WKRI NTT Peduli Wanita Terdampak Corona, Ursula Dorong Perempuan Berusaha
KETUA WKRI DPD Provinsi NTT, Ursula Dando Lio, SIP, MM membeberkan data perempuan terdampak virus Corona ( Covid-19)
POS-KUPANG.COM - KETUA Wanita Katolik Republik Indonesia ( WKRI) DPD Provinsi NTT, Ursula Dando Lio, SIP, MM membeberkan data perempuan terdampak virus Corona ( Covid-19).
Ia menyebut sebagian penduduk Indonesia adalah perempuan, sekitar 131 juta jiwa. Namun sejak pandemi Covid-19, banyak perempuan, termasuk yang berada di NTT, terdampak.
Berdasarkan hasil survei, 82 persen perempuan mengalami penurunan pendapatan cukup tinggi. Ada 32 persen perempuan pekerja informal harus mengurangi waktu bekerja berbayar untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mereka harus mengorbankan separuh waktunya.
Baca juga: Logistik Surat Suara Sudah Tiba di KPU Manggarai
"Pembatasan sosial dalam masa pandemi juga sangat berpengaruh terhadap perempuan. Sebanyak 62 persen perempuan dan 61 persen laki-laki menghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga," sebut Ursula dalam acara Ngobrol Asyik Pos Kupang, Senin (23/11/2020).
Ursula didampingi Ketua Bidang Pendidikan, Dr Yuli Saloso, Plt Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat, Rayneldis Boleng Hayon dan Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang, Dr RH Kristina. Acara bertajuk Peran WKRI Di Tengah Pendemi Covid-19 itu, dipandu jurnalis Pos Kupang, Apolonia Matilde Dhiu.
Baca juga: SMA Recis Bajawa Raih Prestasi Ikut Lomba Antikorupsi KPK RI, Ini Kata Linus Lusi
"Angka ini menunjukkan bahwa perempuan memikul beban yang cukup berat. Dari aspek ekonomi mereka juga sudah terganggu. Lalu ke rumah tangga, beban terberat juga ada di perempuan.Mereka harus punya waktu untuk tanggungjawab lain. Waktu untuk diri sendiri sudah mulai tergerus," katanya.
Menurut Ursula, resesi dan pandemi Covid-19 telah memperbesar dampak bagi perempuan baik di sisi keamanan, ekonomi, pekerjaan dan representasi politik hingga kesehatan. Fakta menunjukkan bahwa perempuan terdampak secara tidak proporsional oleh pandemi Covid-19.
Meski demikian, masih ada harapan karena perempuan itu unik. "Dia memiliki kemampuan multitasking. Dia bisa mengerjakan pekerjaannya dengan sukacita dengan penuh kegembiraan. Yang sulitpun kalau dia sudah mau bekerja, dia akan bekerja dengan penuh tanggungjawab demi keluarganya, demi rumah tangga dan anak-anaknya," ujar Ursula.
Ia menegaskan, WKRI hadir untuk negara, daerah dan untuk perempuan di lingkungan gereja masyarakat terkecil.
"Semuanya memulai dari rumah karena masa pandemi Covid. Mendampingi anak belajar, menyiapkan makanan yang bergizi untuk keluarga namun dia juga membutuhkan kebutuhan fisiknya lalu kebutuhan psikis, kebutuhan sosial seperti melakukan donasi dan juga kebutuhan spiritual."
Ursula mendorong peran perempuan dalam menumbuhkan ekonomi keluarga melalui tiga strategi. Pertama, pemberdayaan guna menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan kelompok masyarakat.
Kedua, advokasi guna mendapatkan dukungan sumberdaya yang memadai. Ketiga kemitraan. "WKRI juga berjejaring dengan pihak luar untuk bisa bersama-sama mengentaskan persoalan yang dihadapi perempuan NTT."
"Yang berikut, bagaimana kami mengajak perempuan untuk mengoptimalkan dengan penjualan berbasis online, itu yang juga kita mau tidak mau, suka tidak suka, sekarang sudah eranya kita sudah harus masuk ke sana. Yang terakhir, mengajak anggotanya untuk menerapkan protokol kesehatan dengan 3M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak," papar Lusia.
Ursula mengatakan, semua yang dilakukan tidak serta merta langsung berhasil karena tantangan pasti akan selalu ada.
"Tantangan yang terbesar adalah rendahnya partisipasi perempuan itu sendiri. Dengan forum ini kita berharap agar dengan mendengar ini mereka mau berpartisipasi ikut terlibat. Dan, sesungguhnya ada peluang dari pandemi Covid ini yang mesti dinikmati oleh para ibu. Bahwa bekerja dari rumah itu jauh lebih efektif dan lebih fleksibel," imbuhnya.
Ketua Bidang Pendidikan, Yuli Saloso mengatakan, WKRI hadir untuk turut mengambil bagian bersama pemerintah dalam mengatasi, mencegah, maupun menanggulangi pandemi Covid-19.
Ia menyebut tiga hal yang bisa dilakukan. Pertama, manfaatkan potensi diri.
"Punya kemampuan untuk membuat kue silakan membuat kue, punya kemampuan untuk menanam silakan menanam. Punya kemampuan untuk menjahit silakan menjahit dan lain sebagainya," ujarnya.
Kedua, melihat sumberdaya yang dimiliki. "Jika memiliki lahan yang kecil silakan menanam, jika memiliki mesin jahit silakan kembangkan potensi untuk menjahit."
Ketiga, manfaatkan IT. "Sekarang, menjual secara online itu sudah bukanlah hal yang sulit malah sudah menjadi hal yang memasyarakat," kata Yuli.
Plt Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat, Rayneldis Boleng Hayon di saat pandemi Covid-19 muncul solidaritas. WKRI membantu masyarakat, awalnya dengan membagi masker kepada beberapa komunitas di Kota Kupang.
WKRI juga membagikan sembako kepada keluarga-keluarga yang kurang beruntung. "Kita prioritaskan kepada yang sangat membutuhkan" ujarnya.
Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang, Dr RH Kristina mengatakan, sudah banyak hal yang dilakukan Poltekkes bersama WKRI, terutama yang berkaitan dengan ibu-ibu.
Selain itu, pelatihan pengolahan makanan berbasis kelor. "Kita tahu bahwa program Gubernur NTT saat ini adalah membuat masyarakat agar bisa mengonsumsi kelor sampai ke pelosok. Oleh karena itu lewat wadah ini kita langsung masuk ke basis yang paling bawah untuk mereka mengolah makanan seperti teh kelor, bakso kelor dan nugget kelor yang begitu bergizi," ungkap Kristina.
Hal berikutnya, pelatihan tentang bagaimana menurunkan angka kematian ibu dan anak. Kristina ingin bekerjasama lagi dengan WKRI untuk mencegah demam berdarah dengue (DBD) di Kota Kupang dan Sikka
"Kita fokus pada Covid tetapi kita juga jangan lupa fokus ke DBD dan itu kita akan mengadakan sosialisasi kepada ibu-ibu untumk mengenal tanda dan gejalanya. Kalau sudah tahu maka bisa dengan cepat menolong anaknya dan membawa ke rumah sakit," ujarnya. (ella uzurasi)