Adios Diego Maradona
Di balik kejeniusannya di lapangan bola, kesehatan Diego Maradona memang menyedihkan sejak usianya masih belia.
Penulis: Dion DB Putra | Editor: Bebet I Hidayat
Tahun 1986, Maradona yang dikaruniai lima orang anak mereguk segalanya. Nama besar, harga diri, kekayaan dan istri yang setia, Claudia. Di Argentina, ia menjadi anak angkat Presiden Carlos Menem, mendapat anugerah warga negara teladan.
Dunia mencetak namanya dengan tinta emas. Siapapun mengakui sang bintang kelahiran 30 Oktober 1960 tersebut adalah primadona. Saat gol tangan Tuhan tercipta dan dia menjadi arsitek kemenangan tim Tango di final, sebagian penduduk Argentina bahkan menyebutnya sebagai El Dios atau Tuhan.
Dunia Berduka
Dunia sepak bola berduka atas kepergian Maradona. Di Argentina, Presiden Alberto Fernandez menetapkan tiga hari masa berkabung nasional. Sejumlah suporter sang legenda berkumpul di jalan-jalan Kota Buenos Aires.
Di dekat markas bekas klub Maradona, Buenos Aires, tampak sejumlah penggemar menaruh krans bunga duka cita. Sebagian berkerumun di San Andres dekat rumah Maradona. Pun di La Plata, kota dekat Buenos Aires, tempat sang legenda menghabiskan waktu sebagai direktur teknis klub Gimnasia y Esgrima.
"Diego adalah yang terbaik di sini, selamanya. Saya bertemu istri pada 1986 ketika Diego mencetak gol Tangan Tuhan-nya," kata Jose Luis Shokiva, warga Buenos Aires berusia 53 tahun.
Pemimpin Gereja Katolik sekaligus kepala negara Vatikan, Paus Fransiskus, mendoakan kepergian Maradona. Sejak memimpin Tahta Suci 2013, Paus asal Argentina itu beberapa kali menemui Maradona yang berkunjung ke Vatikan.
"Paus mendapat kabar kepergian Maradona, beliau terus mengingatnya dalam setiap doa, sebagaimana dilakukannya beberapa hari terakhir karena perkembangan kondisi kesehatan Maradona," ujar juru bicara Vatikan, Matteo Bruni. dilansir Reuters.
Legenda sepak bola Brasil, Pele, menyatakan duka mendalam. "Saya yakin, suatu hari nanti kita akan bermain sepak bola di atas langit sana," kata Pele.
Kendati tak pernah bertemu di lapangan hijau, sebab Maradona baru memperkuat timnas Argentina 1977, enam tahun selepas Pele pensiun dari tim Samba, keduanya kerap disebut dalam perdebatan siapa pemain terhebat sepanjang masa. Desember 2000, FIFA menobatka Pele dan Maradona, dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Abad Ini.
Klub Italia, Napoli, yang dibela Maradona 1984-1991 dan menjuarai Serie A 1986/87 dan 1989/90 menyebut kepergian legenda seperti pukulan telak. "Kami berduka cita. Rasanya seperti petinju yang dipukul KO. Kami begitu terkejut. Engkau tetap di hati kami. Selamat jalan Diego."
Asosiasi sepak bola Argentina (AFA) melepas kepergian Maradona dengan tangis. "Presiden AFA Claudio Tapia, mewakili kesedihan mendalam atas kepergian legenda kami, Diego Armando Maradona. Kau akan selalu di hati kami."
Boca Junior, klub Argentina yang dibela Maradona 1981-1982 dan 1995-1997 mengucapkan terima kasih tak terhingga. "Terima kasih kekal. Diego yang abadi."
Rekan Maradona di Argentina, Osvaldo Ardiles, mengenang momen-momen yang ia lewati bersama mendiang kala mengantar Argentina juara Piala Dunia 1978.
"Terima kasih Diego atas pertemananmu dan sepak bolamu yang mahamulia tanpa tanding. Pesepak bola terbaik dalam sejarah olahraga ini. Begitu banyak momen-momen menyenangkan bersama. Sulit mencari mana yang terbaik. Berisirahatlah dalam damai, kawan."