Berita Timor Leste

Anggaran Fantastis Amerika untuk Hancurkan Timor Leste Terungkap Pasca Temui Presiden Soeharto

Selama lima tahun serangan tersebut, sebanyak 200.000 orang menjadi korbannya, itu sepertiga dari populasi Timor Leste, menurut Noam Chomsky

Editor: Hasyim Ashari
Serambi Indonesia
Anggaran Fantastis Amerika untuk Hancurkan Timor Leste Terungkap Pasca Temui Presiden Soeharto 

Anggaran Fantastis Amerika untuk Hancurkan Timor Leste Terungkap Pasca Temui Presiden Soeharto

POS-KUPANG.COM - Desember tahun 1975, Indonesia melakukan invasi ke Timor Timor, atau yang kini kita kenal dengan nama Timor Leste.

Selama lima tahun serangan tersebut, sebanyak 200.000 orang menjadi korbannya, itu sepertiga dari populasi Timor Leste, menurut Noam Chomsky.

Invasi tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden AS Gerald Ford dan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger mengunjungi Jenderal Soearto di Jakarta.

Menurut Worldpolicy.org, komunitas internasional mengecam tindakan AS yang memberikan bantuan militer ke Indonesia.

Lalu, tahun 1977 Kongres mengadakan penyelidikan peran AS dalam memberikan bantuan militer ke Indonesia.

Komite Hubungan Internasional DPR, mengungkapkan beberapa sistem persenjataan utama AS dijual ke Indonesia selama periode ini.

Termasuk enam belas pesawat Rockwell OV-10, tiga pesawat angkut Lockheed Martin C-130, dan tiga puluh Cadillac-Gage v-150 dan mobil lapis baja komando.

Senjata AS lainnya terkait dengan kependudukan dirujuk selama sidang, termasuk helikopter S-61, pesawat patroli, senapan M-16, pistol mortir, senapan mesin, senapan recoilless, dll.

Sejak tahun 1975 hingga referendum kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1999.

Amerika Serikat melanjutkan dukungan militernya, dengan mentransfer persenjataan senilai lebih dari satu miliar dolar.

Segala sesuatu mulai dari pesawat tempur F-16 hingga helikopter militer hingga senapan tempur M-16 digunakan dalam penindasan perbedaan pendapat di Timor Leste dan di seluruh Indonesia.

Senjata-senjata ini dipandang sebagai kunci untuk menjaga hubungan baik dengan sekutu strategis Washington.

Departemen Luar Negeri dan Gedung Putih menggambarkan Indonesia sebagai benteng pertahanan melawan komunisme, sumber tenaga kerja murah dan sumber daya murah, dan pasar barang-barang AS.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri menyimpulkan hubungan tersebut dengan mengatakan, "Amerika Serikat ingin menjaga hubungannya dengan Indonesia tetap dekat dan bersahabat."

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved