70 Tahun Dijaga, Kini Pulau Taiwan Dikepung China, Taipei Gelar Latihan Tembak Picu Perang
Sepanjang tahun 2020 ini, pasukan China atau Tentara Pembebasan Rakkat China atau PLA terus melakukan tekanan terhadap militer Taiwan
Yoshiyuki Ogasawara, seorang profesor di Tokyo University of Foreign Studies, bulan ini mengatakan kepada majalah online The Diplomat bahwa menurutnya, tidak mungkin PLA akan menyerang Taiwan,.
Tetapi besar kemungkinan Beijing menggunakan opsi lainnya, yakni menekan atau merebut Kepulauan Pratas.
"Dalam merebut Kepulauan Pratas, China bisa membunuh beberapa burung dengan satu batu," ujarnya.
“Misalnya, kesuksesan dapat berfungsi untuk mengkonsolidasikan cengkeraman (Presiden China) Xi Jinping pada Partai Komunis China.
Karena itu, (Pratas) adalah titik api potensial yang sekarang perlu menjadi perhatian AS, Jepang, dan negara-negara demokratis lainnya," katanya.
Ogasawara mengatakan, jika China menyerang Taiwan dengan tepat pasti akan memicu protes dari Amerika Serikat, Jepang dan negara lain, tetapi menargetkan Kepulauan Pratas mungkin berbeda.
Sejak Agustus, militer Taiwan telah menempatkan sebuah kompi marinir untuk memperkuat garnisun di pos terdepan setelah laporan latihan PLA.
Ia juga telah mengirim senjata termasuk rudal anti-pesawat dan anti-laut, bersama dengan meriam dan artileri lainnya untuk ditempatkan di pulau-pulau itu.
Tidak diketahui apakah PLA benar-benar telah melakukan latihan simulasi pendaratan pantai di Pratas, tetapi sejak pertengahan Agustus , mereka telah melakukan beberapa latihan perang.
Antara lain di Laut Kuning, Laut Cina Selatan, Laut Cina Timur dan Teluk Bohai untuk meningkatkan intimidasi militer, ditujukan ke Taiwan dan mitra keamanannya, Amerika Serikat.
PLA juga telah menerbangkan pesawat tempur ke zona identifikasi pertahanan udara barat daya Taiwan, dalam perjalanan ke Selat Bashi dan Laut Cina Selatan untuk pelatihan tempur udara dan operasi pengintaian, memicu spekulasi kemungkinan serangan mendadak di pos terdepan Taiwan.
Alexander Huang Chieh-cheng, seorang profesor hubungan internasional dan studi strategis di Universitas Tamkang di Taipei mengatakan, Pratas adalah pulang yang penting bagi Taiwan dan daratan.
“Pratas adalah pulau paling utara dari Laut Cina Selatan yang luas, berlokasi strategis di antara Selat Taiwan, Selat Bashi dan Laut China Selatan,” katanya.
Ini adalah pintu gerbang ke Laut China Selatan untuk pasukan AS dan ke Laut Filipina untuk PLA.
Dikendalikan oleh Taiwan sejak 1950-an, Pratas dilewati oleh kapal tanker minyak yang melayani negara-negara Asia Timur, dan merupakan pos pemeriksaan bagi kapal-kapal China daratan dalam perjalanan ke atau dari Samudra Pasifik.