Di Posko Barakat, Lansia Korban Erupsi Ile Lewotolok Pintal Benang dan Anyam Lontar
Di Posko LSM Barakat, sekelompok ibu-ibu lansia yang jadi korban erupsi Ile Lewotolok tampak sibuk memintal benang dan menganyam daun koli
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Di Posko LSM Barakat, sekelompok ibu-ibu lansia yang jadi korban erupsi Ile Lewotolok tampak sibuk memintal benang dan menganyam daun koli.
Dua kesibukan ini sering mereka lakukan di kampung halaman mereka sebelum erupsi Gunung Ile Lewotolok menerjang pada 29 November 2020 lalu.
Di posko-posko pengungsian aktivitas memintal, menenun dan menganyam tak bisa dilakukan lagi.
Baca juga: Ibu Ini Tertidur di Jalan Moan Toda-Maumere, Ini Yang Terjadi Saat Polisi Datang
"Waktu saya kunjung mereka, banyak yang mengeluh soal tenunan mereka di kampung, benang yang mau dipintal dan anyaman-anyaman yang belum selesai," ungkap Direktur LSM Barakat Benediktus Bedil saat ditemui, Sabtu (19/12/2020).
Dari keluhan inilah, kemudian Benediktus bersama para relawan LSM Barakat, berupaya mengumpulkan sekelompok ibu-ibu lansia di Posko Barakat untuk memintal benang dan menyanyam. Semua bahan bakunya disiapkan oleh Barakat. Mereka tinggal datang dan melakukan aktivitas tersebut.
Baca juga: Universitas Karya Darma Kupang Mewisudakan 119 Sarjana dengan Prokes Covid-19
Menurut Benediktus, program ini merupakan bagian dari aktivitas trauma healing berbasis pemberdayaan masyarakat.
"Ini untuk hilangkan stres, trauma daripada mereka bosan, jenuh, lebih baik mereka datang ke sini dan menenun," tandasnya.
Jadi, kegiatan memintal dan menganyam ini bukan sekadar trauma healing. Ada aspek pemberdayaannya juga di dalamnya.
Kor Sakeng, Relawan Barakat lainnya, menambahkan program trauma healing berbasis pemberdayaan memang jadi tahapan penanganan bencana yang harus mereka lakukan pasca penanganan tanggap darurat yakni rehabilitasi.
Selain memintal dan menganyam bagi lansia, selanjutnya, ibu hamil, ibu bayi balita, ibu menyusui akan dibekali keterampilan mengolah sorgum yang baik dijadikan asupan gizi berbasis pangan lokal.
"Jadi kita masukan dalam trauma healing. Ada tiga klaster, pertama lansia, kedua ibu balita, ibu menyusui, ibu hamil, dan ketiga anak-anak," jelas Kor Sakeng.
"Jadi untuk klaster kedua ibu bayi balita dan menyusui konsepnya adalah asupan gizi berbasis pangan lokal. Untuk lansia keterampilan menenun dan anyam dan anak anak akan dibekali pemahaman literasi dan mengasah akhlak mereka," urainya.
Semua program ini menurut Kor adalah bagian dari upaya mereka perlahan membawa para penyintas erupsi Ile Lewotolok keluar dari situasi bencana. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)