'Kami Tidak ke Posko Utama Karena Kami Jompo, Tidak Bisa Jalan'

Para pengungsi yang memilih bertahan di rumah warga punya alasan tersendiri kenapa tidak pindah ke posko-posko terpusat

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/RICARDUS WAWO
Sejumlah Pengungsi erupsi Ile Lewotolok lansia asal Desa Todanara yang melakukan evakuasi mandiri di Kelurahan Lewoleba Timur. Para pengungsi yang memilih bertahan di rumah warga punya alasan tersendiri kenapa tidak pindah ke posko-posko terpusat yang disiapkan Pemda Lembata. 

'Kami Tidak ke Posko Utama Karena Kami Jompo, Tidak Bisa Jalan'

POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Langkah Pemda Lembata memusatkan semua pengungsi erupsi Ile Lewotolok di posko-posko terpusat yang disiapkan pemerintah rupanya menuai masalah. Penerapan kebijakan yang ingin mengevakuasi pengungsi yang ada di rumah-rumah keluarga ke posko terpusat ini tidak semudah diucapkan. 

Para pengungsi yang memilih bertahan di rumah warga punya alasan tersendiri kenapa tidak pindah ke posko-posko terpusat yang disiapkan Pemda Lembata.

Salah satunya yang diungkap warga Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Mathias Mado kepada Pos Kupang.

Mathias sudah seminggu mengungsi di rumah kerabatnya Thobias Temalan di Kelurahan Lamahora Timur, RT 41/RW 008. Dia tidak sendiri bermukim sementara di rumah itu. Ada 11 orang Warga Desa Todanara juga tinggal di rumah yang sama.

Tujuh orang di antaranya adalah warga lanjut usia (lansia) berusia 60, 70 dan 80 tahun yang tiga di antaranya hanya berbaring di tempat tidur. 

"Kami ke sini karena ada orangtua jompo tiga orang sehingga kami tidak bisa ke posko utama. Nanti siapa yang urus mereka. Sementara mereka saja mau apa-apa harus digendong," keluh Mathias di Kelurahan Lewoleba Timur, Sabtu (5/12/2020).

Disampaikannya, beberapa lansia juga harus mengurus jompo lainnya yang sakit dan terbaring di ranjang tidur.
Mathias yang juga adalah aparat Desa Todanara ini mengaku mereka juga belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah sejak erupsi Ile Lewotolok.

Sudah satu minggu tinggal di Lewoleba, Mathias dan 11 orang warga lainnya bisa bertahan hidup dengan bantuan dari pemerintah desa, komunitas dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta swadaya mereka sendiri.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

"Sama sekali belum dapat (bantuan dari pemerintah). Mereka sudah datang data, tapi belum ada bantuan dari pemerintah untuk warga yang evakuasi ke rumah warga," ujarnya. 

"Kami harap tidak ke posko utama tapi paling tidak ada perhatian pemerintah untuk yang jompo ini, mungkin bisa distribusikan untuk ringankan beban keluarga begitu," tambahnya.

"Tidak bisa (jompo) dievakuasi ke posko masalahnya mereka bangun tidur kita harus pake gendong," ujarnya.
Empat di antara yang lansia itu bernama Matina Kesabo, 85 tahun, Sisilia Sili 83 tahun, Ana Anu (76) dan Paulus Paji 76 tahun.

Bantuan Logistik Bagi Pengungsi yang Tinggal di Rumah Warga Dihentikan

Sebelumnya, Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur menegaskan bahwa bantuan kepada pengungsi di rumah-rumah penduduk dihentikan.

Dia mengatakan jika ingin mendapatkan bantuan maka para pengungsi yang melakukan evakuasi mandiri di rumah-rumah warga harus segera masuk ke tempat-tempat penampungan resmi yang disediakan pemerintah.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved