Kemasan Makanan Bahan Plastik Juga ada Dampak Buruknya, Simak Penjelasan Komunitas Cerdas Sehat

Plastik dianggap lebih praktis untuk digunakan sebagai kemasan, selain gampang ditemukan saat ini juga sudah banyak jenis dan ukuran serta bentuk yang

Editor: Alfred Dama
Istimewa
Hat-hati dampak buruk menggunakan kemasan dari plastik. Ini penjelasannya dari Komunitas Cerdas Sehat 

“Polikarbonat biasanya digunakan untuk barang-barang seperti peralatan makan, botol susu bayi, mainan bayi bahkan hingga empeng. Selain itu, digunakan juga untuk peralatan medis, tinta cetak, CD maupun DVD. Sedangkan paparan BPA paling sering terjadi melalui migrasi dari bahan kemasan yang mengalami kontak langsung dengan makanan," ujar Dr.-Ing. Azis Boing Sitanggang, S.TP, MSc selaku pakar teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kemasan atau barang berbahan plastik dari polikarbonat maupun kemasan kaleng, khususnya untuk mengemas produk infant formula,” katanya.

dr Daulika Yusna, SpA selaku Dokter Spesialis Anak Neonatologist , menjelaskan, berdasarkan informasi yang ditemukan, dampak BPA dapat dialami oleh semua orang, mulai dari bayi hingga lansia.

Kabarnya, BPA menjadi zat yang dapat mengganggu sistem endokrin atau hormonal dalam tubuh.

Hal ini memicu adanya perubahan metabolisme tubuh dan berkaitan dengan resiko terjadinya masalah reproduksi, penyakit jantung, kanker, gangguan perilaku pada anak, hiperaktivitas dan gangguan lainnya.

“Bagi para ibu yang memiliki anak balita, saya sarankan sebaiknya mulai selektif dalam memilih kemasan makanan dan minuman terutama untuk anak-anak. Mulai dihindari dan dikurangi penggunaan plastik sebisa mungkin," tutur dr Daulika.

Produk-produk berbahan dasar plastik jika terkena panas atau dicuci berulang kali bisa memicu luruhnya zat kimia berbahaya yang akan mencemari makanan atau minuman anak-anak kita. Oleh karena itu, kita bisa mulai memikirkan alternatif peralatan lain seperti menggunakan bahan kaca, stainless steel atau silicone,” ujarnya.

dr. Darrell Fernando, SpOG selaku Dokter Spesialis Kandungan pun turut menambahkan bahwa meski konsumsi BPA dalam dosis tertentu masih aman, namun ada baiknya untuk menghindari bahan-bahan yang mengandung BPA.

Dalam kehamilan, BPA dapat menyebabkan berbagai komplikasi kehamilan dan gangguan pertumbuhan janin.

Tak hanya itu, paparan BPA sejak dalam kandungan dikhawatirkan memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan anak.

Agar penggunaan BPA masih dalam batas wajar dan menghindari dampak yang berarti, ternyata beberapa negara telah menetapkan regulasi mengenai Tolerable Daily Intake (TDI) dan batas Specific Migration Limit (SML).

Regulasi ini berguna untuk mengatur jumlah maksimum kontaminasi BPA setiap harinya. Beberapa negara tersebut antara lain seperti Eropa, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, China dan Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, mereka memiliki kebijakan masing-masing.

Sebagai dukungan atas kebijakan TDI dan SML, kini banyak produsen kemasan telah menggunakan alternatif bahan yang lebih aman.

Sudah banyak ditemukan peralatan sehari-hari yang berlabel BPA Free atau Food Grade. Kehadiran label tersebut menandakan bahwa kemasan aman jika harus berkontak langsung dengan makanan atau minuman.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved