Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Sabtu 28 November 2020: Berjaga-jagalah Sambil Berdoa!

Dalam masa penantian ini, umat Kristiani tidak boleh “terlelap” dalam permainan dunia. Mereka harus masuk dalam mode iman yang aktif dan “berjaga-jaga

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
Fr. Giovanni A. L Arum 

Oleh: Fr. Giovanni A. L Arum

Calon Imam Keuskupan Agung Kupang, Berdomisili di Centrum Keuskupan Agung Kupang

POS-KUPANG.COM - Spiritualitas “berjaga-jaga” adalah spiritualitas khas Kristiani. Setelah Yesus bangkit dan naik ke surga, Ia menjanjikan adanya Roh Penghibur (parakletos) yang akan mendampingi dan menguatkan seluruh umat manusia sampai kedatangan-Nya kembali untuk menghakimi dunia dengan adil (parousia).

Dalam masa penantian ini, umat Kristiani tidak boleh “terlelap” dalam permainan dunia. Mereka harus masuk dalam mode iman yang aktif dan “berjaga-jaga”, sebab “Hari Tuhan akan datang secara tiba-tiba seperti pencuri di malam hari.” (Bdk. 1 Tes. 5:2).

Dalam bahasa Injil hari ini diungkapkan: “Supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat” (Ay. 34).

Perikop Injil yang kita renungkan hari ini mengangkat tema yang sama perihal berjaga-jaga. Namun, Lukas sebagai “Penginjil Doa” menambahkan pentingnya kekuatan doa yang berkanjang dalam spiritualitas berjaga-jaga orang Kristen.

Dengan berdoa, umat Kristiani tidak mengandalkan kekuatannya sendiri dalam penantian akan datangnya Hari Tuhan, melainkan terus memohon perlindungan dan penyertaan Roh Kudus, agar pelita iman tetap bernyala dan pinggang kesadaran tetap terikat.

Tuhan Yesus dengan tegas menasihatkan kepada para jemaat Kristiani untuk menjaga diri dari “beban” pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari (Ay. 34). Kata “dibebani” (Yun. barethosin) yang dimaksudkan oleh Penginjil Lukas di sini berkaitan dengan “beban” yang memberatkan diri setelah seorang makan kenyang dan mabuk dalam pesta pora, yakni “tertidur”.

Kita bisa bandingkan ungkapan ini dengan ungkapan yang ada dalam Injil Markus 13: 36). Sifat konsumerisme dan hedonisme adalah racun bagi orang beriman. Jika seluruh hati sudah “dibebani” dengan aneka kekhawatiran dan kerakusan duniawi, maka umat manusia akan “terlelap” dalam kuasa gelap dunia.

Lawan dari kata “tidur” dalam konteks iman adalah “berjaga-jaga”. Kata Yunani dari “berjaga-jaga” adalah “agrupneo” yang juga berarti: tidak tidur, tidak terlelap, sadar, dan siap sedia.

Dalam Injil, Tuhan Yesus bersabda: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Ay. 36).

Berjaga-jaga dalam iman berarti tidak terlelap dalam kecenderungan-kecenderungan duniawi, seperti: ketamakan, pesta pora, dan keinginan-keinginan daging lainnya.

Orang yang kesadaran iman dan hatinya “tertidur”, layaknya benih yang jatuh ke semak belukar. Sabda Allah tidak akan tumbuh dalam hatinya karena dihimpit oleh pelbagai kekhawatiran duniawi.

Kekuatan untuk bertahan dalam penantian yang penuh iman, harap dan kasih orang-orang beriman di dunia adalah doa yang berkanjang. Doa bukan saja sajian kata-kata untuk merayu Tuhan. Doa sejati sekaligus memberi kekuatan untuk terluput dari pelbagai godaan duniawi dan mengarahkan seluruh hidup orang beriman agar sanggup bertahan sebagai pemenang yang teguh berdiri di hadapan Anak Manusia (Yesus Kristus) pada Hari Penghakiman kelak.

Melalui cahaya Injil Tuhan hari ini, kesadaran kita diterangi untuk tidak tertidur pulas dalam pelbagai bentuk godaan duniawi dan teguh bertahan dalam doa dan kasih sebagai bentuk spirit berjaga-jaga dalam iman.

Ingat, tekun berdoa bukan berarti mengunci diri dalam kamar untuk memohonkan aneka permintaan untuk kepentingan diri sendiri dan lupa untuk menyapa dan berbagi kasih dengan sesama.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved