NEWS ANALYSIS Mikael Bataona Pengamat Politik Soal Perombakan Kabinet: Langkah Strategis
NEWS ANALYSIS Mikael Rajamuda Bataona pengamat politik soal perombakan kabinet: langkah strategis
NEWS ANALYSIS Mikael Rajamuda Bataona pengamat politik soal perombakan kabinet: langkah strategis
POS-KUPANG.COM - DARI perspektif politik dan pemerintahan, saya kira perombakan kabinet adalah sebuah tindakan strategis baik secara politik maupun ekonomi.
Sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara, Presiden Jokowi paham bahwa semakin lama kabinet tidak dirombak, resikonya akan semakin besar.
Setelah dua menteri dicokok KPK, tentu saja roda pemerintahan terganggu dan kredibiltas kabinet ini juga down (turun). Itulah alasan mengapa reshuffle wajib dilakukan saat ini.
Baca juga: Polisi Gagalkan Penyelundupan Daging Rusa ke NTB
Hal yang menarik, ada Sandiaga Uno, rival Jokowi di Pilpres. Ini sebuah taktik merangkul lawan. Hanya saja tentu pasti memantik protes dari anggota koalisi yang merasa sudah berdarah-darah membela Jokowi selama Pilpres kemarin.
Menempatkan Sandiaga pada posisi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tentunya langsung bersentuhan juga dengan visi besar Jokowi, yaitu memajukan pariwisata di Indonesia dan UMKM serta ekonomi milenial, termasuk yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Operator Transportasi Perketat Protokol Covid
Sandiaga paham soal Labuan Bajo, karena ia pernah berkampanye di sana. Serta sempat ada insiden pengusiran oleh penjual ikan saat itu akibat jualannya terhalangi.
Pilpres yang panas sudah lewat, sehingga Sandiaga tentu akan profesional memajukan pariwisata Indonesia termasuk Labuan Bajo yang sudah ditetapkan menjadi destinasi super prioritas oleh Jokowi.
Sebagai pengusaha, Sandiaga akan cepat belajar dan paham bagaimana memajukan pariwisata NTT dan Labuan Bajo khususnya yang selama ini menjadi salah satu fokus dari kerja-kerja para menteri.
Yang tak kalah menraik adalah ditunjuknya Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial.
Saya kira Risma adalah tipologi wali kota dengan empati yang sangat kuat pada warga miskin Surabaya.
Kemampuannya dalam kerja dengan data dan selalu detail serta fokus, menjadi salah satu pertimbangan mengapa Jokowi memilih wali kota perempuan ini. Risma punya jam terbang yang cukup dalam mengurus kota besar, tapi ia butuh belajar cepat soal mengurus orang miskin di seluruh indonesia. Salah satunya adalah NTT.
Terobosan Risma pasti sangat dibutuhkan oleh NTT, yang juga sedang berjuang untuk mengurangi angka kemiskinan di tahun 2021. Kemudian yang juga mengejutkan adalah terpilihnya Ketua Umum GP Anshor, Yaqut Cholil Qoumas, yang ditunjuk Jokowi sebagai Menteri Agama.
Sosok ini terkenal sangat anti pada radikalisme dan tentu saja ormas-ormas radikal. Terpilihnya Yaqut tentu saja menjadi kabar buruk bagi ormas-ormas yang selama ini cukup bebas bermanuver di balik "jubah" agama untuk menyatakan kepentingan politik mereka.
Di NTT sendiri ormas-ormas dan oknum-oknum garis keras juga pernah teridentifikasi. Karena itu, Menteri Yaqut punya pekerjaan besar soal ini. Urusan agama juga perlu diurus secara bijak dan proporsional karena Indonesia ini multicultur dan punya kebinekaan.
Ini keuntungan bagi NTT. Sebagai Nusa Terindah Toleransi, Menteri Yagut tentu bisa menimbah banyak nilai penting tentang toleransi di NTT untuk diwacanakan secara nasional.
Bagaimana kehidupan umat kristen dan muslim di Flores dan Adonara yang begitu rukun dan damai.
Sebagai orang NU, Menteri Yaqut bisa menggunakan momentum 4 tahun ke depan untuk mengatasi masalah intoleransi yang kian kuat mencengkram persepsi masyarakat di Jawa dan beberapa wilayah lainnya akibat kerasnya Pilpres 2019 dan keterbelahan sejak Pilkada DKI Jakarta.
Tugas itu sangat berat karena berkaitan dengan transfer pengetahuan dan perang wacana di media sosial. (cr6)