level 6.000 setiap hari. Hal ini berimbas pada perekonomian masyarakat. Aktivitas ekonomi banyak merosot karena daya beli menurun. Rakyat banyak kehilangan pekerjaan.

Akibat lainnya, pariwisata dan ekonomi menjadi tak berdaya. Padahal ekonomi rakyat adalah nadi perekonomian nasional dan dunia. Untuk itu, kementerian ini juga dievaluasi. Jokowi perlu sosok inspiratif, kreatif. Kehadiran Sandiaga dipandang tepat. Ia sosok ideal dengan segudang pengalaman mengurus usaha mikro dan kecil serta menengah (UMKM). Kendati Uno rival Jokowi pada Pilpres 2019 namun ia menggandengnya jadi pembantu di kabinet mengikuti jejak Prabowo Subianto yang lebih dahulu didapuk Jokowi jadi Menteri Pertahanan. Uno diharapkan jadi juruselamat bangsa dari kelimpungan ekonomi. Boleh jadi, rivalitas di hati Jokowi sudah tanggal dan saatnya bergandengan tangan membangun bangsa. Ini tentu langkah taktis. Ia bagian dari upaya rekonsiliasi nasional.

Berbeda dengan Kementerian Perdagangan. Presiden tentu berharap perdagangan di tengah pandemi Covid-19 tetap stabil. Baik perdagangan di dalam negeri maupun ke luar negeri. Tak kalah menarik ialah Kementerian Agama. Peran Kementerian ini sangat besar dalam menjaga keutuhan NKRI. Apalagi, beberapa bulan belakangan ini, isu-isu SARA kembali berhembus kencang di tengah publik. Karena itu, butuh figur tegas dan berani memberikan terobosan demi menjaga harmoni di antara sesama umat beragama. Kecintaan tehadap bangsa adalah pondasi utama. Kehadiran enam menteri baru diharapkan menambah energi tambahan. Energi itu dalam rangka mendukung Jokowi mengelola negara sampai akhir masa jabatannya demi kemaslahatan rakyat Indonesia.

Orang Hebat

Kehadiran enam menteri baru tentu tak mengejutkan publik. Mereka orang hebat dan mumpuni di bidangnya dengan rekam jejak terukur. Risma, misalnya. Walikota Surabaya itu cukup fenomenal setelah sukses memimpin Kota Surabaya selama dua periode. Prestasi Risma mendapat pengakuan hingga manca negara. Posnya di Kementerian Sosial yang pernah dinahkodai Khoffifah Indar Parawansa, koleganya sesama politisi asal Jawa Timur, layak ia pimpin.

Risma pernah didapuk sebagai wali kota terbaik ketiga dunia versi World Mayor Project. Ia menerima gelar doktor Honoris Causa dari ITS setelah Surabaya ditetapkan sebagai kota ekologi dalam penataan dan pembangunan kota. Ia juga mendapatkan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Bintang Mahaputra dari Presiden RI. Tak lama berselang, tahun 2016, Risma meraih penghargaan Ki Hajar Award, Satyalencana Kebhaktian Sosial dari Presiden RI. Kemudian penghargaan Adipura untuk Kota Surabaya sejak tahun 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved