WKRI NTT Peduli Perempuan Terdampak Corona Ursula Dorong Perempuan Berusaha

WKRI NTT Peduli Perempuan Terdampak Corona Ursula Dorong Perempuan Berusaha

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
Ketua WKRI DPD NTT, Ursula Dando Lio bersama pengurus pose bersama dalam acara Ngobrol Asyik Pos Kupang, Senin (23/11). Acara dipandu jurnalis Pos Kupang, Apolonia Matilde Dhiu. 

WKRI NTT Peduli Perempuan Terdampak Corona Ursula Dorong Perempuan Berusaha

POS-KUPANG.COM - SEBAGIAN besar penduduk Indonesia adalah perempuan. Ada 131 juta jiwa wanita. Penyumbang setengah dari SDM bangsa ini juga perempuan. Namun sejak pandemi Corona ( Covid-19), banyak perempuan Indonesia, termasuk yang berada di NTT, bergantung pada usaha keluarga.

Hasil survei menggambarkan bahwa 82 persen di antaranya perempuan itu mengalami penurunan pendapatan cukup tinggi. Lalu ada 32 persen perempuan pekerja informal harus mengurangi waktu bekerja berbayar untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mereka harus mengorbankan separuh waktunya.

"Pembatasan sosial dalam masa pandemi juga sangat berpengaruh terhadap perempuan. Sebanyak 62 persen perempuan dan 61 persen laki-laki menghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga," kata Ketua WKRI DPD NTT, Ursula Dando Lio, SIP, MM dalam acara Ngobrol Asyik Pos Kupang, Senin (23/11). Acara bertajuk Peran WKRI di Tengah Pendemi Covid-19 itu, dipandu jurnalis Pos Kupang, Apolonia Matilde Dhiu.

Baca juga: Jalan Hale-Kilawair Yang Heboh di Medsos Akan Diperbaiki

"Angka ini menunjukkan bahwa perempuan memikul beban yang cukup berat sebenarnya. Dari aspek ekonomi mereka juga sudah terganggu lalu kerumah tangga, beban terberatnya juga ada di perempuan. Lalu mereka harus punya waktu untuk tanggungjawab lain. Yang pasti bahwa waktu untuk diri sendiri itu sudah mulai tergerus," katanya.

Menurutnya, resesi dan pandemi Covid-19 telah memperbesar dampak bagi perempuan baik di sisi keamanan ekonomi pekerjaan dan representasi politik hingga kesehatan.

Banyak fakta menunjukkan bahwa perempuan terdampak secara tidak proporsional oleh pandemi Covid-19. Meski demikian, masih ada harapan karena perempuan itu unik. "Dia memiliki kemampuan multitasking. Dia bisa mengerjakan pekerjaannya dengan sukacita dengan penuh kegembiraan. Yang sulitpun kalau dia sudah mau bekerja dia akan bekerja dengan penuh tanggung jawab demi keluarganya, demi rumah tangga dan anak-anaknya," ujarnya.

Baca juga: Pilkada Kabupaten Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali  Minta Pendukung Jaga Suasana Jelang Pilkada

Ursula mengatakan, dalam kerangka untuk membantu pemerintah, WKRI harus hadir untuk negara, untuk daerah dan untuk perempuan di lingkungan gereja masyarakat terkecil.

"Semuanya memulai dari rumah karena masa pandemi Covid. Mendampingi anak belajar, menyiapkan makanan yang bergizi untuk keluarga namun dia juga membutuhkan kebutuhan fisiknya lalu kebutuhan psikis, kebutuhan sosial seperti melakukan donasi dan juga kebutuhan spiritual."

Ursula mendorong peran perempuan dalam menumbuhkan ekonomi keluarga dilakukan melalui 3 strategi. Pertama, pemberdayaan guna menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan kelompok masyarakat.

Kedua, advokasi guna mendapatkan dukungan sumberdaya yang memadai. Ketiga kemitraan. Bagaimana WKRI juga berjejaring dengan pihak luar untuk bisa bersama-sama mengentaskan persoalan yang dihadapi oleh kaum perempuan di NTT ini.

"Yang berikut, bagaimana kami mengajak perempuan untuk mengoptimalkan dengan penjualan berbasis online, itu yang juga kita mau tidak mau, suka tidak suka, sekarang sudah eranya kita sudah harus masuk ke sana. Yang terakhir, mengajak anggotanya untuk menerapkan protokol kesehatan dengan 3 M. Menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak," paparnya.

Ursula mengatakan, semua yang dilakukan tidak serta merta langsung berhasil karena tantangan pasti akan selalu ada.

"Tantangan yang terbesar adalah rendahnya partisipasi perempuan itu sendiri. Dengan forum ini kita berharap agar dengan mendengar ini mereka mau berpartisipasi ikut terlibat. Dan, sesungguhnya ada peluang dari pandemi Covid ini yang mesti dinikmati oleh para ibu. Bahwa bekerja dari rumah itu jauh lebih efektif dan lebih fleksibel" katanya.

Ketua Bidang Pendidikan WKRI DPD NTT, Dr Yuli Saloso, SPi, MP, mengatakan, WKRI hadir di tengah gereja Katolik dan masyarakat untuk turut mengambil bagian bersama pemerintah dalam mengatasi mencegah ovid maupun menanggulangi akibat dari pandemi Covid ini.

"Kami mengajak untuk melakukan tiga hal. Pertama, manfaatkan potensi diri kita, lihat kemampuan kita masing-masing," kata Yuli.

"Punya kemampuan untuk membuat kue silakan membuat kue, punya kemampuan untuk menanam silakan menanam, punya kemampuan untuk menjahit silakan menjahit dan lain sebagainya" lanjutnya.

Kedua, melihat sumberdaya yang dimiliki. Jika memiliki lahan yang kecil silakan menanam, jika memiliki mesin jahit silakan kembangkan potensi untuk menjahit.
Ketiga, manfaatkan IT.

"Sekarang, menjual secara online itu sudah bukanlah hal yang sulit malah sudah menjadi hal yang memasyarakat" ujar Yuli.

Pelaksana tugas (Plt) Bidang Kesejahteraan Rakyat, Rayneldis Boleng Hayon, S.Pd., mengungkapkan, disaat pandemi seperti ini, solidaritas justru muncul. Dengan semangat solidaritas, bersama pemerintah dan Satgas Covid-19 membantu masyarakat, awalnya dengan membagi masker kepada beberapa komunitas di Kota Kupang.

"Tidak hanya itu, DPD juga mengimbau DPC se-NTT untuk melakukan hal yang sama sehingga menggerakkan solidaritas itu untuk begitu diimbau langsung satu NTT bergerak bersama-sama," jelas Rayneldis.

Selain masker, WKRI juga membagikan sembako kepada keluarga-keluarga yang kurang beruntung. "Kita prioritaskan kepada yang sangat membutuhkan" ujarnya.

Direktur Poltekkes Kemenkes, Kupang, Dr RH Kristina mengatakan, selama ini memang sudah banyak hal yang dilakukan Poltekkes dengan bermitra dan bekerjasama dengan WKRI terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan ibu-ibu.

"Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pelatihan kepemimpinan untuk membuka wawasan dari ibu-ibu WKRI" ujar Kristina.

"Jadi, ibu-ibu ini sehari-harinya bekerja dengan penuh tantangan. Sekali-sekali mereka diberi peningkatan meningkatkan kemampuan mereka untuk menangani keluarga juga berkehidupan bermasyarakat," katanya.

Setelah itu, dilakukan juga pengolahan makanan berbasis kelor. "Kita tahu bahwa program gubernur NTT saat ini adalah membuat masyarakat agar bisa mengonsumsi kelor sampai ke pelosok. Oleh karena itu lewat wadah ini kita langsung masuk ke basis yang paling bawah untuk mereka mengolah makanan seperti teh kelor, bakso kelor dan nugget kelor yang begitu bergizi," ungkap Kristina.

Selain itu, diadakan juga pelatihan tentang bagaimana menurunkan angka kematian ibu dan anak di NTT melalui kemampuan dari ibu-ibu WKRI.

Kristina juga ingin bekerjasama lagi dengan WKRI untuk tidak melupakan kasus DBD khususnya di Kota Kupang dan Sikka serta beberapa wilayah di NTT yang sangat tinggi.

"Kita fokus pada Covid tetapi kita juga jangan lupa fokus ke DBD dan itu kita akan mengadakan sosialisasi kepada ibu-ibu untumk mengenal tanda dan gejalanya. Kalau sudah tahu maka bisa dengan cepat menolong anaknya dan membawa ke rumah sakit," ujarnya. (ella uzurasi)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved