Sulitnya Dapat Logistik Bagi Korban Ile Lewotolok, Padahal Tinggal Hanya 30 Meter Dari Gudang
bantuan dari pihak swasta, sementara pemerintah baru datang mendata saja, padahal ini sudah hari keempat pasca erupsi Ile Lewotolok.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Sulitnya Dapat Logistik Bagi Korban Ile Lewotolok, Padahal Tinggal Hanya 30 Meter Dari Gudang
POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Cerita tentang korban erupsi Ile Lewotolok yang tinggal di rumah warga Kota Lewoleba dan belum mendapat bantuan logistik dari pemerintah masih terus berlanjut.
Setelah erupsi gunung api Ile Lewotolok pada Minggu (29/12/2020) banyak warga terdampak yang melakukan evakuasi mandiri di rumah-rumah keluarga di Kota Lewoleba.
Namun hingga hari keempat, masih ada warga yang belum disentuh bantuan logistik dari pemerintah.
Padahal di saat yang sama bantuan dari pelbagai pihak setiap hari terus masuk ke gudang logistik di Kantor BPBD Kabupaten Lembata.
Elias Lebu, warga Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur, pasca erupsi melakukan evakuasi mandiri di rumah kosong milik Ibu Elisabeth Ndapamerang. Dia tidak tinggal sendiri. Ada 30 warga Jontona lainnya yang tinggal di rumah yang sama. Kebanyakan dari mereka adalah warga lanjut usia (lansia).
"Dari pemerintah kami belum dapat bantuan, hanya dapat dari swasta dan LSM saja," kata Elias saat ditemui, Kamis (3/12/2020).
Ironisnya, jarak dari rumah tempat mereka mengungsi dan gudang logistik erupsi Ile Lewotolok di Kantor BPBD Kabupaten Lembata hanya kira-kira 30 meter saja. Rumah kosong tersebut berada di RT 16/RW 06, Kelurahan Lewoleba Tengah, Kecamatan Nubatukan yang juga hanya berjarak sekitar 50 meter dari Kantor Lurah Lewoleba Tengah.
Ketika ditemui Pos Kupang, Elias sementara berdiri di depan rumah, menyaksikan antrean pikap dan truk yang membawa bantuan logistik dari berbagai kalangan di depan gudang Kantor BPBD Kabupaten Lembata.
Elias mendengar kabar kalau warga terdampak yang saat ini mengungsi di rumah warga tidak bisa mendapatkan bantuan. Hanya yang berada di posko utama yang bisa menerima bantuan logistik.
"Di sini lansia semua, ada yang sakit lagi jadi tidak mungkin kami ke posko utama lagi," keluh Elias sembari matanya nanar memandang ke arah gudang logistik.
Dia hanya bisa pasrah dan bertahan hidup dengan apa yang ada.
Elisabeth Ndapamerang pun mengeluhkan sulitnya dia membantu warga penyintas erupsi Ile Lewotolok untuk bisa dapat bantuan dari pemerintah.
Dia berujar beberapa waktu lalu pihak kelurahan sempat membawa sejumlah logistik untuk 31 Warga Jontona yang dievakuasi di rumahnya. Namun, dia realistis kalau jumlah logistik yang diberikan itu tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan para pengungsi.
"Kita minta di kelurahan, akhirnya kelurahan kasi odol gigi, kasi rinso dua renteng, pisang satu tandan, beras satu karung, mie satu kotak, gula dua kilo," ujarnya.
Dia juga sudah memberikan data lengkap 31 warga Jontona yang dievakuasi di rumahnya kepada pihak kelurahan. Namun, hasilnya malah nihil.
Akhirnya petang itu, Kamis (3/12/2020), sejumlah warga itu berinisiatif meminta langsung bantuan di posko utama dan mereka sempat membawa pulang beberapa tandan pisang.
Masalah yang sama juga ditemukan di RT 17/RW 06 Kelurahan Lewoleba Tengah. Di rumah Mama Len, ada 23 warga terdampak erupsi Ile Lewotolok dan tetangga di sebelah rumahnya ada 21 warga Ile Ape yang berasal dari 9 Kepala Keluarga. Di antara mereka juga ada balita dan lansia.
Dia mengaku baru mendapat bantuan dari pihak swasta, sementara pemerintah baru datang mendata saja, padahal ini sudah hari keempat pasca erupsi Ile Lewotolok.
"Kalau tidak ada bantuan tidak perlu datang ambil data," sindirnya.
Dikonfirmasi terpisah di Posko Utama eks Kantor Bupati, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lembata menjelaskan pihaknya sudah membentuk struktur untuk alur distribusi logistik kepada korban sejak musibah erupsi gunung itu terjadi hari Minggu kemarin.
Dia memaparkan, petugas langsung melakukan registrasi semua bantuan yang masuk, ke gudang. Setelah itu mulailah proses pendistribusian sesuai permintaan masing-masing koordinator lapangan yang meminta kebutuhan.
Seksi pergudangan akan mencatat dan memisahkan setiap logistik yang masuk untuk dibawa ke titik-titik pengungsian.
Kanis Making mengakui distribusi bantuan logistik masih lancar-lancar saja.
Dia juga membantah kalau distribusi logistik terkendala sampai ke tingkat RT dan RW. Kalau ada keluhan demikian maka itu karena satu dan dua laporan yang tercecer. Sebab, proses ini sudah ada Standar Operasionalnya yakni camat dan para lurah mendata semua pengungsi yang berada di rumah-rumah, dan sudah ada posko-posko yang besar di setiap kelurahan.
"Contoh saja, di saya punya rumah satu pengungsi, apakah saya harus minta di kelurahan beras satu karung bawa ke rumah, kalau mengungsi mandiri kita keluarga tanggung ka, masa tidak bisa," tegas Kanis. Konteks inilah yang menurutnya harus dibedakan.
Dia menjamin semua yang evakuasi mandiri di rumah warga juga berhak mendapat bantuan, namun mekanismenya dia harus melapor diri di tingkat RT dan RW. Lalu kemudian, identitasnya direkap di kelurahan dan pemerintah kelurahan membawa rekap data pengungsi itu di posko logistik.
"Selama ini dibuat begitu dan aman-aman saja," pungkasnya.
Baca juga: KPUD TTU Alami Kelebihan 1.311 Surat Suara
Baca juga: Songsong HUT ke-61, Jasa Raharja NTT Donor Darah
Baca juga: Dandim Imanda Pastikan 20 Unit MCK Segera Dibangun Tim Balak Aju di Lokasi Pengungsian Ile Lewotolok
Lebih jauh, Kanis menandaskan bahwa saat ini sudah ada 7968 warga pengungsi yang tersebar di 20 titik pengungsian. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/elias-lebu-warga-jontona-kecamatan-ile-ape-timur.jpg)