Breaking News

Australia Bakal Malu Besar Berani Menentang China, Rugi Besar Sampai Ekonomi Diujung Tanduk

Australia dan China saat ini sedang terlibat perseterua. China yang menunjukan kekuatannya menolak semua ekport China dengan tujuan ke negeri panda it

Editor: Alfred Dama
news.com.au
Ekonomi Australia Di Ujung Tanduk, Diplomat Desak Bergabung dengan Megaproyek China 

Hal itu secara efektif akan menutup 1,2 miliar Dolar dari pasar untuk produsen anggur Australia.

Satu sanksi adalah kesempatan, dua sanksi adalah kebetulan, dan ketiga kalinya adalah kampanye yang telah direncanakan.

China telah setidaknya berpura-pura bahwa ada dasar legit atas berbagai sanksi dagang mereka.

Sejauh ini tidak ada kepura-puraan untuk ancaman tersebut, China telah sangat terbuka dan tegas.

April lalu, editor Global Times media pemerintah China, mengatakan "Australia selalu di sana, membuat masalah.

"Ini seperti permen karet menempel di sol sepatu China. Terkadang Anda harus mencari batu untuk menggosoknya."

Sementara editorial di Global Times Juni lalu memperingatkan bahwa "Australia akan membayar harga tak tertahankan" jika mereka terlalu dekat dengan kebijakan luar negeri AS.

Hubungan sendiri memburuk sejak 2018, Australia menolak 5G dari Huawei, dan mengkritik perlakuan Uighur di Xinjiang, tekanan demokrasi di Hong Kong dan aktivitas militer mereka di Laut China Selatan.

Namun sejak Perdana Menteri Australia meminta investigasi internasional untuk mencari asal-usul virus Corona, China tidak bisa tinggal diam.

Periode 2019-2020, 39% barang ekspor Australia melayang ke China tapi hanya 1,9% barang China melayang ke Australia.

Kira-kira 12% turis di Australia datang dari China tapi Australia hanya menyumbang 1% turisme China.

Sementara ada 260 murid China terdaftar di Australia pada 2019, dan hanya sedikit murid Australia terdaftar ke China.

Artinya, China tidak begitu memerlukan kemitraan dengan Australia, jika bisa dengan cepat mengganti mereka.

Ini merupakan perang dagang yang tidak bisa dimenangkan Australia, sekarang pertanyaannya berapa banyak kerugian yang bisa mereka tahan.

Banyak ahli menyebut China bisa kemudian beralih ke Selandia Baru untuk menjadi pemasok anggur, batubara, kiwi dan kayu untuk Beijing.

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved