Breaking News

Berita Timor Leste

Meski Sudah Merdeka Warga Timor Leste Curhat Ingin Mati di Tempat Lain karena Hal Ini, Kenapa?

Meski Sudah Merdeka Warga Timor Leste urhat Ingin Mati di Tempat Lain karena Hal Ini, Kenapa?

Editor: maria anitoda
KOMPAS/EDDY HASBY
Meski Sudah Merdeka Warga Timor Leste urhat Ingin Mati di Tempat Lain karena Hal Ini, Kenapa? 

Krisis tersebut terjadi pada pertengahan 2006 hingga 2007, berawal dari masalah pangan.

Pemerintah Timor Leste, dipandang gagal menyediakan beras bagi rakyatnya, sehingga memicu gelombang kekerasan.

Penduduk Dili yang marah berusaha menjarah 700 ton beras di gudang di ibu kota Dili.

Baca juga: Dibalik Hari Proklamasi Timor Leste, Inilah 5 Kisah Kontroversial Bumi Lorosae yang Bikin Dunia Syok

Baca juga: UPDATE Kode Redeem ML 30 November 2020, Cara Tukar Kode Redeem Mobile Legends My Aim is Impeccable

Baca juga: PROMO KFC Hari Ini 30 November 2020 Free KFC Soup dan Perkedel Khusus Home Delivery KFC

Penangkapan Alfredo Reinado ditambah kekurangan beras, memicu babak baru kekerasan di wilayah tersebut.

Penduduk Dili dan anggota partai oposisi menuduh pemerintah menahan beras dari pasar.

Ribuan warga Kota Dili antre dalam pelaksanaan penentuan pendapat di Timor Timur, 30 Agustus 1999 (KOMPAS/EDDY HASBY)
Dengan rencana menggunakan distribusi beras sebagai alat untuk mengamankan kemenangan Fretilin dalam pemilihan mendatang.

Mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri, yang diturunkan jabatannya pada Juni 2006, menyatakan bahwa krisis beras adalah konspirasi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan pemerintah yang didominasi Fretilin.

Anggota komunitas bisnis menyalahkan krisis pada kekurangan di pasar internasional.

Mereka menjelaskan bahwa Timor Leste adalah prioritas rendah bagi pemasok beras regional yang Memilih untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar baik dari Indonesia dan Filipina, di mana harga telah melonjak selama 2 tahun terakhir.

Timor Leste tidak asing dengan kerawanan pangan. Periode menjelang dimulainya musim hujan dikenal sebagai "musim lapar".

Dalam menghadapi hal ini, orang Timor mengandalkan kombinasi beras, jagung, dan umbi-umbian.

Pada saat itu, pemerintah memperkirakan Timor Lorosa'e membutuhkan 83.000 metrik ton beras per tahun.

Berdasarkan perhitungan hanya 90 kg per kapita, dibandingkan dengan angka antara 133 hingga 149 kg per kapita yang digunakan di Indonesia.

Dari 83.000 metrik ton yang dibutuhkan, Kementerian Pertanian menghitung produksi dalam negeri hanya 40.000 metrik ton.

Angka ini sebenarnya mungkin dilebih-lebihkan. Pada awal 1990-an produksi beras di Timor Leste melampaui 55.000 metrik ton selama 4 tahun berturut-turut, tetapi kemudian turun menjadi rata-rata 41.000 metrik ton per tahun.

Baca juga: Dibalik Hari Proklamasi Timor Leste, Inilah 5 Kisah Kontroversial Bumi Lorosae yang Bikin Dunia Syok

Baca juga: PROMO KFC Hari Ini 30 November 2020 Free KFC Soup dan Perkedel Khusus Home Delivery KFC

Baca juga: Prediksi Zodiak Besok Senin 30 November 2020, Libra Bersinar Karirmu Menjulang Tinggi, Zodiak Lain?

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved